Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dari Suporter untuk Suporter: Inisiatif Anti-Pelecehan Seksual di Stadion
19 Agustus 2023 13:55 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 1 Oktober 2023 18:50 WIB
ADVERTISEMENT
Sampai mulut berbusa pun, tak akan ada habisnya jika kita berbicara soal pemicu pelecehan seksual. Soal baju korban? Mau berpenutup, berhijab pun, perempuan banyak yang jadi korban. Karena keluar pada jam malam? Siang hari pun banyak orang-orang degil melakukan pelecehan.
ADVERTISEMENT
Soal tempat? Sama saja.
Sebagaimana yang disampaikan oleh komisioner Komisi Nasional (Komnas) Anti-Kekerasan terhadap Perempuan, Theresia Iswarini, pelecehan seksual tak hanya terjadi di tempat-tempat sepi. Ruang publik yang penuh sesak dan banyak orang lalu lalang pun tak selalu aman.
Sebut saja transportasi umum seperti bus, kereta api, atau tempat lain yang ramai oleh banyak orang: kampus, pasar, hingga stadion.
Ya, stadion dan tribunenya. Tempat orang mencari kesenangan dan gegap gempita olahraga itu tak lepas dari aksi bejat pelaku pelecehan seksual. Tribune tanpa kursi yang memaksa orang berdempetan, minimnya kamera pengawas (CCTV), ditambah dengan kurangnya penjagaan para petugas membuat perempuan di stadion harus merasa was-was menjaga diri alih-alih menikmati aksi tim kesayangannya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman buruk itu terjadi seperti dituturkan ketua Viking Girls, Risna Juliawati. Kepada kumparanBOLANITA, perempuan berusia 28 tahun itu mengaku bahwa anggota komunitasnya pernah mendapat pelecehan seksual dari suporter laki-laki yang hadir di stadion.
Saat itu, Persib tengah menjamu Persebaya di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada 17 Juni 2022. Karena ramainya tribune, desak-desakan pun tak terelakkan. Hingga terjadilah kekacauan yang membuat beberapa orang termasuk anggota Viking Girls mengalami pelecehan seksual.
“Kejadian kemarin kita dari Viking Girls pas di GBLA lawan Persebaya itu kan chaos ya. Karena desak-desakan, akhirnya beberapa anggota Viking Girls dapet kejadian yang buruk. Ada yang kena pelecehan secara fisik,” ungkap Risna, Senin (24/7).
Risna dan Viking Girls akhirnya berinisiatif sendiri. Ia dan rekannya langsung melaporkan kasus tersebut kepada panitia pelaksana (panpel). Mereka melakukan campaign agar tribune aman dari pelecehan. Berbagai upaya mereka coba, mulai dari postingan media sosial hingga audiensi dengan pihak panitia penyelenggara dan kepolisian.
ADVERTISEMENT
Selain melapor kepada pihak terkait, Risna juga turut mengajak para anggotanya untuk berbenah diri. Mereka ramai-ramai berkampanye terkait isu pelecehan seksual yang kerap dialami oleh suporter perempuan di stadion.
“Kita, Viking Girls minta untuk panpel memberikan jalur khusus untuk perempuan. Kita beberapa kali bertemu dengan perwakilan panpel. Waktu itu pernah juga ketemu sama Kapolres. Kita cuma minta ada jalur khusus dan penjagaan wanita,” ujar Risna soal gerakan yang dilakukannya dengan Viking Girls di Bandung.
“Kemarin kita juga bikin spanduk, ‘Stop pelecehan seksual di stadion’. Sebelum ada gate khusus wanita ini tuh kita gencar-gencarnya up di sosmed biar panpel mikirin untuk perempuan,” kata Risna.
Hasilnya berbuah manis. Kini, suporter wanita Persib diberi jalur khusus saat hendak masuk ke stadion GBLA. Lalu, disediakan juga Polisi Wanita (Polwan) dan steward wanita untuk memberi keamanan di atas tribune.
ADVERTISEMENT
Kampanye tribune aman juga terus menerus disuarakan oleh Putri di Jakarta. Ia bersama Jak Angel kerap mengadakan diskusi rutin di media sosial untuk membahas persoalan
Tak cuma di Bandung, di Jakarta pun sama. Putri Rahmadhani, anggota Jak Angel, mengaku sempat mendapat pelecehan seksual verbal berupa catcalling oleh salah satu pendukung sepak bola di stadion.
“Waktu itu aku lagi ngejar tiket ke temennya temenku. Temenku udah nungguin di depan yang punya tiket. Nah, sepanjang jalan aku di catcalling, di kiw-kiw-in. Dan itu nggak hanya terjadi satu kali saat perjalanan menuju tiket. Jadi bisa dibayangin,” ungkap Putri kepada kumparanBOLANITA, Kamis (20/7).
Untungnya, perkara pelecehan seksual ini tak cuma diperhatikan suporter wanita. Fan laki-laki Persija Jakarta, Jakmania sendiri juga mulai terlibat dalam inisiatif melindungi perempuan dan penonton umum dari kejahatan pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Muhammad Aditya Putra, sekretaris umum pengurus pusat Jakmania, bersaksi akan menindaklanjuti insiden pelecehan seksual yang terjadi kepada anggota perempuannya, Jak Angel. Caranya, dengan menampung aduan dari korban yang bersangkutan. Setelah itu, mereka akan memberikan pendampingan hingga kasusnya tuntas.
“Jadi setiap ada laporan dari temen-temen yang mengalami pelecehan seksual, pasti yang pertama, kita akan coba tangani dulu. Kita tanya kronologinya terlebih dahulu. Karena yang namanya pelecehan seksual itu kan pasti hadir ketika ada kesempatan dalam kesempitan dari si pelakunya,” ungkap Aditya kepada kumparanBOLANITA, Selasa (25/7).
“Kita kan bersifat pendampingan, ya. Misalkan korban mengetahui ciri-ciri si pelaku, kita langsung sisir di sekitar area tribun dan menindaklanjuti ke pihak yang berwajib,” lanjutnya.
Untuk menindaklanjuti kasus tersebut, Adit mengatakan ada dua langkah berbeda. Pertama, jika yang “melakukannya” adalah anggota dari Jakmania, maka akan dijatuhkan sanksi individu berupa pencabutan Kartu Tanda Anggota (KTA). Kedua, jika si pelaku merupakan pihak luar (eksternal), ia akan membawanya ke jalur hukum. Dengan catatan, atas dasar persetujuan si korban.
ADVERTISEMENT
“Apakah memang korbannya akan mau lanjut terus sampai ke jalur hukum atau tidak, itu kan sebenarnya kembali lagi ke korbannya. Kalau korbannya ingin melanjutkan ke proses hukum, pasti akan kita dampingi sampai proses itu selesai,” tukas Adit.
Sama halnya seperti Jakmania, ketua umum Viking, Tobias Ginanjar, turut menjatuhkan sanksi terhadap pihak internal yang melakukannya. Sementara untuk pihak eksternal, ia dan para anggota komunitasnya hanya bisa memberikan edukasi dan himbauan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
“Kita sih berharap itu tidak terjadi ya. Kalau memang ada, tentunya ada sanksi internal kalau memang anggota viking (melakukan pelecehan seksual). Kalau bukan, tentunya kita hanya bisa melakukan edukasi, himbauan. Sanksi hanya berlaku internal,” pungkas Tobias pada Selasa (25/7).
ADVERTISEMENT
Memang, tidak ada jaminan bahwa kasus pelecehan seksual dapat dipunahkan seutuhnya. Namun, beberapa inisiatif dari suporter untuk suporter di atas dapat menjadi langkah tepat untuk meminimalisasi terjadinya pelecehan seksual di stadion.