Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Duel Swedia vs Amerika Serikat di babak 16 besar Piala Dunia Wanita pada Minggu (6/8) berakhir tanpa gol hingga waktu menunjukkan menit ke-120. Akhirnya, pemenang pun harus ditentukan melalui adu penalti.
ADVERTISEMENT
Rapinoe cuma bisa memutar badan, kemudian tersenyum. Ia seolah tak percaya dengan apa yang terjadi di lapangan. Sepakan terakhirnya di Piala Dunia Wanita gagal menyelamatkan AS dari kekalahan.
Rapinoe terpaksa menutup perjalanannya di Piala Dunia Wanita dengan akhir yang menyedihkan. Di lain sisi, Timnas AS juga tumbang di babak 16 besar untuk kali pertama sepanjang sejarah. Pada laga tersebut, The Stars and Stripes kalah dengan skor 5-4.
Selepas pertandingan, Rapinoe mengucapkan selamat tinggal kepada Timnas Wanita AS dengan cara yang tidak ia harapkan. Kekalahan tersebut juga sekaligus mengakhiri karier sang pemain dengan hasil yang mengecewakan.
ADVERTISEMENT
“Bagi saya, saya meninggalkan permainan ini dengan memberikan segalanya yang saya bisa. Saya menikmati setiap momen, merayakan, berjuang, dan memberikan segalanya. Tapi, pada saat yang sama, seberat ini, saya merasa siap untuk pergi,” tutur Rapinoe, dikutip dari Marca.
“Saya selalu mencoba menggunakan platform apa pun yang kami miiki, dan platform ini telah dibangun sejak lama sebelum saya datang dan kami terus menambahkan hal-hal lain, untuk mengembangkan permainan, membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, dan menggunakan suara kami untuk mengadvokasi lebih banyak hal,” ucapnya saat menjelaskan sederet hal yang diwariskan.
Megan Rapinoe: Ikon Sepak Bola Wanita Modern
Megan Rapinoe bisa dibilang salah satu pemain paling ikonik di kancah sepak bola wanita. Selama 20 tahun menggeluti “Si Kulit Bundar”, beragam prestasi sukes ditorehkannya baik di level individu maupun bersama tim.
ADVERTISEMENT
Aura bintangnya bahkan sudah berpendar sejak lakoni debut di Piala Dunia Wanita 2011. Pada babak perempat final, tim AS hampir saja tersingkir oleh Brasil. Namun, beberapa detik sebelum wasit meniup peluitnya Rapinoe berhasil mengirim assist cantik yang sukses ditanduk oleh Abby Wambach. Itu menjadi salah satu momen paling ikonik dalam sejarah Piala Dunia Wanita.
Rapinoe memang gagal mempersembahkan gelar juara bagi AS di tahun perdananya. Namun, empat tahun berselang ia sukses membawa The Stars and Stripes merengkuh trofi Piala Dunia Wanita 2015.
Megan Rapinoe tak berhenti. Di Piala Dunia Wanita edisi selanjutnya, ia semakin menggila. Dengan ban kapten di lengannya, pemain yang lahir di California itu juga sukses memimpin rekan-rekannya mengangkat trofi di panggung podium.
ADVERTISEMENT
Piala Dunia Wanita 2019 juga bisa dibilang puncak kesuksesan kariernya di level internasional. Tak hanya persembahkan gelar juara, Rapinoe juga rengkuh gelar pencetak gol terbanyak sekaligus pemain terbaik di turnamen tersebut. Tak lama setelahnya, dia juga berhasil memenangkan gelar individu paling prestisius: Ballon d’Or Feminin.
“Keberhasilannya telah membantu mengembangkan permainan sepak bola di panggung internasional dan sejak itu ia juga membuka jalan bagi orang lain untuk sukses. Dia adalah pemain yang benar-benar mengubah permainan, bukan hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia,” ucap Alex Morgan, dikutip dari Marca.
“Dia telah menjadi pemimpin dalam waktu yang lama di panggung tertinggi. Dia memiliki dampak besar pada sepak bola, pasti akan banyak yang merindukannya. Dia telah membantu membuka jalan bagi generasi baru untuk datang dan berada dalam posisi yang lebih baik,” puji Morgan soal dampak Rapinoe.
Berdampak di Dalam dan Luar Lapangan
Sinar Rapinoe tak hanya terpancar di lapangan. Di luar lapang, ia juga punya dampak yang tak kalah besarnya. Rapinoe menggunakan sepak bola sebagai platform untuk mengadvokasi beragam masalah yang sangat penting baginya.
ADVERTISEMENT
Sejumlah hal ia perjuangkan, termasuk soal kesetaraan gender yang dianggapnya krusial. Ia sadar betul bahwa sebagai atlet wanita hal tersebut kerap menjadi kendala. Karena itu, ia kerap lantang menyuarakan masalah tersebut.
Selain itu, Rapinoe juga cukup vokal perihal kesejahteraan para pemain wanita AS. Setidaknya ada dua momen wanita berambut biru itu menuntut agar para penggawa USWNT mendapat upah yang lebih layak. Protes pertama ia lancarkan pada 2019, lalu yang kedua dituntut pada 2022.
“Pemain wanita secara konsisten dibayar lebih sedikit daripada rekan-rekan (pemain) pria. Ini benar meskipun performa mereka lebih unggul. Pemain wanita (AS) berbeda dengan pemain pria (AS), (kami berhasil) menjadi juara dunia,” demikian bunyi dokumen resmi yang diajukan ke Pengadilan Distrik Amerika Serikat California oleh pemain seperti Megan Rapinoe, Alex Morgan, dan Becky Sauerbrunn.
ADVERTISEMENT
Rapinoe dan rekan-rekannya akhirnya mendapat hasil dari yang mereka tuntut dalam beberapa tahun terakhir. Pada Mei 2022, timnas wanita AS akan menerima bonus hadiah Piala Dunia yang sama dengan tim pria. Momen tersebut pun kian mengukuhkan citra Rapinoe dalam bidang aktivisme.
Meskipun Rapinoe telah mengucapkan selamat tinggal kepada USWNT dan sepak bola, dampak besarnya akan menjadi warisan yang terus hidup selamanya. Kendati akhir ceritanya di Piala Dunia Wanita menyedihkan, ia akan tetap dikenang sebagai salah satu legenda paling penting dalam sepak bola wanita.