Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Siapa Marc Skinner, Pelatih MU Wanita yang Didesak Resign oleh Para Fan?
23 Januari 2024 19:01 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Senasib seperti tim prianya, Manchester United Women kalah lagi di Liga Inggris Wanita. Dalam lanjutan Liga Inggris Wanita (WSL) akhir pekan kemarin, MU dilumat Chelsea 3-1 di Stamford Bridge, London.
ADVERTISEMENT
Nahasnya, tiga gol Chelsea dicetak oleh mantan pemain MU, Lauren James. Sementara MU cuma bisa membalas sekali lewat Hayley Ladd di ujung babak pertama.
Usai pertandingan, pelatih MU Marc Skinner mengatakan bahwa, meski timnya lagi-lagi kalah, ia percaya MU bisa menjadi klub papan atas yang bersaing dengan tim-tim top dalam memperebutkan trofi Liga Inggris.
Kalaupun benar terbukti, harapan untuk bersaing di papan atas bersama Skinner tampaknya tak akan terjadi musim ini. Singkat cerita, juara WSL musim ini jadi target yang sulit buat MU.
WSL adalah liga yang ketat. Di sepanjang sejarah WSL, tak ada tim juara yang kalah lebih dari 2 kali di sepanjang musim. Sementara MU musim ini telah kalah 3 kali dan seri 3 kali. Dari 11 pertandingan yang mereka lalui, MU cuma bisa meraih 18 poin. Selisih 10 poin dari Chelsea yang menjadi pemuncak klasemen.
ADVERTISEMENT
Maka sebenarnya tak heran para fan MU Wanita meneriakkan agar Skinner segera angkat kaki dari Leigh Sports Village.
Ini bukan kali pertama fan MU meneriakkan tuntutan agar Skinner segera resign. Dalam duel uji coba dengan PSV Eindhoven di Malta pada Sabtu (6/1) lalu, sekelompok fan meneriakkan permintaan yang sama. Fan sampai disetop petugas keamanan gara-gara hal tersebut.
Yang menyebalkan (buat fan MU), adalah bahwa di pasca-laga vs. Chelsea, Skinner berkomentar bahwa ia tak ambil pusing dengan kritik dan desakan untuk mundur.
“Aku tidak punya keraguan soal apa yang bisa kuraih dengan tim ini. Aku tidak akan membiarkan (kritikan) ini mempengaruhi pikiranku,” ujar Skinner dikutip dari The Athletic.
Lalu, sebenarnya bagaimana sepak terjang Skinner di United? Bagaimana latar belakang dan capaiannya?
Marc Skinner, Putra Asli Birmingham
Skinner mengawali karier kepelatihannya di Birmingham dari 2006. Awalnya ia seorang guru di Solihull College, mengajar soal kepelatihan bagi mereka yang ingin mulai berkarier di dunia sepak bola.
ADVERTISEMENT
Di saat yang sama ia menyambi bekerja di klub Birmingham City wanita, mulai dari menjadi pelatih kiper, pelatih tim cadangan, sampai direktur teknik. Baru pada Desember 2016 ia dipilih menjadi pelatih kepala tim senior wanita Birmingham City.
Sepak terjangnya di Birmingham ini sebenarnya lumayan. Memang, di musim terakhir Birmingham pra-Skinner, mereka bisa meraih final Continental Cup bersama pelatih mereka sebelumnya, David Parker dan Marcus Bignot meski kalah 1-0 dari Manchester City. Namun, permainan mereka dinilai sangat tipikal: keras, defensif, membosankan, dan hanya mengandalkan pertahanan yang solid.
Skinner datang sebagai anak muda (saat itu ia baru 32 tahun) dan bertekad mengganti semua persepsi itu dari tim Birmingham City. Namun, dengan bujet yang sangat terbatas, Skinner tak mampu berbuat banyak.
ADVERTISEMENT
Secara permainan, Birmingham memang banyak berubah. Mereka malih rupa jadi tim yang menyerang, terorganisasi rapi, dan punya pertahanan bagus.
Tapi hasil akhirnya baru bisa membaik secara perlahan. Di musim pertamanya, di Spring Series 2017, Birmingham finis di urutan ketujuh dari 8 peserta. Yang membuat bangga adalah laju mereka ke final Piala FA, mengalahkan Arsenal dan Chelsea, meski dibantai di final oleh Manchester City 4-1.
Tapi musim berikutnya performa Birmingham terus membaik. Di musim 2017/2018, anak asuh Skinner finis di peringkat 5. Saat ia mundur pada Januari 2019, Birmingham sedang bertengger di posisi 4 klasemen WSL. Lumayan untuk tim sekelas Birmingham yang bujetnya tipis.
Marc Skinner Melatih Marta
Pada Januari 2019, Skinner melancong ke Amerika Serikat. Ia resmi mengambil alih posisi pelatih utama di Orlando Pride. Awal kariernya di Florida melempem; ia gagal menang di 9 pertandingan pertama. Di akhir musim, tim yang dihuni Marta dari Brasil itu finis di posisi juru kunci dengan 16 poin, rekor paling sedikit di kompetisi NWSL.
ADVERTISEMENT
Di musim 2020 yang penuh dengan COVID, situasinya pun tak membaik buat Orlando. Mereka gagal menang di satu pun laga yang mereka jalani.
Kondisi lebih baik di musim 2021. Sebelum musim reguler berjalan, mereka mengikuti 2021 NWSL Challenge Cup dan finis ketiga. Di musim reguler, mereka tak terkalahkan di tujuh pertandingan pertama Orlando, rekor di NWSL.
Tapi laju positif itu tak lama. Pada Juli 2021, Skinner meninggalkan Orlando dan bergabung ke Manchester United.
Marc Skinner di Manchester
Di United, Skinner menggantikan Casey Stoney yang mulai melatih San Diego Wave. Prestasinya sebetulnya lumayan, membawa Setan Merah ke final Piala FA 2023 dan finis runner up di musim yang sama.
Meski begitu, performanya musim ini di bawah rata-rata. Ditambah dengan kinerja transfer yang buruk seperti kehilangan Ona Batlle dan Alessia Russo, MU seperti tim yang tak diurus secara serius.
ADVERTISEMENT
Memang sulit untuk mengetahui sejauh mana peran Skinner dalam urusan transfer dan kontrak pemain, namun jelas performanya di lapangan terpengaruhi langsung dengan keputusan-keputusan tersebut.
Nama Skinner juga terseret dalam tuduhan kondisi kerja yang toksik di Manchester United. Dari twit Michael Kallback, agen Martha Thomas dan Vilde Boa Risa, mantan pemain MU, terlihat bagaimana pindah dari MU memunculkan kebahagiaan buat dua kliennya.
Mengutip pemberitaan The Guardian soal Martha Thomas yang menemukan permainan terbaiknya di Tottenham Hotspurs usai pindah dari MU, Kallback mentwit, “Begitulah yang terjadi bila ia (Thomas) tidak bermain di lingkungan yang toksik.”
Tuduhan tidak langsung bahwa MU di era Skinner punya lingkungan toksik ia sebutkan dua kali.
Memang, tuduhan itu mungkin sekali terasa bias. Risa dan Thomas tak banyak mendapatkan menit bermain di United, dan Kallback bisa saja cuma anggur masam dari pengalaman tak mengenakkan kliennya di Leigh Sports Village.
ADVERTISEMENT
Skinner sendiri menolak tegas tuduhan itu. “Mudah memberikan komentar. Tapi aku ada di lingkungan ini setiap hari, dan aku bisa bilang, yang ada adalah kebalikannya. Akut tak memperhatikan (kritikan) itu, fokusku cuma membantu pemain-pemain di sini,” ujarnya.
Yang jelas, di lapangan, MU belum meyakinkan. Apakah Skinner punya cukup waktu untuk mengubahnya, ataukah Jim Ratcliffe punya rencana lain buat Ella Toone dkk. baru bisa kita lihat dalam beberapa waktu mendatang.