Tak Mainkan Noa Leatomu sepanjang Turnamen, Coach Mochi Jelaskan Alasannya

6 Desember 2024 21:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Laita Roati, Coach Satoru Mochizuki, Viny Silfianus, dan Reva Octaviani pamerkan trofi saat Timnas Wanita Indonesia pulang dari ASEAN Women's Cup di Laos. Foto: Aji Nugrahanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Laita Roati, Coach Satoru Mochizuki, Viny Silfianus, dan Reva Octaviani pamerkan trofi saat Timnas Wanita Indonesia pulang dari ASEAN Women's Cup di Laos. Foto: Aji Nugrahanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Timnas Wanita Indonesia telah kembali ke Tanah Air selepas menjuarai ASEAN Women’s Cup 2024 di Laos. Membawa oleh-oleh trofi juara, pemain, staf, juga pelatih keluar VIP Lounge Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dengan wajah yang riang.
ADVERTISEMENT
Sederet perayaan, ucapan selamat, dan harapan-harapan yang lebih tinggi telah menunggu. Meski ini turnamen kualifikasi, setiap kejayaan tetap berhak dirayakan. Lagi pula, bagi Timnas Wanita Indonesia, ini adalah trofi juara turnamen internasional pertama mereka.
Tapi di balik gegap gempita itu, terselip sebuah pertanyaan dari khalayak—terutama untuk sang juru racik dari Jepang, Satoru Mochizuki.
Mengapa, di sepanjang turnamen ASEAN Women’s Cup, Noa Leatomu tidak dimainkan sama sekali? Bahkan tidak pula sebagai pemain pengganti?
Lebih jauh lagi, netizen membandingkan Noa dengan Eliano Reijnders, yang di timnas pria kerap jadi cadangan, bahkan tak masuk skuad sama sekali. Tak sedikit pula netizen berkomentar di akun Instagram dan TikTok kumparanBOLANITA, apakah Noa Leatomu tidak cukup punya kualitas untuk bermain di timnas?
ADVERTISEMENT
Tentu tidak, jawab Mochi.
“Jadi pas waktu latihan semua pemain itu sangat semangat sekali untuk latihan. Jadi kita pikirkan gimana semua kombinasi dari pemain,” ujar Mochi kepada kumparanBOLANITA di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (6/12) malam.
Noa Leatomu di Training camp Timnas Wanita Indonesia di Jakarta, Selasa (25/6/2024). Foto: Dok. Timnas Indonesia.
“Bukan berarti Noa tidak ada kemampuan atau gimana, tapi kita lebih mementingkan kombinasi dari semua pemain,” tambah pelatih berusia 60 tahun itu.
“Mungkin kita berpikir nanti ke depannya Noa akan lebih bagus dikombinasikan dengan pemain yang lain,” katanya kepada wartawan sebelum menjawab pertanyaan lain.
Mochi sebenarnya sempat ditanya pertanyaan serupa saat berada di Laos, soal keengganannya memainkan seluruh pemain diaspora bersama-sama. Saat itu ia bilang kalau ia tidak bisa memikirkan hanya hari ini, tapi bertahun-tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain diaspora Indonesia memang masih muda. Noa sendiri baru berusia 21 tahun, sama dengan Estella Loupatty. Sementara itu, Sydney Hopper dan Katarina Stalin malah jauh lebih muda lagi. Hopper berusia 17 tahun dan Stalin 15 tahun.