Wabah Cedera ACL Merajalela, Vivianne Miedema: Ini Sudah Taraf Bahaya!

7 Oktober 2024 17:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Manchester City, Rodri, bereaksi setelah mengalami cedera pada pertandingan Liga Inggris antara Manchester City melawan Arsenal di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, Minggu (22/9/2024). Foto: Jason Cairnduff/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Manchester City, Rodri, bereaksi setelah mengalami cedera pada pertandingan Liga Inggris antara Manchester City melawan Arsenal di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, Minggu (22/9/2024). Foto: Jason Cairnduff/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pesepak bola top Eropa berjatuhan diterpa cedera. Jenisnya pun tak main-main, tapi anterior cruciate ligament yang penyembuhannya membutuhkan waktu 9-12 bulan. Dan kini, korbannya tak hanya pesepak bola wanita.
ADVERTISEMENT
Di beberapa pekan pertama musim ini, gelandang top Manchester City Rodrigo Hernández, kiper utama Barcelona Marc-André ter Stegen, juga bek kanan Real Madrid Dani Carvajal ganti-gantian terkena ACL. Praktis, musim mereka berakhir lebih dini.
Di sepak bola wanita pun, ACL, yang telah lama jadi momok, terus-terusan memakan korban. Di Liga Inggris Wanita (WSL) saja, musim ini sudah tiga pemain jadi korban. Mereka adalah Risa Shimizu dari Manchester City serta Inma Gabarro dan Aurora Galli dari Everton, dan Jorja Fox dari Chelsea yang tengah dipinjamkan ke Crystal Palace.
Ini belum menghitung beberapa bintang yang belum kembali dari cedera ACL musim lalu, macam Sam Kerr dan Mia Fishel dari Chelsea, Victoria Pelova dari Arsenal.
ADVERTISEMENT
Mengamati hal ini, penyintas ACL sekaligus bomber baru Manchester City, Vivianne Miedema, mendesak agar orang-orang yang punya kuasa di sepak bola memperbaiki kalender pertandingan yang tiap tahun makin padat.
“Perubahan yang dilakukan masih sangat lamban. Ini adalah sesuatu, terutama di sepak bola wanita, yang telah kami teriakkan sejak bertahun-tahun lalu,” ujar Miedema kepada Daily Mail.
“Bukannya kami tak mau bermain. Orang-orang mudah saja berkomentar, ‘Lah, kenapa kamu nggak mau jadi pemain profesional? Kenapa nggak mau main lebih banyak pertandingan?’” tanya Miedema retoris.
Viv Miedema memeluk Leia Alexandri usai membobol gawang Paris FC. Foto: REUTERS/Stephanie Lecocq
“Tapi kalau kalian pikirkan semuanya, sebenarnya tak begitu. Kalau dilihat dari aspek fisik dan mental, kondisi yang kami hadapi itu berbahaya,” ujar Miedema.
Miedema menyebut, kalender sepak bola yang semakin padat tak hanya berdampak pada cedera pemain, tapi juga ke isu kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita tidak merawat pemain-pemain yang ada sekarang, aku tidak tahu kapan lagi waktu yang tepat. Kita lihat sendiri pemain-pemain terkena cedera yang parah. Mereka kemungkinan burned out,” ujarnya.
Musim ini, skema kompetisi sepak bola tertinggi Eropa, terutama tim-tim yang tergabung di kompetisi Eropa, berubah jadi makin padat. Fase grup yang mereka biasa lalui berubah menjadi fase liga. Ini menambah jumlah pertandingan minimal dua kali.
Ditambah dengan jeda internasional, pemain dari tim dan negara terbaik di Eropa bisa bermain 50 sampai 60 kali semusimnya. Belum lagi agenda musim panas yang sepertinya selalu ada tiap tahun. Leah Williamson, kapten timnas Inggris, bahkan sampai bersyukur timnya tak lolos Olimpiade 2024 kemarin. Ia bilang, pemain Inggris butuh istirahat!
ADVERTISEMENT
“Sebagai seorang fans, kalian pasti ingin yang terbaik disajikan di lapangan. Dengan kondisi yang seperti ini, itu tak akan terjadi,” ujar Miedema.