8 Jajanan SD Jadul, Masih Ingat Permen Pendekar Biru atau Jagoan Neon?

26 Juni 2022 13:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
ADVERTISEMENT
Melihat jajanan SD tentunya membuat kamu bernostalgia mengingat makanan yang pernah kamu makan semasa sekolah. Jajanan ikonik memang memiliki ciri khas masing-masing. Namun sangat disayangkan kini kehadirannya mulai sulit untuk ditemui.
ADVERTISEMENT
Menghabiskan waktu istirahat atau saat pulang sekolah bermain bersama teman sambil memakan berbagai jajanan pasti membuat kamu semakin rindu suasana ini. Pada waktu tersebut, kamu bisa jajan berbagai macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.
Seolah-olah membuat kamu bernostalgia mengingat kegembiraan saat berbagai jajanan bersama teman-teman. Maka itu, berikut ini tim kumparanFOOD merangkum 8 jajanan yang mengingatkan kamu akan masa-masa sekolah dasar. Penasaran apa saja? Yuk, simak berikut ini:

1. Mi Sakura

Mi Sakura. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Mi Sakura memang identik dengan jajanan SD. Mi ini biasa disajikan dalam wadah styrofoam dan alat makan berupa sebatang sumpit kayu yang dibelah dua. Menikmatinya masih hangat-hangat dengan porsinya mini. Mi ini menjadi makanan favorit terutama setelah olahraga maupun saat pulang sekolah.
ADVERTISEMENT

2. Permen karet bulat

Permen karet bulat Babaloon. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Permen karet ini berbentuk bulat yang memiliki tekstur luar agak keras saat digigit. Namun setelah dikunyah memiliki rasa buah yang manis. Biasanya untuk mendapatkan permen ini kamu bisa main terlebih dahulu di mesin pembelian permen bulat besar. Dengan memasukkan koin, memutar tuas, butiran-butiran permen karet ini akan keluar banyak.

3. Permen Pendekar Biru

Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Permen pendekar biru memiliki sensasi rasa manis yang khas setelah kamu menyantapnya. Lidah kamu pasti akan langsung berwarna biru. Biasanya setelah lidah berubah warna, kamu suka memamerkan lidah kamu ke teman kamu. Lucu, ya?

4. Jagoan Neon

Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Iklan permen ini mungkin masih sering kamu dengar saat minggu pagi. Permen manis ini juga memiliki rasa dan warna yang beragam. Setelah memakan permen ini, pasti lidah kamu juga akan berubah warna sesuai warna permen yang kamu makan.
ADVERTISEMENT

5. Choyo-choyo

Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Coklat kecil nan manis memiliki ciri khas 3 warna dalam satu kemasan; yaitu cokelat, putih, serta berbagai warna di bagian bawah. Cokelat ini biasa dijual dengan cara digantuk dan kamu bisa menariknya satu per satu. Duh, jadi kangen cokelat ini seperti masa kecil dulu, ya?

6. Apollo

Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Wafer ini menjadi camilan yang sangat dirindukan. Wafer cokelat yang dilapisi cokelat lembut menjadi jajanan manis saat masa sekolah dulu. Selain wafer, Apollo juga memiliki variasi lain seperti astor, bolu, bahkan wafer ball yang kadang masih bisa kamu temui saat hari raya.

7. Permen rokok

Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Eits, ini bukan rokok sungguhan, ya. Jajanan ini merupakan permen rasa mint yang manis lalu dibungkus menyerupai rokok. Biasanya anak-anak memakan permen ini seolah-olah seperti sedang merokok.
ADVERTISEMENT

8. Permen karet Yosan

Jajanan SD zaman dulu. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Permen karet ini menjadi jajanan yang legendaris. Selain rasanya yang enak, konon katanya kamu bisa mendapatkan hadiah dengan menyusun huruf Y-O-S-A-N yang bisa kamu dapatkan di balik kemasan. Permen ini juga memiliki rasa aneka buah yang menyegarkan.
Sayangnya beberapa jajanan di atas kini sudah mulai sulit untuk ditemui. Adapun cara agar kamu bisa menikmati jajanan legendaris tersebut dengan membelinya di e-commerce. Selain itu, kamu bisa datang ke pameran jajanan jadul yang biasa ada di pusat perbelanjaan.
Nah, dari beberapa jajanan SD di atas, manakah yang menjadi favoritmu?
Penulis: Monika Febriana