Berburu Kue Dongkal, Kuliner Betawi Nikmat yang Mulai Langka

21 Juli 2022 12:14 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kue dongkal khas Betawi di Mampang Prapatan, Jaksel. Foto: Azalia Amadea/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kue dongkal khas Betawi di Mampang Prapatan, Jaksel. Foto: Azalia Amadea/Kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah pernah mencoba kue dongkal? Atau, mungkin makanan ini terdengar asingkah di telingamu?
ADVERTISEMENT
Sejatinya, kue dongkal atau yang juga dikenal dengan sebutan dodongkal, merupakan salah satu makanan khas Betawi. Dongkal memiliki arti mengiris kue bak "dicongkel" atau "didongkal" menggunakan centong.
Kue tradisional ini sudah ada sejak 1940. Umumnya disajikan sebagai menu sarapan masyarakat Jakarta. Kue dongkal memiliki rasa dan tekstur yang mirip dengan kue putu. Warnanya putih dengan isian gula merah. Hanya saja, gula merah pada kue dongkal berfungsi sebagai pelapis, bukan isian.
Kue ini memiliki banyak nama, lho. Seperti di Jawa Barat kue ini dikenal dengan nama awug, di Sukabumi bernama dodongkal, serta masyarakat Medan menyebutnya dengan pohulpohul.
Kue dongkal khas Betawi di Mampang Prapatan, Jaksel. Foto: Azalia Amadea/Kumparan
Sayangnya, makanan tradisional ini sudah mulai langka dan sulit untuk menemukannya. Beruntung saya menemukan pedagang kue dongkal di daerah Mampang, Jakarta Selatan. Tertulis pada gerobak hijau tersebut "Kue Dongkal Khas Betawi".
ADVERTISEMENT
Rupanya, Kue Dongkal Mampang ini merupakan cabang keempat dari Kue Dongkal Cipinang Jaya. Ya, waralaba kue dongkal ini awalnya berasal dari Cipinang, Jakarta Timur yang sudah buka sejak empat tahun lalu.
Kendati Anto (24), berminat untuk menjual serta melestarikan kue dongkal ini di daerah Jakarta Selatan. Kepada kumparanFOOD, Anto berkisah bahwa sejatinya peminat kue dongkal masih banyak. Mulai dari anak muda hingga orang tua.
Kue dongkal khas Betawi di Mampang Prapatan, Jaksel. Foto: Azalia Amadea/Kumparan
"Saya jualan kue dongkal ini karena melihat peminatnya masih banyak sampai sekarang. Padahal ini kan makanan langka dan jadul," kata Anto yang ditemui saat sedang berdagang (12/7).
Sehari Anto mampu menjual lima sampai enam kukusan atau cetakan kue dongkal. Kue dongkal ini menggunakan cetakan khusus seperti kerucut, mirip untuk membuat nasi tumpeng. Untuk menjual lima sampai enam kukusan tersebut Anto menggunakan sekitar 15 kilogram tepung beras.
ADVERTISEMENT
Anto pun menceritakan proses pembuatan kue dongkal yang ternyata tidak terlalu sulit. "Awalnya beras kita giling sendiri, terus kita kukus, kita halusin lagi. Nanti siangnya baru kita giling lagi sampai kaya tepung agak halus, baru diadon pakai tambahan tepung kelapa sama susu, baru dicetak dan setiap lapis dikasih gula merah," jelasnya.
Kue dongkal khas Betawi di Mampang Prapatan, Jaksel. Foto: Azalia Amadea/Kumparan
Barulah setelah matang, kue dongkal dipotong-potong untuk disajikan. Satu porsi kue dongkal dibanderol Rp 15 ribu. Sementara satu kukusan dihargai Rp 200 ribu.
Saya pun turut memesan satu porsi kue dongkal sekotak kue sedang. Saat mencoba, rasa dan tekstur dari kue dongkal ini memang persis sekali dengan kue putu. Rasanya gurih, sedikit asin, dan manis serta wangi dari kelapa dan gula merah.
ADVERTISEMENT
Tekstur tepung berasnya juga masih terasa sedikit kasar sehingga saat dikunyah pun tak lantas hilang begitu saja di mulut. Sebagai topping, makan kue dongkal ini juga bisa dengan taburan kelapa parut.
Untuk varian, Anto mengatakan akan mempertahankan rasa original dari kue dongkal. Dia tak berminat untuk menambahkan topping atau isian lain dalam kue tradisional ini.
Kue dongkal khas Betawi di Mampang Prapatan, Jaksel. Foto: Azalia Amadea/Kumparan
"Kita sengaja mempertahankan cita rasa original kue dongkal. Kadang ada yang tanya kenapa enggak tambahkan cokelat atau nangka, tapi kami tidak mau mengubah cita rasa asli kue dongkal yang original. Ini lebih enak," kata Anto.
Dia juga mengeklaim bahwa kue ini sehat karena tanpa menggunakan bahan pengawet. Proses memasaknya pun dengan cara dikukus.
Untuk tetap bisa melestarikan kue dongkal di ranah asalnya, Anto juga kerap meminta bantuan rekannya untuk mempromosikan kuliner Betawi ini melalui media sosial, seperti Facebook. Setiap hari Anto berjualan mulai pukul 15.30 sampai 23.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Selain di Mampang, kue dongkal ini juga memiliki tiga cabang lain. Mulai dari di Cipinang, Duren Sawit, dan Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur.