Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Asap tebal mengepul, memenuhi warung tenda yang hanya berukuran beberapa petak. Kepulannya menyebar hingga ke sekitar jalan, menguarkan aroma sedap yang jadi pemikat pengunjung. Beberapa ekor ayam utuh berjejer di atas panggangan, menunggu giliran untuk dilumuri bumbu.
ADVERTISEMENT
Begitu matang, ia disajikan bersama sepiring hidangan kangkung dengan topping sambal merah merona. Bukan sekadar ayam bakar biasa, inilah ayam taliwang, khazanah kuliner dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sepiring ayam taliwang kerap dibalut dengan racikan bumbu bercita rasa kuat. Kenikmatan yang dimiliki ayam taliwang bahkan mampu menjadi penengah, pencipta kedamaian di tengah konflik peperangan.
Konon, kemunculannya memang ditujukan untuk meredam perang antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karangasem Bali. Pada masa itu, Kerajaan Selaparang meminta bantuan pada Kerajaan Taliwang dari Lombok untuk membantu mereka menghadapi serangan dari Kerajaan Karangasem Bali.
Orang-orang Taliwang tersebut diminta untuk melakukan pendekatan dengan Raja Karangasem agar pertempuran yang menelan banyak kerugian nyawa dan harta benda tidak berlanjut.
ADVERTISEMENT
Mereka berperan sebagai pendamai, dan ditempatkan di suatu wilayah bernama Karang Taliwang, NTB. Selain pasukan perang, pihak Kerajaan Taliwang ini juga membawa juru masaknya untuk ikut serta.
Dikutip dari buku Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya Kuliner Ayam Taliwang Provinsi Nusa Tenggara Barat karya I Wayan Sudarma, para juru masak tersebut mengolah dan memasak berbagai bahan makanan sebagai santapan para pemimpin perang dan prajurit. Salah satu hidangannya, ialah ayam bakar dengan campuran bumbu-bumbu tertentu sesuai selera dan tradisi masyarakat Taliwang.
Mereka menggunakan berbagai bumbu yang berasal dari hasil alam sekitar; mulai dari bawang merah, bawang putih, cabai, garam, dan terasi. Paduan bumbu tersebut menciptakan cita rasa yang manis, pedas, yang meresap hingga ke tulang ayamnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Prof. Murdijati Gardjito, para pemimpin peperangan yang menikmati ayam taliwang kala itu sangat terlena dengan kelezatannya. Sampai-sampai, mereka pun terbujuk untuk menghentikan peperangan.
“Demikianlah diplomasi kuliner telah ditunjukan, antara lain oleh peran ayam taliwang,” jelas Prof. Murdijati kepada kumparan.
Jejak kepopuleran ayam taliwang
Lambat laun, kelezatan dari ayam taliwang mulai menyebar hingga ke luar wilayah Karang Taliwang, ke seantero Lombok dan Indonesia.
Kemasyhuran ayam taliwang ini sejatinya bermula dari adanya seseorang bernama Nini Manawiyah atau Papin Manawiwah yang berjualan nasi ayam pelalah di rumahnya di Karang Taliwang saat pagi hari.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada sore hingga malam menjelang subuh, ia melanjutkan berjualan secara bakulan di Pasar Cakranegara.
“Sebetulnya resep asli ayam taliwang itu berkembang dari masakan asli lombok yang disebut ayam pelalah yang rasanya pedas. Kemudian, dengan sedikit variasi dan modifikasi bumbu; diberi rasa manis dan terasi yang umami atau sedap,” jelas Prof. Murdijati.
Saking enaknya, nasi ayam buatan Manawiyah mulai tenar di Kota Mataram. Dan karena ia berasal dari Karang Taliwang, para pelanggannya pun menjuluki hidangan tersebut sebagai ayam taliwang.
Kepopuleran ayam taliwang buatan Manawiyah makin bertambah saat Jenderal Ahmad Yani singgah ke warungnya di tahun 1960-an. Usaha ayam taliwang Manawiyah ini kemudian diikuti oleh Dea Papin Haji Ahmad Moerad, yang membuka usahanya di tahun 1967.
ADVERTISEMENT
Menurut I Wayan Sudarma dalam bukunya Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya Kuliner Ayam Taliwang Provinsi Nusa Tenggara Barat, warung nasi Papin Haji Ahmad Moerad ini mulanya hanya sebuah warung kaki lima yang terletak di sisi barat kompleks Pasar Cakranegara. Lambat laun, warung makannya semakin ramai dikunjungi pelanggan.
Sama halnya dengan ayam pelalah yang dijual Nini Manawiyah, ayam pelalah yang dijual di warung nasi ayam Papin Ahmad Moerad juga dikenal sebagai nasi ayam taliwang. Ini karena Dea Papin Haji Ahmad Moerad berasal dari Karang Taliwang.
Setelah generasi Manawiyah dan Papin Ahmad Moerad, makin banyak pedagang asal NTB yang kemudian mengembangkan hidangan ayam taliwang. Hingga akhirnya, sajian tersebut menjadi makanan khas NTB.
ADVERTISEMENT
Rahasia kenikmatan ayam taliwang
Kunci kelezatan dari hidangan tersebut adalah penggunaan ayam kampung sebagai bahan dasarnya. Usia ayamnya pun masih sekitar tiga bulan, sehingga cukup mungil, empuk, dan tak berlemak.
Mengutip dari situs Pesona Indonesia, rahasia lain dari kenikmatan kuliner khas Sasak ini adalah bumbu pedasnya. Bumbunya terbuat dari campuran cabai dan terasi Lombok.
Ada satu hal lagi yang membuat ayam taliwang istimewa, yakni cara mengolahnya. Ayam dibelah secara membujur menjadi dua bagian, kemudian bagian kedua sayapnya dilipat ke belakang dengan lipatan yang khas dan unik.
Cara melipat inilah yang menjadi ciri khas ayam taliwang yang asli.
Saat disajikan, ayam taliwang tak pernah sendirian. Ia selalu ditemani dengan plecing kangkung dan beberuk terung, makanan khas NTB lainnya. Paduan cita rasa ayam taliwang yang begitu kaya akan bumbu dan rempah, serta tekstur renyah dari plecing kangkung menciptakan sebuah kombinasi nan serasi.
ADVERTISEMENT
Maka tidaklah mengherankan, bila ia mampu menjadi sarana diplomasi, memberi kenikmatan yang meluluhkan hati.