Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Gaya Hidup Guna Ulang, Bantu Atasi Masalah Sampah Plastik Sisa Makanan
27 Februari 2023 9:21 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tingginya timbunan sampah di Bantar Gebang membuat kita tersadar yaitu selain proses daur ulang yang belum baik, kita juga masih belum bisa mengurangi penggunaan sampah.
Executive Director, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), Tiza Mafira, mengungkapkan cara jitu dan praktis untuk menanggulangi isu sampah.
Selain mengurangi penggunaan plastik, ia juga mengajak masyarakat untuk menjalankan gaya hidup guna ulang. Apa itu?
“Gaya hidup guna ulang adalah gaya hidup yang menjalankan prinsip pakai-habiskan-kembalikan," kata dia seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (26/2).
Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan penggunaan air galon yang harus dikembalikan setelah airnya habis terpakai, bukan? Ya, prinsip pakai-habiskan-kembalikan dari penggunaan air galon inilah yang kemudian direplikasi terhadap cara kita mengkonsumsi produk rumah tangga lainnya agar sampah yang dihasilkan minim.
ADVERTISEMENT
“Bagi warga DKI Jakarta, menjalankan gaya hidup guna ulang sekarang pun menjadi lebih mudah karena adanya Gerakan Guna Ulang Jakarta (GGUJ) sebuah inisiatif untuk mewujudkan ekosistem yang dapat mendukung gaya hidup guna ulang di Jakarta," lanjut.
Inisiatif yang diluncurkan pada tahun lalu ini dikatakan Tiza cukup convenient dan affordable. Mungkin banyak yang merasa gaya hidup guna ulang itu susah, ribet, bahkan mahal.
Namun, Figur Publik & Duta Diet Kantong Plastik, Nadia Mulya, mengatakan bahwa stigma ini bisa dipatahkan dengan mengaplikasikannya ke gaya hidup yang kemudian menjadi kebiasaan.
Menurutnya, di Jakarta sudah banyak vendor produk rumah tangga hingga kafe atau restoran yang mendukung gaya hidup guna ulang.
"Sudah banyak vendor yang menjual produk sehari-hari keperluan rumah tangga, seperti minyak goreng, bumbu dapur, detergen hingga sabun cuci piring, dengan kemasan guna ulang. Biasanya saya membeli produknya lewat toko online dan kemasan pun dijemput gratis setelah produk habis terpakai," kata Nadia.
ADVERTISEMENT
Gaya Hidup untuk Kurangi Sampah Plastik
Diluncurkan hampir setahun lalu, inisiatif yang digagas oleh GIDKP dan Zero Waste Living Lab (ZWLL) Enviu ini sejalan dengan program “Jakarta Sadar Sampah” yang diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta guna membantu pemerintah pusat untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia.
Melibatkan tiga startup teknologi binaan Enviu ZWLL, yaitu Alner, ALLAS dan QYOS, inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi plastik sekali pakai dari produk sehari-hari yang masih menjadi masalah utama, seperti kemasan makanan, kemasan produk rumah tangga dan kemasan plastik dari layanan pesan-antar makanan online.
Indonesia Program Lead, Enviu, Zero Waste Living Lab, Darina Maulana, mengatakan salah satu kunci agar gaya hidup guna ulang dapat tepat sasaran adalah melibatkan brand yang memang dekat dengan gaya hidup warga Jakarta karena masyarakat sudah kenal dengan produknya.
ADVERTISEMENT
Produk-produk ini tentunya bukan hasil oplosan, tapi asli langsung didapat dari distributor resmi sehingga memiliki kualitas yang sama dengan yang dijual di pasaran.
Wipro, Unilever, dan YAGI bekerja sama dengan Alner menyediakan pilihan produk kebersihan rumah, kebersihan tubuh sampai keperluan dapur dengan kemasan guna ulang yang dijual di lebih 100 titik dan juga di platform e-commerce.
Work Coffee telah bekerja sama dengan ALLAS untuk menggunakan wadah makanan dan minuman guna ulang untuk pemesanan online.
Jika telah habis dipakai, kemasan guna ulang ini dapat dikembalikan atau dapat dijemput gratis oleh kurir Westbike Messenger Service agar semakin mendukung inisiatif ramah lingkungan yang menjadi inti dari gaya hidup guna ulang.
GGUJ akan secara berkala dipantau dengan harapan, implementasinya dapat lebih konsisten serta diperluas ke wilayah sekitar Jakarta dengan merangkul lebih banyak lagi produsen, ritel dan masyarakat sebagai pengguna.
ADVERTISEMENT
Tiza juga mengatakan gerakan guna ulang juga dinilai rendah emisi karena bisa mengurangi produksi plastik dari bahan mentah maupun daur ulang, dan limbah di pembuangan tingkat akhir juga tidak ada.
"Plastik yang digunakan kembali memancarkan setidaknya 50 persen gas rumah kaca ketimbang skenario daur ulang. Jika dilakukan standardisasi, penggunaan kembali bisa mengurangi emisi gas rumah kaca untuk kemasan konsumen sampai 80 persen,” pungkas Tiza.