Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Rupanya, Google tengah merayakan kelezatan kuliner asal Sumatera Barat tersebut. Perayaan Google Doodle hari ini, Rabu (21/8), juga menandai momen istimewa yang terjadi pada 21 Agustus 2021.
Pada tanggal tersebut, Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, bersama Wakil Gubernur, Audy Joinaldy, telah menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) atas penyelenggaraan acara memasak rendang daring dengan peserta terbanyak.
Tapi, tahukah Anda tentang asal-usul kuliner rendang?
Asal-usul rendang
Berdasarkan jurnal Rendang: The Treasure of Minangkabau yang diterbitkan pada tahun 2017, rendang pertama kali ditemukan di Sumatera Barat pada abad ke-8.
Cita rasa rendang yang kuat tidak lepas dari pengaruh kuliner India. Bumbu-bumbu seperti cabai, kunyit, serai, bawang, kapulaga, dan santan yang mirip dengan bahan pembuatan gulai khas India. Pada masa itu, Sumatera adalah pusat perdagangan dunia, yang menyebabkan wilayah ini menjadi titik pertemuan bagi berbagai pedagang rempah dari India.
ADVERTISEMENT
Banyak dari mereka yang memilih untuk menetap di Sumatera, membawa serta teknik memasak dan bahan-bahan yang memengaruhi kuliner lokal, termasuk rendang.
Menurut Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, nama rendang sendiri berasal dari kata merandang atau randang, yang berarti 'lambat'. Istilah ini merujuk pada proses memasak yang memakan waktu berjam-jam.
Teknik memasak rendang memakan waktu sekitar 4-8 jam, sehingga menghasilkan daging yang lembut, berbumbu, dan lembut saat digigit.
"Rendang itu sebetulnya nama proses memasak, proses memasak yang melibatkan santan, daging, dan bumbu-bumbu dalam jangka waktu yang cukup lama," kata Murdijati.
Menurut Murdijati, rendang juga dikenal sebagai simbol status sosial karena di masa lalu, rendang bukanlah hidangan yang tersedia setiap hari. Hanya bangsawan dan saudagar terpandang saja yang mampu menyajikan hidangan ini.
"Rendang daging sapi ini memiliki nilai sosial yang tinggi, karena besarnya irisan daging yang dimasak menjadi simbol status sosial seseorang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pesta adat, rendang sering kali disajikan sebagai pajangan dan tidak boleh dimakan hingga pesta selesai. Menurut penjelasan Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan UGM tersebut, sajian rendang menjadi semacam pajangan untuk menunjukkan status sosial kepada para tamu.
"Jadi rendang ini dalam suatu hajatan masyarakat Minangkabau sering ditempatkan dalam posisi yang berbeda dengan masakan lain. Apalagi kalau irisannya besar, itu tidak bisa disentuh selama masa berpesta karena digunakan untuk menunjukkan itu tadi, status sosial seseorang," tambahnya.
Selain itu, komposisi bahan pembuat rendang juga punya makna tersendiri sebagai upaya penghormatan terhadap tetua adat hingga pemuka agama. Dagiang atau daging sapi melambangkan niniak mamak atau sebutan pemimpin suku. Kelapa perlambang cadiak pandai atau kaum intelektual. Sisanya ada lado atau cabai perlambang alim ulama, dan pemasak atau bumbu yang berarti simbol masyarakat Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan zaman, rendang pun mulai bisa dinikmati seluruh elemen masyarakat. Proses memasak yang memakan waktu berjam-jam membuat rendang dapat disimpan dalam waktu lama, sehingga sering dijadikan bekal oleh mereka yang bepergian atau merantau.
Dikatakan Murdijati, varian rendang lama-kelamaan mulai mengalami perkembangan. Dari yang tadinya hanya terbuat dari daging sapi atau ayam, kini berkembang menjadi puluhan jenis yang tak kalah terkenal di Sumatera, bahkan Indonesia.
"Seluruhnya sampai saat ini dikenal 19 macam rendang," jelasnya.
Kelezatan rendang juga telah mendapatkan pengakuan di mancanegara. Rendang telah beberapa kali dinobatkan sebagai makanan terenak.
Bahkan, CNN International pernah menobatkan rendang sebagai makanan terenak di dunia mengalahkan sushi khas Jepang, Tom Yum, pasta, dan nasi goreng yang telah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat luar negeri.
ADVERTISEMENT
Rendang juga secara resmi diakui sebagai hidangan nasional Indonesia dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.