Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
McD, Starbucks, hingga Coca-Cola di Rusia Berhenti Beroperasi Usai Kena Boikot
10 Maret 2022 17:40 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Tekanan yang semakin meningkat pada bisnis merek makanan dan minuman negara Barat, untuk menarik diri dari Rusia karena invasi ke Ukraina sampai kepada McDonald's hingga Coca-Cola. Brand besar ini menuai kritikan di media sosial karena sempat tak kunjung menarik diri dari Rusia.
ADVERTISEMENT
Mengutip BBC, perusahaan terkenal termasuk Netflix dan Levi's telah berhenti menyediakan layanan di Rusia. Namun, awalnya McDonald's dan Coca-Cola tak menanggapi permintaan untuk menghentikan operasi di negara tersebut. Tagar ‘Boycott McDonalds’ dan ‘Boycott Coca-Cola’ pun masing-masing menjadi trending di Twitter pada sepekan lalu.
Seorang investor Dragon's Den Deborah Meaden juga menyurakan hal yang sama di media sosial, ia menentang perusahaan minuman bersoda tersebut. Ia mendesak orang-orang untuk berhenti minum produk Coca-Cola . Kritik itu muncul di tengah seruan agar perusahaan Barat terkenal lainnya, seperti KFC, Pepsi, Starbucks, dan Burger King untuk turut menutup gerai mereka dan menghentikan penjualan di Rusia.
Namun, sebagian besar perusahaan tetap diam, seperti Pepsi, Starbucks dan Burger King juga menolak menanggapi seruan tersebut. Gerai makanan cepat saji KFC awalnya tidak menanggapi tetapi pemiliknya Yum Brands, yang juga memiliki merek Pizza Hut, sejak itu mengumumkan bahwa mereka telah berhenti berinvestasi di Rusia.
ADVERTISEMENT
Yum Brands adalah jaringan restoran terbesar kedua di dunia, dan ada sekitar 1.000 gerai KFC dan 50 restoran Pizza Hut di Rusia. Perusahaan ini tidak menarik diri sepenuhnya, tetapi Yum mengatakan bahwa mereka akan "mengalihkan semua keuntungan dari operasi Rusia untuk upaya kemanusiaan.” Mereka juga menyumbangkan 1 juta dolar AS ke Palang Merah.
Menanggapi boikot McDonald’s hingga Starbucks di Rusia resmi berhenti beroperasi
Mengutip AP, pada Selasa (8/3), beberapa merek makanan dan minuman dari Amerika Serikat, seperti McDonald's, Starbucks , Coca-Cola, dan PepsiCo akhirnya mengumumkan penangguhan sementara bisnis mereka di Rusia, sebagai tanggapan atas invasi negara tersebut ke Ukraina.
“Nilai-nilai kami memang berarti, kami tidak dapat mengabaikan penderitaan manusia yang tidak perlu terjadi di Ukraina ," kata Presiden dan CEO McDonald's Chris Kempczinski dalam sebuah surat terbuka kepada karyawan.
ADVERTISEMENT
Restoran cepat saji yang berbasis di Chicago tersebut memutuskan menutup sementara 850 toko, tetapi akan terus memberikan gaji kepada 62.000 karyawannya di Rusia. Kempczinski menambahkan bahwa sangat sulit untuk mengetahui kapan perusahaan bisa kembali beroperasi.
"Situasinya sangat menantang untuk merek global seperti milik kami, dan ada banyak pertimbangan," tambah Kempczinski dalam surat itu. Misalnya, McDonald bekerja dengan ratusan pemasok Rusia, dan melayani jutaan pelanggannya setiap hari.
Sementara, Jumat (4/3), Starbucks menyatakan bahwa mereka mendonasikan keuntungan dari 130 tokonya di Rusia untuk upaya bantuan kemanusiaan di Ukraina. Presiden dan CEO Starbucks Kevin Johnson dalam surat terbukanya untuk para kayawan; menjanjikan akan tetap membayar 2.000 karyawan Starbucks Rusia. Starbucks Rusia dioprasikan oleh waralaba Alshaya Group yang berbasis di Kuwait.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Coca-Cola Co. mengumumkan menangguhkan bisnisnya di Rusia, tetapi menawarkan beberapa syarat kepada mitra mereka. Begitu juga dengan Pepsi Co yang turut mengumumkan penutupan sebagian bisnis mereka di Rusia.
Penulis: Ade Naura Intania