Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Ada pemandangan tak biasa di dalam kawasan Museum Sejarah, atau yang lebih dikenal sebagai Museum Fatahillah. Area halaman yang terletak di bagian dalam museum tampak lebih ramai dengan adanya tambahan booth berukuran 5 x 3 meter.
ADVERTISEMENT
Rupanya, bangunan semi permanen tersebut adalah kedai kopi yang didirikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta (Disparbud) bersama Masyarakat Kopi Indonesia untuk para pengunjung museum.
Adanya 'kedai kopi' yang berlokasi di dalam museum ini, menjadi langkah Disparbud untuk meningkatkan minat anak-anak muda berkunjung ke wisata sejarah.
Apalagi, kini ngopi telah menjadi sebuah gaya hidup yang melekat di kalangan generasi milenial. Tentunya, suasana yang ditawarkan ketika menyesap kopi di dalam museum jadi daya tarik tersendiri.
Bertajuk Kopikan Museum, ada aneka minuman kopi yang bisa dipilih pengunjung. Mulai dari latte, americano, es kopi susu, hingga manual brew. Varian kopi yang tersedia pun bermacam-macam.
Setidaknya, ada 19 single origin yang berasal dari berbagai provinsi di Nusantara. Jumlah ini tentunya masih akan terus bertambah, dan akan semakin banyak kopi dari daerah-daerah lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Museum ini kenapa tidak dibuat jadi sesuatu yang kreatif. Ketika ada ajakan untuk ngopi di dalam museum mungkin sesuatu yang terdengar baru dan aneh, nah itu akan kita buat, menggabungkan dua hal yang sama-sama penting," papar Edy Junaedi, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dalam acara peresmian Kopikan Museum di Museum Sejarah, Kota Tua, Jakarta Barat (23/7).
Para baristanya merupakan lulusan akademi barista yang berada di bawah naungan Disparbud DKI Jakarta. Nah, tak cuma sekadar menikmati aneka menu kopi, pengunjung juga bisa belajar tentang sejarah kopi Nusantara.
Tepat di samping ruangan barista, terdapat sudut yang berfungsi sebagai etalase, memamerkan biji kopi dari berbagai penjuru negeri. Semuanya masih dalam bentuk green bean.
Proses roasting dilakukan oleh Masyarakat Kopi Indonesia, untuk menciptakan cita rasa yang konsisten. Oh, ya, untuk houseblend-nya, mereka memadukan robusta dan arabika, yang salah satunya menggunakan beans dari Temanggung.
ADVERTISEMENT
Disajikan sebagai es kopi susu gula aren (Rp 15 ribu), houseblend tersebut dipadukan bersama susu dan sirup gula aren. Cita rasanya cukup seimbang, tak terlalu creamy, namun juga tidak terlalu pekat.
Rasa pahit khas robusta masih tercecap di lidah, namun tak terlalu intens. Rasa manis dari gula aren tak membuat kopi dan susunya tenggelam, justru ia hadir sebagai pelengkap rasa. Cocok untuk dinikmati oleh mereka yang menggilai kopi maupun baru menjajal kopi.
Dari segi harga, hampir semua minumannya dibanderol dengan harga terjangkau, mulai Rp 15 ribu - Rp 2o ribu.
Meski tak disediakan tempat duduk di dalam kafe dan hanya melayani take away, pengunjung bisa duduk-duduk di sekitar halaman museum. Kopi , senja, dan sejarah, anyone?
ADVERTISEMENT