Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Vancelia Wiradjaja Bicara Strategi dan Nasib Boba Xing Fu Tang di Tengah Pandemi
8 Juli 2020 12:54 WIB
ADVERTISEMENT
Kenyal, manis, creamy, dan menyegarkan begitu rasa yang coba disuguhkan dari segelas minuman boba . Minuman ini berkembang dan populer di Taiwan, namun beberapa tahun belakangan serbuan boba di Indonesia terasa begitu gencar. Hilang satu, tumbuh seribu.
ADVERTISEMENT
Antrean mengular di beberapa gerai minuman boba pun sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Terlebih bagi mereka yang sudah adiksi terhadap si mutiara tapioka ini. Hari-hari tanpa menyeruput segelas boba rasanya tak lengkap. Wajar kalau kini minum boba bisa dinilai sebagai sebuah budaya.
Di antara serbuan boba di Indonesia, Xing Fu Tang bisa dikatakan sebagai salah satu brand yang sukses mencuri perhatian pasar dengan cepat. Tak butuh waktu lama untuk merek minuman boba yang dimiliki oleh PT. Pelepas Dahaga Indonesia ini menarik minat pecintanya di Tanah Air.
Di balik kesuksesan Xing Fu Tang yang terbukti dengan antrean mengular di tiap gerainya itu, ada Vancelia Wiradjaja yang memperjuangkan nasib minuman ini. Berawal dari kecintaan dan rasa penasaran perempuan berusia 30 tahun itu terhadap dunia perbobaan di negara asal Taiwan, ia yakin minuman segar ini bisa sukses di Tanah Air. Terlebih saat itu, popularitas boba perlahan sudah mulai terbangun dengan kehadiran beberapa kompetitornya yang lebih dulu hadir di Indonesia.
Meskipun terlihat sukses selama kemunculannya, Xing Fu Tang juga mengalami dampak bisnis kuliner akibat wabah virus corona. Pada awal pandemi, Vancelia terpaksa menutup semua gerainya secara serentak untuk waktu yang cukup lama.
ADVERTISEMENT
Namun perempuan yang merupakan sarjana bisnis, Universitas Monash Melbourne itu tak tinggal diam. Seperti biasa ia mempersiapkan strategi baru agar Xing Fu Tang bisa cepat beradaptasi di tengah terpaan pandemi ini.
Lalu, strategi apa dan bagaimana nasib minuman boba Xing Fu Tang di tengah terpaan pandemi virus corona? Simak perbincangan eksklusif kumparanFood selengkapnya dalam QnA berikut:
Ceritakan kisah di balik berdirinya Xing Fu Tang Indonesia?
2018 itu aku ke Taiwan dan aku menemukan Xing Fu Tang, terus aku juga lihat dari industri makanan di Indonesia kan sangat tertarik nih dengan produk-produknya Taiwan, terutama boba yang saat itu boba lagi diminati banget. Akhirnya kita berkomitmen untuk menghasilkan produk minuman boba yang baik dan berkualitas, hopefully bisa jadi minuman favorit untuk konsumen Indonesia, dan ternyata memang saat kita buka animonya sangat bagus sekali.
ADVERTISEMENT
Tapi kalau dari latar belakang Xing Fu Tang sendiri didirikan oleh keluarga Chen di Taiwan, merupakan resep rahasia dari neneknya founder Xing Fu Tang bernama Edison Chen.
2018 di bulan Januari, jadi sudah dua setengah tahun sekarang, dan kita dari PT Pelepas Dahaga Indonesia membeli franchise untuk Xing Fu Tang Indonesia di akhir tahun 2018, dan akhirnya kita launching di Indonesia di bulan Juni 2019.
Apakah yang membuat Xing Fu Tang berbeda dengan minuman boba lainnya?
Gula yang Xing Fu Tang gunakan itu berbeda, makanya dari segi rasa memang brown sugar untuk Xing Fu Tang berbeda dengan produk-produk yang similar di pasaran. Nah, best seller kita untuk signature drink itu kan terkenal dengan efek ombrenya atau yang kita namain dengan happiness patern. Nah, jadi dari segi rasa dan orisinalnya memang Xing Fu Tang itu pelopor untuk stir fry brown sugar. Jadi yang membuat berbeda enggak cuma dari kualitas tapi juga segi rasa.
ADVERTISEMENT
Lalu kita tuh bobanya bikin sendiri di toko jadi tidak menggunakan bahan pengawet. Ingredients yang kita gunakan hanya tepung tapioka dan brown sugar saja, dan itu harus dimasak 24 jam dari pembuatan. Makanya rasa boba Xing Fu Tang berbeda kelembutannya. Untuk dari segi rasa manis karena kita menggunakan brown sugar organik, jadi ketika dirasa manisnya enggak terlalu menyengat.
Bahan-bahannya 90 persen dari Taiwan, orisinalnya Xing Fu Tang. Untuk produk lokal kita menggunakan susu dan bahan-bahan buah dari Indonesia.
Strategi apa yang Xing Fu Tang gunakan sehingga bisa langsung populer di awal kemunculannya?
ADVERTISEMENT
Meskipun toko kita saat itu baru buka Juni tapi sudah dari bulan Februari kita sudah jalan sosial medianya untuk menginformasikan apa itu Xing Fu Tang. Saat itu, kan juga memang sudah banyak kompetitor kita lebih terkenal. Jadi kita sudah menjalankan media sosial kampanye, kita mengirimkan influencer-influencer ke Taiwan untuk mencoba langsung Xing Fu Tang. Enggak cuma sisi media sosial, tapi kita pun sudah gencar untuk mencari lokasi-lokasi yang bagus di mal-mal. Dan, saat itu kita buka pertama kali di Lippo Mall Puri.
Dari sisi aku, aku merasa industri F&B itu biasa menyajikan makanan dan minuman saja lalu costumer datang untuk menikmatinya. Tapi kita tuh mau menawarkan hal yang lebih yaitu engagement. Jadi setiap buka toko kita menghadirkan 'Happy Claw Machine' untuk meng-enjoy Xing Fu Tang bukan hanya lidah tapi juga sisi visual dan emosionalnya.
ADVERTISEMENT
Jadi begitu masuk toko mereka bisa liat pembuatan kita langsung di-live kitchen kita, membuktikan kalau produksi kita itu memang real bukan hanya untuk marketing semata, bisa lihat kalau ingredients-nya cuma tepung tapioka dan brown sugar. Dan, juga bisa liat di stir fry-nya ketika menerima bobanya masih hangat. Ketiga, bisa nyobain sambil main game itu. Ketika di sana tuh costumer Xing Fu Tang tuh body and soul-nya menikmati sekali.
Itu kuncinya yang bikin kita antre. Enggak cuma dari segi makanan saja, tetapi juga dari experience yang bisa dirasakan di toko.
Sementara selama pandemi ini kita juga menghadirkan merchandise berupa masker. Ini bisa jadi experience baru juga bagi costumer. Jadi enggak cuma a great marketing tapi juga a great reminder.
ADVERTISEMENT
Tapi untuk yang memasak boba di depan pelanggan, apa itu juga dilakukan di Taiwan?
Iya betul, kalau Xing Fu Tang Taiwan memang fokusnya ke stir fry brown sugar boba . Kalau di Indonesia kita memfokuskan dengan lokasi yang besar sehingga bisa menghadirkan live kitchen.
Jadi sekarang outlet Xing Fu Tang totalnya ada berapa?
Total untuk di Indonesia kita baru saja membuka cabang ke-18 di Yogyakarta, dan untuk bulan Juli kita sedang mengejar untuk membuka outlet kita yang di Semarang, yang pertama. Jadi, hopefully bulan Juli ini bisa jadi 19 outlet.
Bagaimana perbedaan demand penikmat boba di Jakarta dan daerah lain?
Sebenarnya saya lihat secara pribadi justru lebih excited di daerah. Menurut aku, ketika kita buka contohnya di Medan, Bandung, dan Surabaya tahun lalu itu marketing yang kita gunakan juga di-twist untuk menyesuaikan pasar. Jadi hadiah-hadiah di claw machine itu di-adjust untuk per daerah.
ADVERTISEMENT
Dibanding di Jakarta, kompetisinya kan lebih luas jadi menurut saya market di Jakarta sudah saturated karena sudah banyak brand yang similar yang menawarkan hal yang sama, meskipun rasanya berbeda-beda. Tapi kalau di daerah pilihannya belum sebanyak di Jakarta, for some reason feedback-nya jadi lebih bagus ketika buka di daerah.
Bagaimana minat boba selama pandemi ini?
Masih ada ya, event dari pas masa PSBB itu juga sebenarnya ada, hanya saja rasa was-wasnya yang tinggi dari masyarakat. Jadi kalau saya lihat, sih dengan sales yang turun itu bukan karena minat boba itu hilang, tetapi lebih ke costumer itu takut untuk mempercayai brand tersebut untuk menjaga protokol-protokol kesehatan agar tangan tersebut aman.
ADVERTISEMENT
Jadi ketika masa pandemi ini aku lihat minat boba masih tinggi, jadi akhirnya kita berinovasi dengan menghadirkan do it your self (DIY) Boba Xing Fu Tang.
Pada saat itu, DIY boba ini juga minatnya tinggi. Kita pun enggak mau menyerah, enggak cuma DIY boba tetapi kita juga meluncurkan dessert. Karena demand dessert juga berkurang akibat susah kalau dibawa ke rumah. Akhirnya kita meluncurkan panna cotta dessert series, sebagai dessert on the go tanpa harus makan di tempat.
Untuk panna cotta series kita ada tiga varian; yaitu panna cotta dengan brown sugar, panna cotta pink boba dengan strawberry compote, atau mango compote. Dessert kita ini dijual dengan harga Rp 40 ribuan per cup-nya.
Mengapa memilih nama DIY boba?
Pemilihan nama ini terinspirasi dari cara bikin kartu ulang tahun sendiri yang kita suka sebut do it yourself (DIY). Jadi aku rasa masyarakat kita sudah tahu arti DIY itu sendiri. Dari kata DIY sendiri sangat identik dengan sesuatu yang kita buat dan dan kita nikmati.
ADVERTISEMENT
Kita meluncurkannya pada 17 April dan idenya biar masyarakat bisa memasak boba di rumah agar lebih aman dan bisa mengisi waktu luang. Kita memang menargetkan DIY Boba ini untuk costumer yang kepengin boba tapi takut beli di luar.
Adakah tips menyajikan DIY boba agar tak gagal?
ADVERTISEMENT
Masalah yang kita lihat di sosial media itu kan kebanyakan bobanya kalau enggak kurang matang, ya kelamaan. Sebenarnya, tipsnya itu di api. Harus pakai api sedang dengan lama waktu memasak sekitar 45 menit, memang harus sabar memasaknya. Boba itu memang harus dimasak dalam air mendidih dalam waktu agak lama. Kalau kita terlalu cepat mengangkat, tengahnya bisa jadi belum matang. Kita enggak rekomendasikan pakai api besar karena boba bisa gosong. Jangan lupa juga untuk selalu mengaduknya supaya enggak menggumpal dan menempel satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Untuk penyajian selain sesuai varian kita yang milk tea atau fresh milk, boba kita juga sebenarnya bisa diaplikasikan di banyak dessert. Bisa sebagai isian wedang jahe, atau sebagai topping cake dan roti. Bahkan ada yang membuat kolak, dawet, sampai serabi dengan boba Xing Fu Tang. Kita enggak menyangka costumer jadi se-kreatif itu dengan DIY boba kita.
Lalu, bagaimana income Xing Fu Tang selama pandemi ini?
Sudah pasti turun, sih. Makanya kita membuat inovasi tersebut biar bisa membantu. Aku rasa saat ini semua bisnis melakukan cara bagaimana agar bisa memutarkan apa yang kita tawarkan dan mengemasnya menjadi apa yang costumer butuhkan. Sampai hari ini memang sales kita sudah balik sekitar 50 persen, we are very gratefull. Deg-degan tiap hari liat sales. Pemasukan saat ini dengan penjualan dari signature drink, DIY boba, dan ditambah panna cotta series.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kondisi operasional outlet selama masa pandemi?
Awal PSBB semua toko kita satu Indonesia sempat tutup. Namun ketika kita sudah mulai mengerti situasinya, kita juga sudah punya SOP baru untuk karyawan, kita make sure mereka semua aman ketika bekerja. Akhirnya, kita buka kembali pada akhir April sekaligus launching DIY boba. Dari total saat itu ada 17 cabang kita buka serentak 10 cabang. Dan, ketika PSBB transisi pada 15 Juni kita buka semua cabang.
Protokol kesehatan seperti apa yang kini diterapkan di area outlet Xing Fu Tang?
Dari sisi pelanggan karena rata-rata kita posisinya di mal jadi untuk protokol kita bekerjasama dengan malnya sendiri. Sesuai standar mal, seperti mencuci tangan, pakai masker, social distancing, pakai hand sanitizer, dan beberapa mal sudah memberlakukan lift tanpa menyentuh tombolnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk karyawan, kita bikin SOP baru yakni mengganti baju kerja ketika sesampainya di outlet. Mereka tidak boleh pakai baju kerja yang sudah mereka pakai selama di perjalanan; ini untuk menghindari cross contamination karyawan selama di perjalanan. Mereka juga setiap hari harus menunjukkan bahwa rambut sudah dicuci, kuku juga sudah dipotong untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Selain itu, kita juga mengadakan rapid test dengan metode random rapid test. Sampai hari ini sudah 10 cabang yang melakukan dan menargetkan di minggu selanjutnya sudah harus semua cabang. Jadi kita memilih 20-30 persen dari total karyawan di outlet tersebut untuk dilakukan rapid test. Jadi kita mengambil sampel dari total karyawan, yang mana bila sampel tersebut negatif harusnya semua karyawan di tempat tersebut negatif. Kita akan melakukan ini satu kali dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini juga semua hasilnya negatif, termasuk karyawan kita yang di outlet baru di Yogyakarta. Semuanya di sana sudah rapid test.
Sebelum masa pandemi pun karyawan Xing Fu Tang sudah terbiasa menggunakan masker mika setengah dan sarung tangan. Hanya sekarang masker mika ini diganti dengan face shield. Karyawan juga kami beri asupan vitamin untuk memastikan daya tahan tubuh mereka tetap terjaga selama bekerja.
Lalu, apakah Xing Fu Tang sudah mulai menerima dine-in?
Saat ini dari total outlet kami yang punya konsep dine-in hanya lima cabang, dan tiga di antaranya belum buka. Contohnya juga saat pembukaan di Jogja itu kan ramai, jadi kami kerjasama dengan kepolisian setempat untuk berjaga di sana dan menerapkan social distancing dengan mengharuskan ada jarak 1-2 meter dari setiap pelanggan.
ADVERTISEMENT
Kalau situasi ramai begitu kami enggak berani membuka dine-in takut kecolongan, kan bisa bahaya untuk semua. Sekarang pun hanya satu outlet yang menawarkan tempat duduk namun hanya untuk mengantre dan tempat duduk hanya memiliki kapasitas empat orang. Kita juga ada staf khusus yang menjaga tempat duduk.
Terakhir, harapan dan prediksi minat boba di masa yang akan datang?
Harapannya, kita mau terus berinovasi untuk masyarakat Indonesia dan juga terus membawakan happiness ke masyarakat Indonesia. Target untuk tahun ini kan juga kita mau ada di Yogyakarta, Semarang, Bali, Batam, dan Pekanbaru. Meskipun pandemi maunya target ini terus berlanjut.
Kalau nasib minuman boba kini tergantung dari inovasi-inovasi brand tersebut, itu mengapa dari sisi PT. Pelepas Dahaga Indonesia terus melihat demand market dan terus berusaha untuk bisa menyajikan itu di Xing Fu Tang .
ADVERTISEMENT