Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Warteg Gourmet, Potret Seni Kontemporer dalam Sepiring Menu Warteg
12 Januari 2019 14:34 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Secara kasat mata, makanan warteg hanyalah menu makanan sehari-hari. Piring-piring berisi ragam hidangan berjajar di balik etalase, namun dengan tampilan yang apa adanya.
ADVERTISEMENT
Jelas tak ada prinsip dari mata turun ke hati (atau perut), yang penting, rasanya enak dan bisa bikin kenyang. Tentunya yang spesial dari warung makan ini, ya, porsinya yang melimpah, dengan harga murah meriah.
Tak akan ada yang menyangka, bila makanan merakyat ini bisa disajikan layaknya hidangan mahal dengan tampilan mewah. Setidaknya itu yang berhasil dibuktikan oleh Akbar Ramadhan, pemilik akun Instagram @warteggourmet.
Ia mampu memberikan sentuhan artistik pada hidangan warteg nan sederhana, menjadi sebuah karya seni yang mengagumkan.
Aneka menu warteg yang biasanya disajikan dalam porsi besar justru jadi menyusut, dan dihidangkan dalam piring berukuran besar, selayaknya makanan restoran bintang lima. Tak lupa, tambahan garnish untuk membuat tampilannya makin elegan dan berkelas.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kita lihat makanan warteg Indonesia ya bentuknya begitu saja. Cuma ketika kita gali lebih dalam, ternyata banyak banget unsur menariknya,” ungkap Akbar.
Hingga kini, akun Instagram yang mulanya hanya dimulai karena keisengannya tersebut telah memiliki jumlah followers sebanyak 44,5 ribu orang. Bahkan, Warteg Gourmet kini menjadi sebuah bisnis katering untuk melayani acara-acara privat.
Beberapa waktu lalu, kumparanFOOD bertemu dengan sang founder, Akbar, dan sempat berbincang tentang bagaimana kisah di balik terciptanya project Warteg Gourmet yang ramai diperbincangkan orang.
Kepada kumparanFOOD, ia bercerita tentang bagaimana kegemarannya makan di warteg menjadi inspirasi baginya untuk membuka sebuah sudut pandang baru mengenai kuliner Indonesia, khususnya warung tegal.
Mari simak obrolan kami bersama Akbar Ramadhan berikut ini:
ADVERTISEMENT
Kenapa kepikiran untuk men-styling menu warteg?
Sebetulnya mulai Warteg gourmet ini, sih sekitar 2014 akhir. Awalnya coba-coba saja gitu, jadi pas ngeliat, nyoba styling makanan Indonesia terutama warteg itu memang menemukan keseruan sendiri.
Sebetulnya makanan warteg secara enggak sadar itu ada suatu unsur yang menarik, tapi saya saja enggak pernah sadar karena warna, tekstur, bentuk dari makanan warteg sebetulnya bisa diolah jadi sesuatu yang lebih cantik lagi.
Pas saya kadang-kadang ngelamun di warteg itu, sebenernya display warteg itu lucu, tapi apa yang bikin lucu itu apanya. Ternyata ada warnanya, ternyata ada teksturnya.
Pada dasarnya saya mencoba di semua bentuk makanan Indonesia. Salah satunya kenapa saya ambil makanan warteg itu karena warteg itu ekspresi dari sebuah makanan Indonesia sehari-hari, yang boleh dibilang dilihat dengan sebelah mata, sangat hina lah, enggak ada presisi sama sekali.
ADVERTISEMENT
Jadi saya mengambil itu sebagai konsep dan bahan acuan yang paling kontras dari makanan paling biasa sampai styling yang luar biasa. Karena itu juga paling dekat dengan saya, yang accessible, yang memang ada tapi orang tidak pernah ambil.
Sebelumnya memang sering makan di warteg?
Sering, sering banget. Buat saya ya, warteg adalah gue. Sebelum gue mulai Warteg Gourmet juga ya memang itu pribadi gue, semua ada di situ.
Dan, lo perhatiin deh, makan di warteg kan enggak ada rules-nya, lo bisa sesantai mungkin, berinteraksi dengan siapapun di situ.
Jadi memang ada suatu ekspresi yang menyenangkan di dalam warteg. Warteg ya gue sih, udah. That’s why kenapa saya ambil bahan warteg, karena selain gampang diperoleh, juga ada potensinya.
ADVERTISEMENT
Apa yang membuat tertarik dengan makanan Indonesia, khususnya warteg?
Enggak semua orang mau pegang makanan Indonesia. Di situ saya merasa kayaknya tanggung jawab gue juga ya untuk bisa membanggakan makanan Indonesia itu sampai mana sih.
Karena dulu sebetulnya yang bikin saya cinta banget sama warteg adalah ketika saya balik kesini terus saya bisa ketemu makanan Indonesia pinggir jalan yang saya suka itu enggak susah. Kalau dulu itu saya susah banget, ketika saya pulang ke sini, wah kayak surga banget.
Kecintaan saya itu berubah semenjak saya jauh dari Indonesia, that’s why apresiasi saya terhadap makanan Indonesia--makanan warteg itu juga tidak biasa.
Jadi, pengertian gue dengan makanan Indonesia jadi lebih dalam, karena gue tahu betapa susahnya dapat makanan Indonesia saat jauh dari negara sendiri. Lo harus jauh dulu supaya bisa appreciate makanan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Belajar styling secara otodidak
“Enak nih... Soft eggplant ballads with sweet savory anchovy and ground peanut served with char grill tomatoes and fresh parsley, topped with curly slice red chilli”--begitu bunyi kalimat caption dalam sebuah foto terong balado dengan topping teri kacang yang diunggah Akbar di Instagram.
Penamaan menu dengan unsur kebarat-baratan memang jadi ciri khas dari Warteg Gourmet. Bukan karena sok-sokan menggunakan bahasa Inggris, justru penggunaan tersebut memperkuat kesan bahwa menu warteg yang sederhana juga bisa bersanding dengan hidangan mewah ala Barat.
Penyajian bak hidangan fine dining tak lantas membuat makanan tersebut kehilangan ciri khasnya sebagai menu warteg khas Nusantara. Sebisa mungkin, Akbar tetap menjaga identitas dari warteg, baik dalam segi bentuk maupun cita rasa.
ADVERTISEMENT
Meski hanya belajar teknik food styling secara otodidak, pria berusia 37 tahun ini terus melakukan eksplorasi, hingga kini mampu membuat kreasi menu warteg-nya sendiri.
Dari mana belajar teknik styling dan plating?
Saya belajar teknik styling secara otodidak. Saya sebenarnya tidak sekolah styling, karena background saya juga mungkin dari seni dan desain, jadi saya mencoba yang menurut saya ideal itu seperti apa, saya coba terapkan.
Belajar dari referensi, lihat styling yang bagus seperti apa, kenapa bagus, apanya, apakah teksturnya apakah warnanya, polanya atau bentuknya, itu yang saya pelajari lalu saya coba terapkan.
Apakah menu di Warteg Gourmet adalah menu yang umum dijumpai pada warteg, atau ada kreasi menu baru yang diciptakan sendiri?
ADVERTISEMENT
Dua-duanya. Jadi memang untuk eksplorasi awal memang yang sudah ada di warteg, lalu ketika sudah tereksplorasi, saya juga gatal ingin membuat kreasi apa lagi, ya. Saya bikin out of the menu yang kira-kira masih bisa merepresentasikan makanan warteg.
Jadi itu adalah bagian dari eksplorasi. Bisa mencoba sesuatu di luar menu yang ada, tapi masih bisa mewakili makanan warteg.
Apa yang menjadi dasar pemilihan menu yang ingin di-styling?
Bisa dari mana-mana sih, karena itu sebenarnya proses kreatif, ya. Sebenarnya sih dasarnya dari bahan apa yang ingin di-highlight. Entah itu sayur, atau protein, mau itu nasi, kek.
Jadi harus ada highlight apa yang mau saya angkat di situ, baru kita mencoba berkreasi. Ternyata kremesan ayam bisa pakai tumisannya sayur ini, atau bisa pakai kuah ini. Apapun, itu endless.
ADVERTISEMENT
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan styling menu warteg?
Kalau sudah tau menunya ya cepat, bisa hanya 30 detik, tapi kalau menu baru memang agak lama karena harus mikir dulu mau dibikin kayak gimana, apalagi kalau itu bahan-bahan yg belum dikenal. Pernah waktu itu disuruh bikin makanan yang benar-benar baru dan setengah jam baru jadi styling-nya.
Kesulitan apa yang dihadapi saat men-styling menu warteg?
Waktu zamannya free style, saya ambil apa saja menu warteg kemudian saya styling. Waduh, itu susahnya adalah mereka tidak dibuat untuk terlihat cantik, mereka dibuat untuk terlihat enak.
Jadi bagaimana caranya saya harus kuas-kuasin ati ampela biar terlihat bagus, itu suatu ketekunan tersendiri.
ADVERTISEMENT
Kalau dilihat, kayak lo enggak ada kerjaan aja, sih. Tapi karena waktu itu saya passion banget, dan ada keasyikan tersendiri saja.
Menu yang di-styling beli dari luar atau memasaknya sendiri?
Tergantung, kalau dulu awalnya selalu beli, karena saya mau me-represent the real warteg. Tapi kesini-sininya saya terpicu untuk mengkreasikan sesuatu.
Misalnya saja opak dengan sambal terasi, dan ada daun jeruk. Lihat dulu bentuknya, opaknya kayak gimana, sambalnya seperti apa.
Nah, mungkin kalau sambal yang kita beli itu agak susah untuk di-plating, nah caranya gimana gue bisa bikin sambal yang lebih fine. Kayak sate, pengin bumbu satenya ketika di-plating bisa lebih halus.
Jadi insight yang gue pengin dalam semua makanan secara looks maupun rasa, itu diterapkan di sini ketika kita mengkreasikan hidangan baru. Prosesnya mulai dari makanan yang ada, sampai kita modifikasi sendiri.
ADVERTISEMENT
Menu apa yang paling gampang dan yang paling sulit untuk di styling?
Ikan, tempe, sebenarnya yang bentuknya tidak hancur-hancur amat, lah, masih utuh bentuknya, gampang plating-nya.
Kalau nasi agak susah karena bingung mau dibikin seperti apa lagi, gitu. Karena ketika kita sudah bikin 10 macam styling-an nasi, bingung mau dibikin kayak gimana lagi yang berbeda. Atau yang kuah-kuah juga susah.
Bagaimana cara menjaga ciri khas dari warteg saat mengkreasikan hidangan tersebut?
Biasanya saya lihat dari bentuk asli menu warteg seperti apa. Misalnya, ikan, sebisa mungkin saya pertahankan bentuk ikan yang di warteg karena saya pengin me-maintain look yang orang kenal di warteg dan yang ada di sini (Warteg Gourmet).
ADVERTISEMENT
Jadi, orang masih ngeh dengan makanan yang ia kenal, tapi dengan teknik masak dan penyajian yang berbeda. Menjaga bentuk-bentuk asli dan rasa-rasa asli tentunya pasti, karena itu yang ingin mereka rasakan secara visual atau secara rasa, tapi tetap ada elevasinya.
Warteg semakin dihargai
Titik balik warteg sepertinya mulai terasa. Banyak bermunculan rumah makan ‘kekinian’ yang menerapkan konsep warteg, beserta menu-menunya yang begitu khas.
Peminatnya kian bertambah, bahkan jadi tren tersendiri di media sosial. Masakan Nusantara, khususnya warteg, makin sering diunggah di Instagram.
Kehangatan suasana yang ditawarkan oleh warteg mungkin jadi salah satu hal yang lekat di ingatan, memunculkan kenangan tersendiri bagi setiap orang. Sama seperti karya seni, makanan Indonesia, terutama warteg, adalah sebuah warisan budaya Nusantara.
ADVERTISEMENT
Inilah yang membuatnya tetap dicari banyak orang. Meski hanya berupa warung makan sederhana, tapi tetap saja, warung Tegal tetap bisa bertahan tanpa tergerus zaman.
Dampak seperti apa yang telah berhasil diciptakan oleh Warteg Gourmet?
Sebenarnya sekarang jadi lebih banyak yang embrace untuk makan di warteg. Mereka enggak malu lagi hanya posting makanan-makanan di kafe, tapi juga saat di warteg.
Mereka lebih bangga dan senang untuk mem-post something dari makanan Indonesia. Ada kebanggaan tersendiri untuk makan di warteg.
Sama seperti karya-karya seni Indonesia lainnya, menurut gue makanan Indonesia adalah karya seni dan merupakan budaya. Gue selalu pengin melihat seperti di negara maju lainnya, Indonesia juga setidaknya maju dalam hal kuliner, bikin makanan Indonesia sebagai tuan rumah di negerinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Rencana ke depan untuk Warteg Gourmet?
Rencana ke depan sebenarnya kita ingin jadi satu tempat makan, sih. Kita ingin punya outlet yang bisa merepresentasikan ide-ide, yang bisa merepresentasikan semangat dari warteg gourmet.
Ingin berkarya lebih, sudah jadi beban juga buat kita, kayak kita harus jadi nih tahun ini kayaknya harus bikin sesuatu lagi.
Simak ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Seribu Rasa Warteg .