Al Pacino, Si Nakal yang Berdedikasi pada Industri Film

25 April 2018 18:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Transformasi Al Pacino (Foto: Wikimedia Commons/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Transformasi Al Pacino (Foto: Wikimedia Commons/AFP)
ADVERTISEMENT
Aktor yang lahir dengan nama Alfredo James Pacino atau yang dikenal dengan sebagai Al Pacino merayakan hari ulang tahunnya yang ke-77 tahun hari ini, Rabu (25/4). Lebih dari lima dekade Wakil Presiden sekolah seni peran Actors Studio di Amerika Serikat itu menghibur banyak orang dengan karya-karyanya yang menggugah.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, kumparan (kumparan.com) merangkum jejak karier sang maestro film berdarah Italia tersebut sebelum dirinya menjadi aktor profesional hingga kariernya di masa tua.
1. Masa remaja yang kurang bahagia
Al Pacino lahir di Harlem Timur, New York City, Amerika Serikat. Sejak usianya dua tahun, kedua orang tuanya, Salvatore dan Rose Pacino, sudah bercerai. Perceraian memaksa Pacino kecil menjalani hidup di lingkungan Bronx, New York, yang keras bersama ibu serta kakek dan neneknya yang berasal dari kota Sicily, Italia.
Al Pacino saat muda. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Al Pacino saat muda. (Foto: Wikimedia Commons)
Lingkungan membuat Pacino tumbuh menjadi remaja yang sulit diatur. Ia dikeluarkan dari New York High School of Performing Arts di usia 17 tahun. Dia pun memutuskan untuk kabur dari rumah setelah sempat bertengkar hebat dengan ibunya. Untuk menyambung hidup, Pacino mengerjakan berbagai pekerjaan secara serabutan, termasuk kondektur bus, pengantar surat, dan office boy sekolah. Meski begitu, ia tetap lanjut mempelajari seni peran di HB Studio.
ADVERTISEMENT
Selain keluar dari sekolah dan kabur dari rumah, kebiasaan mengkonsumsi narkoba juga memengaruhi jalan hidupnya. Mengenal ganja sejak usia 13 tahun, ia harus melihat dua temannya meninggal dunia di usia 19 tahun karena overdosis narkoba. Baru pada 1962, Pacino berhenti menjadi pecandu setelah ibunya meninggal dunia di usia 43 tahun. Satu tahun kemudian, kakeknya juga meninggal dunia.
“Usiaku baru 22 tahun saat itu dan dua orang paling baik dalam hidupku meninggal dunia. Itu adalah tahun terburuk bagiku,” ungkap Pacino seperti dikutip dari The Guardian pada Mei tahun lalu.
2. Karier sebagai bintang teater
Empat tahun mempelajari seni peran di HB Studio, Pacino menjadi andal dalam berlakon sebagai pemain teater. Pada 1967, Pacino menghabiskan satu pekan di Charles Playhouse di Boston dan memainkan teater karya Clifford Odets yang berjudul ‘Awake and Sing!’. Saat itu, bayaran yang diterima Pacino hanya sekitar Rp 1,7 juta per minggu.
ADVERTISEMENT
Terus mengasah kemampuannya, pada 25 Februari 1969, Pacino melakoni debutnya di Broadway dengan bermain dalam teater karya Don Petersen yang berjudul ‘Does a Tiger Weat a Necktie?’ Di Belasco Theater. Meski hanya ditampilkan selama 39 kali dan berakhir pada 29 Maret 1969, penampilan apik Pacino tetap mendapat apresiasi besar dan ia pun memenangkan Tony Awards pertamanya.
Berselang satu tahun, Pacino kembali memenangkan Tony Awards untuk drama bertajuk ‘The Basic Training of Pavlo Hummel’. Ia pun kian terkenal sebagai pemain teater andal. Piala Tony Awards terakhir yang diraihnya adalah saat ia berperan dalam lakon drama ‘The Merchant of Venice’ di tahun 2010.
3. Film pertama dan nominasi Piala Oscar
ADVERTISEMENT
‘Me Natalie’ adalah film debut Pacino. Meski dia hanya memainkan peran kecil, pada 1971, dia ditawari peran sebagai pecandu heroin di film ‘The Panic in Needle Park’. Hal itulah yang kemudian memancing sutradara Francis Ford Coppola untuk mengajaknya bermain sebagai Michael Corleone di film ‘The Godfather’ (1972).
Memiliki latar belakang dari kota Sicilia yang sama persis seperti perannya di film ‘The Godfather’ membuat Pacino berhasil mengalahkan saingan-saingannya yang saat itu jauh lebih hebat. Beberapa di antaranya adalah Jack Nicholson, Robert Redford, dan Robert De Niro.
Lewat film ‘The Godfather’, Pacino mendapatkan nominasi pertamanya di Piala Oscar 1973. Selain film tersebut, selama era '70-an, Pacino menerima nominasi sebagai ‘Best Actor’ di Piala Oscar dari empat film lain, ‘Serpico’, ‘The Godfather Part II’, ‘Dog Day Afternoon’, dan ‘...And Justice for All’.
ADVERTISEMENT
3. Kegagalan hingga Piala Oscar pertama
Sukses besar di era 70an, Pacino justru dihujat setelah ikut berperan di film ‘Cruising’. Selain itu, film ‘Author! Author!’ (1982) juga mendapat kritikan pedas dari banyak kritikus dunia.
Kariernya terselamatkan setelah ia memerankan sosok kartel narkoba besar dari Kuba bernama Tony Monta di film ‘Scarface’ (1983). Dalam film tersebut Pacino mengulang kata umpatan sebanyak 197 kali dan juga melakukan berbagai aktivitas kekerasan yang kemudian dikritik. Namun, ‘Scarface’ merupakan salah satu film terlarisnya dengan total pemasukan mencapai Rp 916 miliar. Film itu juga membuatnya membawa pulang piala dari Golden Globe Awards 1984.
Dari ‘Scarface’ Pacino meneruskan torehan prestasi hebatnya di industri perfilman Hollywood. Ia kembali masuk nominasi Piala Oscar 1991 setelah memerankan tokoh Big Boy Caprice di film ‘Dick Tracy’, dan meski menerima banyak kritik, Pacino mampu sekali lagi menghidupkan tokoh Michael Corleone di film ‘The Godfather: Part 3’ (1990).
ADVERTISEMENT
Pada 1993, Pacino memenangkan piala Oscar pertamanya untuk kategori ‘Best Actor’ setelah berperan sebagai Letnan Kolonel Frank Slade yang buta di film ‘Scent of a Woman’. Selain itu, Pacino juga masuk sebagai nominasi di kategori ‘Best Supporting Actor’ melalui film ‘Glengarry Glen Ross’. Hal tersebut membuat Pacino didaulat sebagai orang pertama yang menjadi nominasi dalam dua kategori Piala Oscar dari dua film yang berbeda.
4. Karier di masa tua
Memasuki era 2000-an, Pacino yang sudah tergolong senior kurang dilirik untuk bersaing mendapat Piala Oscar. Kendati demikian, dedikasi Pacino pada dunia film sukses membawanya memenangkan Cecil B. DeMille di ajang Golden Globe Awards 2001.
Bersama mendiang Robin Williams, Pacino ambil peran dalam film ‘Insomnia’ besutan sutradara kondang, Christopher Nolan. Film tersebut mendulang rating yang baik di berbagai situs rating daring dan memperoleh keuntungan hingga Rp 1,57 triliun. Penampilan Pacino juga dipuji banyak orang yang mengatakan bahwa ia merupakan aktor hebat yang mampu melahap berbagai genre dan tak rakus porsi dalam berperan.
ADVERTISEMENT
Di usia 65 tahun, American Film Institute menjadikan Pacino orang ke-35 yang meraih AFI Life Achievement Award. Berselang satu bulan, Pacino kembali meraih penghargaan serupa dari University Philosophical Society dari Trinity College, Dublin, Irlandia.
Meski tampil buruk di film drama komedi ‘Jack and Jill’ (2011) dan ‘memenangkan’ Golden Raspberry Award untuk kategori ‘Worst Supporting Actor’, rencananya Pacino akan kembali diduetkan dengan sahabat asal Italia-nya, Robert De Niro, di film ‘The Irishman’ yang akan tayang pada 2019 dan disutradarai oleh Martin Scorsese.
Di balik kesuksesan dan kegagalannya, Pacino merupakan seorang aktor berbakat yang telah menghibur banyak orang selama lima dekade.
Selamat ulang tahun, ke-77, Don Michael Corleone!