Asma Nadia Sayangkan Pelarangan Nobar Film ‘212 The Power of Love’

18 Mei 2018 20:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film 212 The Power of Love. (Foto: Instagram @212movie)
zoom-in-whitePerbesar
Film 212 The Power of Love. (Foto: Instagram @212movie)
ADVERTISEMENT
Film '212 The Power of Love' yang mengangkat kisah dari aksi 212 yang dilakukan jutaan umat muslim pada 2016 lalu mendadak jadi sorotan. Film garapan sutradara Jastis Arimba ini memang sudah tayang sejak 9 Mei lalu. Namun, beragam pro dan kontra muncul usai penayangan film tersebut. Di sejumlah daerah, film ini sempat dicekal dan menimbulkan berbagai kontroversi, seperti penolakan penayangan di Manado dan Palangkaraya.
ADVERTISEMENT
Terkait hal tersebut, Associate Producer film '212 The Power of Love', Asma Nadia, buka suara dan menjelaskan awal mula kejadian yang membuat film tersebut tidak dapat ditayangkan di sejumlah bioskop di daerah.
"Di Palangkaraya sama Manado yang terjadi (penolakan). Jadi, sebetulnya panitia emang tidak tayang reguler di sana, kalau film Indonesia kan biasanya yang udah nunggu filmnya, ngajak orang-orang. Banyak yang mau nonton, udah terkumpul, pas mau nobar (nonton bareng) tiba-tiba ada satu suku Dayak yang ketuanya keberatan. Jadi, dijaga teman-teman enggak bisa nobar," ungkap Asma saat dihubungi kumparan (kumparan.com) melalui sambungan telepon, Jumat (18/5).
Namun Asma mengatakan beberapa perwakilan sempat melakukan mediasi dan membuat kesepakatan hingga acara nonton bareng tetap boleh dilakukan, bahkan film tersebut bisa tayang reguler. Namun, ternyata lagi-lagi Asma mesti menerima kenyataan bahwa pencekalan kembali terjadi.
Jumpa pers Film 212 The Power of Love. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa pers Film 212 The Power of Love. (Foto: Munady Widjaja)
"Akhirnya XXI memberikan tayang reguler satu jam. Tayang di Kalimantan Tengah. Ternyata pas hari mau nobar di jam reguler,enggak bisa lagi, digagalin lagi, ada polisi sama kelompok lain yang keberatan. Akhirnya XXI hubungi Asma, pokoknya mulai sekarang mau balikin uang aja dan diundur sampai waktu yang tidak ditentukan. Kalau mau ada nobar lagi harus pakai surat kepolisian sama surat kesepakatan dari pihak yang bertikai. Asma minta dibuat surat secara tertulis ke PH jadi kita bisa ngomongnya enak, tapi sampai sekarang belum dapat surat tertulisnya," jelas Asma kembali.
ADVERTISEMENT
Asma sendiri menduga ada yang melakukan provokasi dengan menyebut film tersebut dianggap berbahaya dan dapat memecah belah. Padahal kata Asma orang-orang tersebut juga diduga belum menonton secara langsung film '212 The Power of Love'.
"Lucunya itu mereka belum nonton, cuma termakan hasutan saja. Ini ada yang provokasi, sesuatu yang riskan untuk industri perfilman Indonesia. Ini film, nobar, film udah lulus sensor Badan Negara, harusnya kan enggak ada masalah sama sekali," katanya.
Jumpa pers Film 212 The Power of Love. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa pers Film 212 The Power of Love. (Foto: Munady Widjaja)
"Kalau mau mempertanyakan isinya silakan protes ke LSF (Lembaga Sensor Film) dari kita kan udah lolos. Udah ditonton Prabowo, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Taufik Ismail, semua sambut baik. Ini justru film mencegah radikalisme karena di film ini ajarannya Islam cinta damai," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Asma yang juga ikut bermain dalam film tersebut cukup menyayangkan aksi pencekalan tersebut. Apalagi ia mengatakan film karya anak bangsa ini dibuat oleh orang-orang yang idealis dan tanpa campur tangan politikus atau orang-orang yang menaruh kepentingan. Ditambah lagi, film ini juga disebut-sebut dibuat tanpa bantuan sponsor.
"Kalau di XXI PH kecil, film Islam, mereka enggak berani, dikira enggak akan laku, kecuali digawangi PH besar. Awalnya kita cuma dikasih 20 layar setanah air, di Jakarta cuma 3 layar dan sampai hari kedua belum bergeming padahal penonton sudah sampai 76 ribu. Jadi menyayangkan, kita sampai enggak mau menerima dana dari yang sifatnya politik karena kita tahu orang-orang sebelum nonton ini pasti mikir ini film politik," ujarnya.
Jastis Arimba, sutradara 212 The Power of Love. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jastis Arimba, sutradara 212 The Power of Love. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/kumparan)
Sebelumnya, Jastis yang sempat diwawancara kumparan mengatakan bahwa film ini dapat dipertanggungjawabkan. Meskipun sejak awal ia mengetahui akan banyak pro kontra namun Jastis tidak takut karena film layar lebar perdananya itu dibuat sesuai berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
ADVERTISEMENT
Kalaupun banyak yang tak suka dengan film garapannya, Jastis menganggap itu hal yang wajar bahkan ia menyikapi pro dan kontra sebagai promo gratis film '212 The Power of Love'. Lantas bagaimana tanggapan Asma?
"Kalau menurut saya kita dirugikan. Mas Jastis mungkin berkata begitu karena mencoba berprasangka baik. Tapi yang jelas dirugikan. Iyalah, layar di Kalimantan diturunkan semua. Kan harusnya tayang reguler, kita punya kesempatan menjaring penonton, tapi dibatalkan enggak dikasih," tandasnya.