Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Marie Antoinette, Ratu Prancis abad-18 yang dipenggal guillotine, menjadi nama depannya. Dialah Marie Antoinette Riana Graharani yang dikenal luas dengan nama panggung The Sacred Riana, ilusionis muda asal Indonesia yang baru memenangi Asia’s Got Talent 2017.
Penampilan horor Riana di hadapan tiga juru Asia’s Got Talent terlihat sempurna dan memukau. Aksi Riana, menurut banyak orang, terutama para fansnya, lebih matang sejak ia tampil sebelumnya tiga tahun lalu, 2014, pada ajang The Next Mentalist yang dipandu Deddy Corbuzier.
Riana kerap disebut bizzare illusionist, yakni pesulap yang kerap menggunakan permainan kata-kata untuk mendukung kesan teatrikal pada atraksinya, dan menggunakan benda-benda bernuansa mistis dalam aksinya itu.
Perempuan 25 tahun itu juga memiliki kemampuan telekinesis alias memindahkan atau menggerakkan benda dengan pikiran, tanpa harus menyentuhnya. Kemahiran itu beberapa kali ia tampilkan dalam Asia’S Got Talent 2017.
ADVERTISEMENT
Sebut saja saat ia menggerakkan dan membalik kunci yang telah digenggam salah satu juri, musisi Kanada David Foster; dan menggeser kartu yang sempat dipegang juri lainnya, penyanyi Amerika-Korea Jay Park.
Mari lihat sekali lagi penampilan pertama Riana di Asia’s Got Talent 2017 yang memperlihatkan permainan telekinesisnya--hasil latihan yang tak pendek.
Menyeramkan, misterius, dan tak banyak bicara. Itulah image yang dibangun Riana--dan timnya. Oh, tentu saja Riana tak muncul begitu saja dari antah-berantah macam hantu yang keluar dari ruang hampa.
Ia dibentengi tim solid yang mewujudkan karakter seorang “Riana”. Serupa “Demian” yang juga produk atau brand selain sosok sang pesulap itu sendiri.
Detail karakter dan penampilan Riana dibentuk matang, termasuk busana gadis sekolah ala Jepang yang ia kenakan, rambut hitam panjang tergerai yang menutupi separuh wajahnya, kebiasaan menyentak-nyentakkan kepala dan tangan kirinya ke arah kiri, suara bergetar, serta boneka bocah perempuan cilik bernama Riani yang ia bawa ke mana-mana layaknya boneka Susan milik penyanyi Ria Enes yang populer awal 1990-an.
ADVERTISEMENT
Jadi, siapa di balik penampilan fenomenal Riana? Tak lain tak bukan adalah sang guru, pesulap Deddy Corbuzier; Sisca Hormansyah yang pada 2014 merupakan produser The Next Mentalist; dan pesulap Bow Vernon dari Trilogy Magic Factory selaku manajer Riana.
“Riana adalah karakter yang saya buat di atas panggung bersama-sama tim. Saya tahu Riana sudah lama. Dia magician yang luar biasa. Apa yang anda lihat (padanya)--mistik, gaib, itu bisa dibuat dengan efek ilusi yang memiliki kesulitan tingkat tinggi. That’s the art of magic,” kata Deddy dan Bow saat Riana menjadi tamu pada acara talkshow Hitam Putih tahun 2014.
Riana yang saat itu tampil dengan busana santai dan melepas atribut “The Sacred”-nya, tetap tak banyak bicara meski kerap melempar senyum. Menurutnya, menjadi The Sacred Riana bukan perkara mudah.
ADVERTISEMENT
“Berat juga awalnya. Sehari-hari nggak seperti itu. Begitu diminta belajar jadi karakter Riana, lalu latihan, lihat-lihat video dan film horor,” kata Riana, yang kemudian sering menyamar saat keluar rumah ketika sudah terkenal.
“(Kalau keluar rumah) menyamar. Pakai topi, rambut dinaikin ke atas (tidak digerai seperti saat tampil bermain sulap). Pernah ada orang tahu (saya Riana), lalu dia kabur,” kata Riana tertawa pelan.
Ia tampak sadar benar, membangun karakter dalam pertunjukan sulap amat penting.
Pertunjukan sulap, ujar Bow Vernon sang manajer Riana, sesungguhnya adalah “teater yang terkoreografi” dan didukung oleh banyak kru.
ADVERTISEMENT
“Untuk permainan kecil seperti aksi pertama Riana di Asia’s Got Talent saja, minimal perlu sekitar lima orang kru. Itu baru untuk yang prepare di atas panggung, belum yang bagian mengurus musik,” kata Bow yang bernama asli Aditya Aribawa itu.
Jadi, lanjutnya, “Semua sudah terkoreografi seperti orang main teater. Semua harus dibuat sesempurna mungkin. Exactly minutes by minutes, seconds by seconds. Gerakan yang ini musiknya seperti ini, tim di belakang panggung harus begini, alat yang mesti ditarik keluar atau dibawa masuk ke dalam yang mana. Because basically it’s a show.”
Riana vakum dari pertunjukan sulap di layar televisi selama tiga tahun sebelum muncul lagi di Asia’s Got Talent 2017. Masa vakum yang cukup lama itu salah satunya karena penampilannya kerap dianggap terlampau menakutkan.
ADVERTISEMENT
“Katanya terlalu seram, sehingga kalau mau main (sulap di televisi) harus jam malam (yang bukan prime time). Terus (supaya tidak terlalu seram), beberapa triknya harus dikurangi, sehingga menurut kami nggak bagus. Jadi nggak usah main sulaplah,” kata Bow saat berbincang dengan kumparan di markas Trilogy Magic Factory, BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (7/11).
Salah satu hambatan bagi dunia sulap Indonesia, ujar Bow, ialah pikiran negatif masyarakat. Itu pun menimpa Riana yang dianggap macam jelmaan setan.
Itu pula yang membuat Riana terpaksa mau tampil “biasa” di talksow Hitam Putih tiga tahun lalu. Rupanya, ada pihak yang meminta Riana untuk membuktikan aksi sulapnya selama ini tak mengandung unsur setan.
“Ada organisasi yang menghubungi televisi, menuntut bukti Riana bukan real satanic, bukan penyembah setan. Akhirnya Deddy menghubungi kami, tanya ‘Gimana kalau (identitas Riana) dibongkar? Karena kalau nggak dijelasin, keselamatan Riana sendiri terancam,’” ujar Bow saat jumpa bers bersama Riana di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
ADVERTISEMENT
Ia geleng-geleng kepala. “Orang bilang Riana pakai jin, hantu, setan, sehingga harus dirukiah. Macam-macam komentarnya. Padahal mereka nggak tahu kami yang di belakang panggung kelabakan (demi menciptakan ilusi),” kata Bow.
“Ada proses (membuat ilusi) yang secara sains bisa dijelaskan. Kami, pesulap, adalah performer. Tapi di Indonesia kan apapun yang agak nggak masuk akal, gampang aja, dibilang: pakai setan,” ujar Bow, jengkel.
Pada masa tiga tahun Riana vakum, kebetulan salah satu produser Asia’s Got Talent menawarinya untuk mencoba berpartisipasi. Akhirnya, Asia’s Got Talent menjadi momen comeback Riana.
Tak banyak yang benar-benar tahu seperti apa Riana sehari-hari. Selain satu kali penampilan “normal”-nya pada acara Hitam Putih tiga tahun lalu, Riana mungkin tak pernah tampil santai sebagai dirinya sendiri di hadapan publik.
ADVERTISEMENT
Pun bila menerima undangan acara tertentu, Riana akan muncul dengan busana sekolah gadis Jepang berwarna merah atau biru, rambut hitam tergerai menutupi separuh wajahnya, dan boneka bocah perempuannya. Ia tetap semengerikan seperti di atas panggung.
“Riana pada dasarnya memang pendiam. Kadang kalau kami (anggota Trilogy Magic Factory) lagi nongkrong, ngumpul, dia duduk di pojokan, diem,” kata Bow yang menyebut diri di Twitter “part time pickpocket, full time magician” itu.
Karakter seram Riana memang benar-benar dijaga oleh timnya. Seperti Limbad yang juga jarang terlihat bicara di muka umum.
Kru besar yang membentengi Riana adalah Trilogy Magic Factory. Akun Istagram The Sacred Riana di @rianariani pun dikelola oleh Trilogy Magic Factory.
Trilogy Magic Factory, oleh Deddy Corbuzier sempat disebut sebagai “konstruktor alat ilusi”. Ini semacam magic management yang membawahi orang-orang berbakat yang unik, tak cuma pesulap.
ADVERTISEMENT
“Kami kumpulkan talent-talent, lalu kami arahkan. Mix a little of this and that, supaya performance mereka jadi lebih bagus,” kata Bow.
Selain Bow, pesulap Oge Arthemus juga turut mendirikan Trilogy Magic Factory. Bow dan Oge, seperti juga Riana dan Demian, sama-sama murid Deddy Corbuzier.
Bow dan Oge merupakan peserta kompetisi sulap The Master Season 5 pada 2012, dengan dewan juri Deddy Corbuzier dan Romy Rafael.
Meski satu guru, keahlian dan jenis sulap mereka berbeda-beda. Bow dikenal sebagai pickpocket magician yang lihai mengambil barang orang (copet) dengan kecepatan luar biasa. Oge disebut escapology magician yang mahir meloloskan diri dari perangkap berbahaya seperti borgol, peti, kotak baja, tong, tangki, dan lain-lain. Sementara Riana adalah bizzare illusionist.
ADVERTISEMENT
“Memang semua murid saya. Riana, Demian, Bow Vernon, Oge Arthemus. Mereka berkarya sendiri sampai saya setop main sulap,” kata Deddy di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, Selasa (5/12).
Sulap yang saat ini cenderung diminati di Indonesia, menurut Oge dan Bow, ialah yang bernuansa mistis atau tegang. Kebetulan, jenis sulap itulah yang menjadi keahlian Riana sebagai bizzare illusionist, dan Demian sang ecape magician.
Riana tak hanya mendapat ilmu dari Deddy Corbuzier. Sesungguhnya, ia memang dekat dengan dunia sulap sejak kecil. Sang ayah, Chirisiandy Yuniarto, juga pesulap, tepatnya spiritual magician.
Chirisiandy, seperti dikutip dari blog Rinesis --fans Riana, bermain sulap di gereja-gereja, dan bergabung dengan komunitas Rhomedal Academy of Magic.
Bermain sulap, kata Oge dan Bow, tak semudah bayangan kebanyakan orang. Ini pula yang membuat sebagian orang yang belajar sulap lantas mundur teratur.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata orang mikir jadi pesulap itu gampang. Memang sih, ini umpamanya ngilangin koin, lima menit tahu caranya. Tapi untuk perfecting the art of magic-nya, nggak cukup lima menit,” ujar Oge.
Menjadi pesulap profesional berarti harus belajar psikologi, public speaking, teater, musik, dan tata panggung.
Pesulap hebat dunia David Copperfield saja, kata Bow, berlatih berkali-kali bahkan usai tirai panggung baru diturunkan.
“David Copperfield itu sangat perfeksionis. Setelah show berakhir, penonton tepuk tangan dan bubar, dia set lagi alat-alatnya di atas panggung dan latihan sekali lagi, baru break. Selalu begitu. Padahal show-nya di Las Vegas misalnya 1,5 jam, artinya dia show dari awal lagi, dengan waktu yang sama.”
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang pesulap profesional sama sekali tak mudah. Butuh keuletan, tekad, dan kerja keras tak habis-habis. Ada peluh di balik penampilan sempurna mereka.