Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hari Kemanusiaan Sedunia atau World Humanitarian Day yang diperingati setiap 19 Agustus merupakan penghargaan kepada para pegiat kemanusiaan. Namun, tahun ini, hari istimewa itu mau tidak mau harus dirayakan di tengah pandemi COVID-19 .
ADVERTISEMENT
Hal tersebut tentu menjadi sangat menyedihkan. Karena, selama pandemi, banyak penggiat kemanusiaan yang harus bertaruh waktu hingga nyawa guna menjadi garda terdepan memerangi COVID-19 bersama tenaga kesehatan.
Untuk memberi penghormatan, Human Initiative menggelar konser amal lintas benua bertajuk World Charity Concert. Ada musisi dari berbagai negara yang ikut serta.
Acara ditayangkan secara live di YouTube mulai pukul 20.00 WIB. Sebagai pembukaan, tim Human Initiative dan beberapa kawan, termasuk dokter yang nampak sedang berada di rumah sakit memerangi COVID-19, menyanyikan lagu Heal The World karya Michael Jackson.
Mengheningkan cipta sempat dilakukan sebelum konser berlanjut. Hal itu dilakukan guna memberi penghormatan pada para penggiat kemanusiaan dan tim medis yang selama ini berjuang keras menangani COVID-19.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, barulah kolaborasi para musisi dari berbagai negara ditampilkan. Ada lima musisi luar negeri, Beledo dari Uruguay, Steve Hunter dari Australia, Sisonke Xonti dari Afrika Selatan, Boris Salvodelli dari Italia, dan Kearoma Rantao dari Botswana.
Menyanyikan lagu That's What Friends Are For, lima musisi mancanegara itu berkolaborasi dengan arranger sekaligus pianis Dwiki Dharmawan . Hadir pula dua penyanyi asal Indonesia, Ivan Nestorman dan Putri Ayu.
Lagu itu disambung dengan penampilan Putri Ayu bersama Dwiki Dharmawan mengumandangkan tembang Melati Suci.
"Sekarang, saya mau coba mengajak musisi luar negeri untuk menyanyikan lagu bahasa Indonesia yang pasti sudah dikenal luas oleh masyarakat," kata Dwiki sebelum memainkan intro dari lagu Rayuan Pulau Kelapa.
ADVERTISEMENT
Dua penyanyi luar negeri, Boris Salvodelli dan Kearoma Rantao, bisa dengan baik menyanyikan lagu itu. Mereka tak kalah keren dibandingkan Ivan dan Putri Ayu.
Para musisi pun bisa memainkan notasi dengan baik. Hal itu membuktikan bahwa musik sangat bisa menyatukan semua orang dari seluruh dunia.
Setelah bernyanyi, Kearoma Rantao menceritakan seperti apa aksi kemanusiaan yang terjadi di negaranya di masa pandemi COVID-19. Menurutnya, semua kalangan di Botswana bisa bekerja sama dengan baik.
"Pemerintah di sini sangat sigap menangani COVID-19. Masyarakat juga sangat peduli pada satu sama lain, bahkan saat ada yang terjangkit. Akhirnya, angka penularan COVID-19 di sini sangat rendah," ujarnya.
Kisah lain disampaikan oleh gitaris Beledo dari Uruguay yang tinggal di Amerika Serikat. Ia menganggap masih ada saja orang Amerika yang tidak serius melihat fenomena COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Aku tahu, ada beberapa orang yang kurang memiliki simpati kemanusiaan di sini. Alih-alih saling bantu, beberapa orang menganggap COVID-19 sebagai alat politik dan konspirasi," ungkap Beledo.
"Di tempatku, New York, penyebarannya sangat tinggi dan industri musik tentu mati. Untungnya, ada pihak-pihak yang peduli dan mau saling menolong agar industri ini bisa berjalan terus. Setidaknya, membuat tempat konser tidak tutup," sambungnya.
Sebelum World Charity Concert berakhir, Human Initiative mengingatkan orang-orang untuk terus saling bantu dengan berdonasi melalui beberapa organisasi terkait, seperti solusipeduli.org, Al Azhar, Sedekah Harian, dan Yakesma.
Di bulan Agustus, ternyata ada banyak orang yang telah melakukan donasi bersama Human Initiative. Donasi yang masuk telah lebih dari Rp 525 juta.
ADVERTISEMENT
World Charity Concert berakhir pukul 22.00 WIB. Di segmen akhir, sempat tampil musisi berdarah Timur Tengah yang membawakan dua lagu hits-nya, termasuk Alhamdulilah.