Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, sebuah penggalangan dana dilakukan untuk Laila Sari, artis tiga zaman yang dikabarkan hidup dalam kesulitan ekonomi. Dalam usia senjanya, Laila hidup memprihatinkan di rumah yang atapnya bocor.
ADVERTISEMENT
Tak jarang ia menunggak tagihan listrik dan air, serta menumpuk utang untuk membeli makanan.
Malangnya, sehari setelah penggalangan dana ditutup, Laila mengembuskan napas terakhir. Padahal, dana yang terkumpul cukup banyak, yakni mencapai Rp 148 juta dari target Rp 20 juta.
Setelah Laila dimakamkan, keponakan Laila yang bernama Dani Komara membenarkan bahwa kakak kandung ayahnya tersebut memang hidup serba kekurangan.
Namun, di mata Dani, Laila merupakan sosok pahlawan. Hal itu lantaran ia berperan menopang kehidupan keluarga di usia tuanya tersebut. Bahkan, nafkah yang didapat tak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan Laila sendiri, melainkan untuk keluarganya.
"Buat saya, dia (Laila) itu Wonder Woman. Kenapa? Karena dia berjuang dalam perjalanan hidupnya bukan untuk hidup dia. Dia mencari nafkah itu benar-benar hampir sepenuhnya buat menopang keluarga, sebagai tanggung jawabnya ke keluarga," tutur Dani ketika ditemui di TPU Karet Bivak, Jakarta, Selasa (21/11).
ADVERTISEMENT
Dalam kondisinya yang telah renta, Laila harus menafkahi seorang anak angkat bernama Mayasari, dua cucu, seorang cicit, dan seorang perempuan bernama Tia. Mereka tinggal satu rumah dengan Laila.
"Hampir semua yang menunjang keseharian mereka itu, ya Nenek Laila. Anaknya enggak kerja. Semuanya ditopang sama Nenek Laila. Kalau Nenek Laila enggak shooting, berarti enggak ada pemasukan sama sekali," ungkap Dani.
"Tiap dia dapat job, memang uangnya enggak bertahan lama. Job di dunia keartisannya enggak berkesinambungan, apalagi dia di usia yang sudah tua. Bahkan, terkadang masih kurang, jadi masih utang kiri-kanan," lanjutnya.
Dani dan ibunya, Darsih, pun kerap turut membantu Laila. Selain memberi uang, mereka juga membantu dalam bentuk sembako atau turut melunasi utang Laila di warung makan.
ADVERTISEMENT
"Saya sering disuruh ibu saya tengokin nenek (Laila). Beberapa kali, Nenek Laila sampai enggak punya beras sama sekali. Kalau urusan makan, kadang dia ambil di warung, nanti saya yang bayar. Kesulitan dia yang terdesak justru untuk makan," ucap Dani.
Setelah Laila meninggal dunia, Dani sendiri belum mengetahui bagaimana nasib keluarga yang ditinggalkan almarhum. Demikian pula dengan siapa yang nantinya akan meneruskan peran Laila sebagai tulang punggung keluarha.
"Ya, paling kami cuma bisa kasih arahan aja. Barangkali ada bantuan dari orang-orang yang berempati, mungkin bisa mereka gunakan, bukan cuma untuk makan, tapi bisa dimanfaatkan," tandas Dani.