Ibu Korban Jeffrey Dahmer Kecam Kemenangan Evan Peters di Golden Globe 2023

15 Januari 2023 14:01 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Evan Peters. Foto: VALERIE MACON / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Evan Peters. Foto: VALERIE MACON / AFP
ADVERTISEMENT
Aktor Evans Peters sukses meraih kemenangan pertamanya di ajang Golden Globe Awards 2023. Evan Peters menang berkat perannya sebagai pembunuh berantai Jeffrey Dahmer di serial Monster: The Jeffrey Dahmer Story.
ADVERTISEMENT
Alih-alih dapat pujian, Shirley Highes, ibu salah satu korban Jeffrey Dahmer yang bernama Tony Hughes justru mengecam kemenangan Peters. Dikutip TMZ, Hughes kecewa dengan keputusan Hollywood Foreign Press Association.
Evan Peters mendapat Penghargaan Golden Globe Tahunan ke-80 di The Beverly Hilton, Beverly Hills, California. Foto: Mario Anzuoni/REUTERS
"Ada banyak orang dengan gangguan jiwa di dunia ini dan menjadikan seseorang pemenang penghargaan berkat perannya sebagai pembunuh membuat obsesi terhadap hal itu tetap ada," ungkap Shirley Hughes.
"Tindakan kalian ini juga membuat orang dengan gangguan jiwa menjadi populer," sambungnya.
Shirley Hughes juga kecewa, karena Evan Peters sama sekali tidak mendorong orang untuk mengenang korban-korban dari Jeffrey Dahmer. Hughes merasa, Hollywood berlaku tidak adil pada keluarga korban yang hingga sekarang masih bersedih.
Evan Peters mendapat Penghargaan Golden Globe Tahunan ke-80 di The Beverly Hilton, Beverly Hills, California. Foto: Mario Anzuoni/REUTERS
"Sangat disayangkan, orang-orang bisa memanfaatkan tragedi kami demi uang. Korban-korban tidak pernah menerima apa pun dan kami menghadapi duka yang sama setiap hari," ujar Hughes.
ADVERTISEMENT
Tony Hughes adalah satu dari 17 korban Jeffrey Dahmer. Kisah Tony diceritakan di episode enam serial Monster: The Jeffrey Dahmer Story.
Sejak awal penggarapan serial, Shirley Hughes memang menjadi sosok yang selalu menentang. Menurutnya, kisah Dahmer tidak layak untuk dipopulerkan.
"Cerita sebenarnya jauh lebih parah. Saya tidak paham, kenapa orang-orang ingin membuat karya dari penderitaan kami," ujar Hughes kala itu.