'Iqro' Film Pertama yang Dapat Izin Memakai Teropong Raksasa Bosscha

22 Januari 2017 17:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Trailer film Iqro (Foto: Youtube Film Iqro)
zoom-in-whitePerbesar
Trailer film Iqro (Foto: Youtube Film Iqro)
Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai salah satu pelopor masjid kampus di Indonesia kembali hadir memelopori dakwah budaya berupa film layar lebar berjudul Iqro-Petualangan Mencari Bintang. Film ini menjadi film pertama yang diproduksi dari sebuah masjid di Indonesia dan menjadi debut film sutradara Iqbal Alfajri dari Salman Film Academy.
ADVERTISEMENT
Dengan mengangkat tema anak, religi, dan ilmu pengetahuan, film 'Iqro' mengisahkan tentang seorang anak bernama Aqila (9) yang sangat menyukai dunia sains namun tak memilki kemauan untuk belajar Al-Quran. Aqila yang berniat untuk membuat tugas sekolah yang berhubungan dengan astronomi, langsung menghubungi sang kakek yang kebetulan berprofesi sebagai astronom dan tinggal di Pusat Peneropongan Bintang Bosscha, Bandung.
Sang kakek memberikan izin kepada Aqila untuk menggunakan teropong bintang di Bosscha untuk menyelesaikan tugasnya, dengan satu syarat. Aqila harus bisa membaca Al-Quran. Sanggupkah Aqila memenuhi persyaratan dari kakeknya? Lalu apa hubungan antara belajar Al-Quran dengan dunia astronomi? Semua akan terjawab dalam film yang akan tayang di bioskop pada 26 Januari mendatang.
ADVERTISEMENT
Dua pemain film Iqro. (Foto: film-iqro.com)
zoom-in-whitePerbesar
Dua pemain film Iqro. (Foto: film-iqro.com)
Setelah memakan waktu satu tahun untuk menggodok skenario secara matang, akhirnya tahun 2016, film ini mulai diproduksi. Menurut Iqbal banyak sekali proses menarik dalam pembuatan film 'Iqro', salah satunya lokasi pengambilan gambar di Bosscha, Lembang.
"Proses film sebenarnya cuma 3 minggu di Jakarta, lembang, dan Bandung. Tapi kesulitan terbesar adalah meyakinkan pihak Bosscha. Karena kan kita juga bukan PH yang besar ya dan belum punya track record film besar. Meskipun kita anak-anak ITB tapi nggak selamanya mereka setuju dengan ide-ide kita," ungkap Iqbal saat ditemui kumparan dalam acara konferensi pers dan pemutaran film 'Iqro' di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/1).
Namun, tim produksi mengaku tak patah arang. Terbukti meskipun bukan film pertama yang mengambil lokasi di Bosscha, namun film ini menjadi film pertama yang mendapatkan izin untuk menggunakan teropong utama raksasa Bosscha dan membuka atas Bosscha untuk mendapatkan visual luar biasa dengan kamera drone.
ADVERTISEMENT
"Setelah kami ajak diskusi dan berdialog, akhirnya mereka juga merasakan semangat yang sama. Akhirnya kami diberikan izin dan kami minta all access," lanjutnya.
Tak hanya soal lokasi yang cukup menarik, sederet pemain dalam film ini juga cukup menyita perhatian. Menampilkan pemeran anak pendatang baru, Aisha Nurra Datau dan seorang aktor anak yang sangat menjanjikan, Raihan Khan, film ini seolah ingin melahirkan aktor dan aktris muda berkualitas yang memiliki potensi sangat besar untuk menjadi bintang di industri film Indonesia masa mendatang.
Para pemain film Iqra. (Foto: DN. Mustika Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain film Iqra. (Foto: DN. Mustika Sari/kumparan)
Selain itu penampilan luar biasa dari aktor senior Cok Simbara dan Neno Warisman juga membuat film ini memiliki 'kelas'. Kerinduan penonton dengan akting kedua aktor senior ini pun terhapuskan dengan penampilan mereka yang sangat menyentuh emosi sejak awal sampai akhir film.
ADVERTISEMENT
"Rasanya sangat luar biasa karena begitu diajak Ibu Budiyati Abiyoga (produser) saya langsung mau. Jujur ya, meskipun belum dikasih tahu soal honor saya langsung mau karena saya benar-benar suka sama ceritanya. Semoga hasilnya berkenan dan menggugah jiwa-jiwa orang buat menonton," ungkap Cok Simbara dengan muka semringah.
Senada dengan Cok Simbara, Neno juga berharap film 'Iqro' dapat menjadi film dakwah yang mampu untuk mengembalikan kehormatan agama. "Saya merasa Islam tersisih bahkan terzalimi. Film ini merupakan dakwah kultural yang bisa mengembalikannya baik cepat maupun lambat. Saya berharap bahwa dakwah melalui film akan jadi senjata yang efektif untuk menunjukkan rahmat dan kehormatan islam di tingkat nasional maupun dunia," ungkap Neno.
Hal menarik lainnya dari film ini, adalah karakter Opa Wibowo yang dimainkan oleh Cok Simbara dan plot cerita mengenai isu polusi cahaya di sekitar lokasi Bosscha diilhami oleh tokoh dan kejadian sebenarnya. Sebelumnya observatorium terbesar di Asia ini tidak dapat berfungsi karena adanya pembangunan hotel di sekitar Bosscha.
ADVERTISEMENT
"Kasusnya terjadi di tahun 80-an. Awalnya kita takut membuka luka lama ini tapi karena kita fiksi, kan aman. Karena tidak menyinggung pihak mana pun juga," ujar Iqbal.
Sutradara memberikan sambutan. (Foto: DN. Mustika Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sutradara memberikan sambutan. (Foto: DN. Mustika Sari/kumparan)
Ke depannya Iqbal berharap 'Iqro' menjadi sebuah alternatif pilihan film untuk penonton Indonesia, khususnya anak-anak dan keluarga. Apalagi jika film ini sukses, Salman Film Academy berjanji untuk membuat kembali film anak-anak, satu tahun satu film.
"Iya, insya Allah. Karena memang Salman sudah lama ingin berkiprah di film. Kita nggak mau apa yang sudah kita mulai terus nggak kita lanjutkan. Industri harus diisi dengan film bagus sehingga bangsa kita punya banyak karya yang berkualitas," tutup Iqbal
Film ini tak hanya dibintangi oleh Aisha Nurra Datau, Cok Simbara, Neno Warisman, dan Raihan Khan. Sederet bintang besar seperti Mike Lucock, Meriam Bellina, Adhitya Putri, dan Jajang C Noer juga terlibat.
ADVERTISEMENT