Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Magis Ivan Nestorman di GAIA Music Festival (GMF): Jazz in The Valley 2024
4 Agustus 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Bagi masyarakat NTT , Ivan Nestorman adalah sosok musisi legendaris. Lewat musik, Ivan membuat budaya NTT, khususnya pulau Flores, dikenal dunia.
ADVERTISEMENT
Lirik dan irama yang keluar dari petikan gitar seorang Ivan Nestorman selalu menyajikan magis tersendiri.
Dengan aliran neo tradisi, magis yang sama berhasil dipersembahkan oleh Ivan Nestorman kepada penonton GAIA Music Festival (GMF): Jazz in The Valley hari pertama, Sabtu (3/8).
"Saya dari Flores. Sudah pernah ada yang pergi ke Labuan Bajo, Padar, Kelimutu? Itu satu pulau yang indah, dan saya berasal dari sana," kata Ivan Nestorman memperkenalkan dirinya, disambut tepuk tangan penonton.
Petikan gitar Ivan Nestorman membius penonton sejak lagu pertama, Sangaiii. Ada cerita magis di balik lagu tersebut.
"Lagu pertama tadi judulnya Sangaiii. Sangaiii itu cara kami memanggil angin di Pulau Rinca. Saya ingin melatih anda, kalau anda ke Flores nanti. Bernyanyilah seperti ini," ujar Ivan.
ADVERTISEMENT
Masukan Rhytm Dolo-Dolo, ke dalam Dance In 78
Tak banyak yang tahu, instrumen yang ditawarkan dalam setiap lagu Ivan Nestorman adalah hasil perkawinan tradisi dan alat musik. Salah satu contohnya tertuang dalam lagu Dance In 78.
"Lagu yang saya bawakan ini ada di Spotify juga. Irama dolo-dolo, satu rhytm yang ada di Flores Timur. Saya coba masukan ke dalam lagu ini," ucap Ivan Nestorman.
Bagi masyarakat Flores Timur, irama dolo-dolo dikenal sakral karena kerap digunakan di beberapa upacara adat.
Di dalam lagu tersebut, irama dolo-dolo bercampur dengan alunan piano, terompet dan gitar Ivan Nestorman.
Ivan punya alasan tersendiri mengawinkan dua entitas tersebut ke dalam karyanya.
"Kita tidak bisa bawakan rock, reggae, tapi kalau kita punya sesuatu yang bisa kita bawa, kenapa tidak? Kita kombinasikan sedikit agar rasa tradisi dan musik itu tetap terbawa. Karena ini event jazz, jadi ada sentuhan jazz sedikit. Struktur utamanya, sebisa mungkin musik tradisi modern, agak kontemporer," kata Ivan kepada kumparan di backstage.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan Ivan Nestorman
Ivan mengaku bahagia bisa tampil di GAIA Music Festival (GMF): Jazz in The Valley 2024. Menurut Ivan, suasana dalam festival ini sangat mendukung musik tradisi untuk dinikmati penonton.
Lagu-lagu seperti One Limen, Mori Sambe, Benggong, Awo Flores, Anaritin teo, hingga Gego Lau Le pun bisa diterima penonton dengan sedikit penjelasan Ivan di atas panggung.
"Capaian tersendiri ketika mereka bernyanyi dengan gestur, gerakan. Ini pertama kali saya bernyanyi di GAIA. Kesan saya, tersanjung dengan penonton di sini. Ini konsep menarik," ujar Ivan.
"Suasana di sini sangat musikal. Sangat cocok dengan musik yang orang tidak banyak dengar di banyak tempat. Sound sangat baik sehingga pesan yang saya sampaikan dari musik itu benar-benar diterima," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sentuhan Personal di Dua Lagu Terakhir Ivan Nestorman
Musik Ivan Nestorman sangat personal bagi saya, sebagai penulis. Dua lagu terakhir yang dibawakan Ivan di event ini berjudul Mata Leso Ge dan Mogi Ye.
Mata Leso Ge, yang terpilih sebagai Lagu Berbahasa Daerah Terbaik di AMI Awards 2022 lalu, adalah lagu kesukaan mendiang ibu saya.
"Lagu ini, kalau tahu artinya, kalau bahasa anak sekrang bilangnya itu lagu bucin. Ungkapan cinta seseorang yang sangat dalam dan tak lekang oleh waktu. Saya ingin bilang bahwa mencintai berarti berusaha tanpa pamrih," ungkap Ivan.
Semakin lama Ivan Nestorman bernyanyi, semakin saya mengingat ibu saya.
Terutama sampai di lagu Mogi Ye. Lagu hentakan irama Jai ini diciptakan oleh Ivan untuk istrinya yang bernama Katarina Mogi.
ADVERTISEMENT
Ada pernyataan budaya yang mengangkat derajat perempuan Timur di dalam lagu Mogi Ye.
"Di dalam lagu itu, ada pernyataan budaya bahwa biarpun kami keriting rambut, hitam kulit, kami bangga dengan identitas kami. Artinya lagu itu membuat bangga para nona rambut keriting di Timur," tutup Ivan.