Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Jelang Natal 2020, Nadya merilis buku dengan tajuk Walk With Me. Ini adalah edisi terbaru dari buku yang sudah sempat dirilis pada 2018 itu.
"Di second edition ini aku sempat diskusi dan minta, boleh enggak masukin satu fokus lagi, emotional well being," ungkap Nadya Hutagalung dalam sesi wawancara virtual, Jumat (18/12).
Nadya Hutagalung merasa, sub-bab emotional well being perlu dimasukkan dalam bukunya. Sebab, ia melihat 2020 sebagai tahun yang sangat menguras emosi semua orang.
"Memang dari sebelum pandemi COVID-19 juga ini jadi topik yang penting. Tapi, dengan adanya COVID-19, tema emotional well being semakin perlu untuk dibahas.
Untuk sub-bab emotional well being, Nadya mengajak serta beberapa figur publik dari Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Iqbaal Ramadhan, Eva Celia, Happy Salma, Chelsea Islan, dan Afgansyah Reza.
ADVERTISEMENT
"Aku undang mereka untuk berbagi cerita tentang berbagai kecemasan, ada yang menceritakan kisahnya menghadapi panic attack, ada yang mengenai eco-climate anxiety. Aku melakukan hal itu untuk meniadakan stigma di masyarakat, karena di Asia khususnya, kita belum biasa membicarakan masalah-masalah kayak gini dan ini juga challenging bahkan sampai di level keluarga ," kata Nadya.
Nadya Hutagalung mengaku sengaja mengajak serta banyak figur publik terkenal untuk hadir di bukunya agar pesan mengenai emotional well being bisa makin tersebar. Dari kisah para figur publik itu, Nadya rasa, orang bisa belajar bahwa semua manusia juga punya masalah pelik yang kadang tak diketahui.
"Karena, pasti banyak orang yang berpikir kalau hidup figur publik A itu sempurna banget, padahal itu bukan realita. Parahnya, kita akan makin menderita karena selalu mau menjadi orang lain, padahal orang lain itu juga enggak sempurna hidupnya," terangnya.
ADVERTISEMENT
Nadya Hutagalung merasa senang, karena semua figur publik yang ia pilih mau menyampaikan ceritanya masing-masing dengan jujur dan terbuka. Ia rasa, ini bisa membantu banyak sekali orang untuk keluar dari masalah emosional yang dirasakan.
"Karena being unwell itu enggak harus jadi tempat berdiam. Kalau depresi, ya, kita enggak harus depresi terus. Harus ada solusinya dan kita berhak untuk merasa super well untuk bisa menghadapi dunia. Kita memang enggak bisa mengubah kejadian di dunia, tapi kita bisa mengubah respons kita terhadap dunia," tuturnya.
Nantinya, hasil penjualan buku Walk With Me akan disumbangkan ke The Contentment Foundation. Nadya pun memberikan penjelasan tentang organisasi tersebut.
"Jadi, ini adalah organisasi yang membuat kurikulum mengenai emotional well being. Kurikulumnya sendiri dikembangkan oleh profesor muda dari Yale University. Kalau kurikulum itu kan biasanya hanya dikasih ke murid, ini enggak. Ini diberi juga untuk guru yang ingin mengajar," ujar Nadya.
ADVERTISEMENT
"Karena, contoh di Singapura sendiri, banyak banget guru yang merasa stres. Makanya, mereka tetap perlu pelatihan emotional well being. Kami juga sedang berupaya mencari orang bilingual untuk menerjemahkan kurikulum itu ke bahasa Indonesia," sambungnya.