Pesulap, Anak Tiri Dunia Hiburan

21 Desember 2017 13:23 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Nama The Sacred Riana sedang dielu-elukan di dunia sulap. Atraksi horor Riana berhasil membawanya menyabet gelar juara Asia’s Got Talent 2017 di Singapura.
ADVERTISEMENT
Riana, yang bernama lengkap Marie Antoinette Riana Graharani, merupakan pesulap aliran bizzare ilusionist. Ia memiliki kemampuan telekinesis--menggerakkan benda dengan kekuatan pikiran tanpa menyentuhnya--yang terus ia latih dan ia perlihatkan pada babak audisi Asia’s Got Talent, saat dia menggerakkan kunci di hadapan para juri.
Semua video penampilan Riana di akun YouTube AGT, dari tahap audisi hingga grand final, telah diputar jutaan kali dan mendulang ratusan ribu like.
Tak berlebihan jika The Sacred Riana disebut mengangkat kembali dunia persulapan yang belakangan hujan makian akibat kegagalan Demian Aditya dalam aksi The Death Drop.
Dalam film The Prestige, para pesulap bersaing dengan cara menjatuhkan satu sama lain demi menaikkan pamor pribadi. Film sulap yang tayang di bioskop tahun 2006 itu menceritakan persaingan tak sehat antara dua pesulap.
ADVERTISEMENT
Robert Angier yang diperankan oleh Hugh Jackman berusaha mencari rahasia trik teleportasi The Transported Man-nya Alfred Borden yang diperan Christian Bale.
Begitupun sebaliknya. Borden berusaha mencari trik The Real Transported milik Angier, hingga persaingan itu sampai pada titik saling mencelakai satu sama lain.
Jika dalam film The Prestige para pesulap bersaing dan saling menjatuhkan demi menaikkan pamor pribadi, mungkin tak persis demikian dengan sulap di dunia nyata, utamanya di Indonesia.
Nyatanya, satu penampilan sukses pesulap akan memengaruhi seluruh pamor pesulap, dan satu kegagalan mampu membuat semua image pesulap jadi buruk.
Dunia di balik sulap. (Foto: Shutterstock - Nugraha Satia P./kumparan)
Dunia sulap selalu naik turun. Sekali dibawa terbang ke langit dan dipuji-puji, selanjutnya dijatuhkan sembari digebuki sampai babak belur.
Maka para pesulap mesti kuat-kuat menjaga nama baik bersama demi menerima pukulan-pukulan ini. Karena karier mereka di dunia hiburan tak selalu seajaib yang mereka tampilkan.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan pesulap sebagai bagian dari industri hiburan bak dianaktirikan oleh penikmat hiburan.
Bila pada musik misalnya, para penyanyi bebas menyanyikan lagu yang sama atau lagu yang dipopulerkan oleh orang lain tiap kali manggung, pesulap tak begitu. Para ilusionis itu harus siap dengan permainan baru setiap kali mereka tampil. Paling tidak, ada inovasi pada setiap permainan yang dibawakan.
“Dunia sulap itu ‘jahat’. Misal saya main jempol copot nih, bagus, besoknya pas ada pesulap lain yang main jempol copot juga, dibilang, ‘Ah, udah dimainin Deddy kemarin,’” kata Deddy Corbuzier di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, Selasa (5/12).
Deddy Corbuzier. (Foto: Satrio Rifqi F./kumparan)
Seperti Deddy katakan, “dunia sulap itu jahat” karena menjadi pesulap sulit diwujudkan. Akan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk latihan, butuh modal cukup besar dan keberanian kuat untuk menentang orang tua, dan… hasilnya tak selalu seperti yang diharapkan.
ADVERTISEMENT
Menjadi pesulap tidak simsalabim langsung bisa menguasai trik. Memang, jika untuk mengetahui triknya saja hanya butuh waktu lima menit. Tapi menguasainya, itu beda soal.
Bow Vernon dan Oge Arthemus, pesulap dan pendiri manajemen sulap Trilogy Magic Factory, mengatakan, untuk mengubah trik sulap menjadi sebuah pertunjukan yang mampu menghibur, butuh keuletan dan ketekunan latihan.
“Rata-rata orang mikir jadi pesulap itu gampang. Memang sih, hanya lima menit untuk tahu caranya. Tapi perfecting the art of magic-nya sendiri itu enggak cuma lima menit. It takes a year,” kata mereka dalam bincang dengan kumparan di markas Trilogy Magic Factory, kawasan BSD Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (7/12).
ADVERTISEMENT
Pesulap: Oge Arthemus dan Bow Vernon (Foto: Ulfa Rahayu/kumparan)
Menurut Bow dan Oge, untuk belajar trik sulap menghilangkan merpati dan mengembalikannya lagi misal, butuh latihan 8 jam sehari sepanjang tahun. Ini baru waktu yang dibutuhkan untuk melakukan triknya, belum sempurna untuk ditampilkan di panggung pertunjukan.
“Pesulap itu harus belajar psikologi, public speaking, teater, gerak, musik, tata panggung, lighting. Dan itu semua baru sebagian dari yang harus dipelajari,” ujar Bow.
Semua itu harus dikuasai oleh para pesulap untuk menambah kesan dan pesona pertunjukan. Juga untuk membantu trik misdirection (pengalihan perhatian) saat harus melakukan gerakan tersembunyi.
ADVERTISEMENT
Dibutuhkan pula materi yang cukup untuk menunjang pertunjukan seorang pesulap. Contohnya, saat Oge tampil di final The Master Indonesia Season 5. Ketika itu dia harus meloloskan diri dari kurungan bilik jerami yang terbakar.
Untuk melakukan atraksi itu, Oge butuh bensin, rantai, gembok, dan jerami. Nah, berapa jerami kira-kira yang dibutuhkan Oge untuk dibakar selama latihan? Itu semua pasti membutuhkan modal tak sedikit.
Dari semua tantangan yang dihadapi para pesulap untuk memulai karier, satu hal yang mungkin paling sulit didapat: restu orang tua.
Sulitnya mendapat restu orang tua dialami oleh sebagian besar para pesulap Indonesia, dari pemula hingga senior.
Richard Rain, pesulap yang pernah membawakan acara The Cooking Magic, pernah ditentang ayahnya dengan alasan sulap bukan profesi yang menjanjikan untuk masa depannya.
ADVERTISEMENT
Russel Miracle, pesulap jebolan The Master 4, ditentang orang tuanya juga dengan alasan sulap hanya bisa dijadikan hobi, bukan profesi.
Penolakan yang sama dialami Deddy Corbuzier, Demian Aditya, Bow Vernon, juga Oge Arthemus.
Intinya: pesulap bukan profesi idaman.
Aksi Oge Arthemus (Foto: Instagram/@ogearthemus)
Memang beberapa pesulap bisa menjadi profesional dan menjadikan sulap sebagai pendapatan utama. Namun jumlah mereka bisa dihitung dengan jari. Dan itu tak cukup dijadikan bukti untuk menyakinkan orang tua bahwa sulap juga bisa dijalani sebagai profesi.
Oge Arthemus, misalnya. Dia mulai tertarik belajar sulap saat duduk di bangku SMP. Waktu itu dia tak sengaja membaca buku tentang trik-trik sulap dan tertarik mempraktikkannya.
Di bangku SMA, Oge mulai berteman dengan sesama pecinta sulap, dan kebetulan perpustakaan sekolahnya menyediakan buku-buku trik sulap yang lumayan lengkap.
ADVERTISEMENT
Saat itu Oge masih merahasiakan hobinya ini pada orang tuanya. Hingga dia memutuskan untuk serius menjadikan sulap sebagai profesi dan keluar dari pekerjaannya di bank swasta. Tentu saja orang tuanya menentang keras keputusan itu.
Sejak saat itu, setiap hari di rumahnya selalu terjadi perang dingin yang tak mengenakkan. Tapi Oge tetap pada pendiriannya.
Oge akhirnya bisa sedikit menyakinkan orang tuanya dengan menampilkan satu pertunjukan spektakuler yang memecahkan rekor MURI.
Saat itu, tahun 2005, Oge bersama rekannya, Bow Vernon dan Decky San, menggelar aksi 70 jam nonstop dengan menampilkan setidaknya 3.000 jenis sulap di Atrium Cilandak Town Square.
Dari situ, nama Oge mulai dikenal di dunia hiburan Indonesia, apalagi saat dia menjadi jawara The Master Season 5.
Oge Arthemus (Foto: Instagram/@ogearthemus •)
Perjalanan panjang membangun karier sebagai pesulap harus dilalui dengan peluh dan kerja keras--dan hasilnya tak selalu disambut baik oleh industri dan para penikmat hiburan tanah air.
ADVERTISEMENT
Beberapa kali acara sulap mendapat teguran karena dianggap mengandung unsur berbahaya atau mengandung unsur yang dinilai tak pantas menjadi tontonan publik.
Dianggap bahaya bukan satu-satu alasan sulap sulit diterima. Ada juga pihak yang berpendapat sulap merupakan pembohongan publik. Hal ini yang disayangkan komunitas sulap Indonesia.
“Jadi, jika tugas menghibur yang dijalankan berhasil, kenapa penonton mesti merasa terbohongi?” kata Oge.
Semua kerumitan itu membuat sebagian pesulap mundur teratur. Apalagi saat tidak ada acara sulap di televisi Indonesia, banyak komunitas sulap perlahan menghilang.
Kesuksesan Riana belakangan seakan menjadi angin segar bagi pesulap. Mereka tahu, perlu kerja sama erat untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk kembali mencintai sulap.
ADVERTISEMENT
Dan salah satu PR itu adalah: bagaimana agar masyarakat melihat sulap sebagai pertunjukan yang menghibur, bukan tipuan.
Abrakadabra
6 Aliran Sulap (Foto: Sabryna Muvioal/kumparan)