Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, gitaris Barasuara , Tj Kusuma, mengatakan Barasuara sebenarnya ingin mengadakan tur setiap mereka merilis album baru. Tj mencontohkan ketika Barasuara merilis album kedua mereka bertajuk Pikiran dan Perjalanan pada 2019 silam.
“Pas Pikiran dan Perjalanan kami sudah pengin bikin tur sebenarnya. Lagi-lagi yang tadi gue bilang, (kita) sudah merencanakan sesuatu dengan sebaik mungkin, tiba-tiba kehantam sama pandemi, akhirnya enggak jadi,” kata Tj dalam wawancara eksklusif dengan kumparan.
Sama seperti sebelumnya, Tj menyatakan, Barasuara juga ingin menggelar tur di beberapa kota usai merilis album Jalaran Sadrah. Namun, Tj belum bisa memastikan apakah rencana itu akan terealisasi atau tidak.
“Intinya, misalnya (soal) tur, minta doanya. Cuma yang bisa gue bilang adalah kami ingin ada tur dan doain mudah-mudahan jadi,” ucap Tj.
Tema yang Diangkat Barasuara di Album Jalaran Sadrah
Proses pembuatan album Jalaran Sadrah dimulai sejak 2021. Album ini memuat sembilan lagu. Tiga lagu di antaranya sudah dirilis sebagai single, yakni Terbuang Dalam Waktu, Merayakan Fana, dan Fatalis.
ADVERTISEMENT
Jalaran Sadrah berarti karena pasrah. Sesuai arti judul album, kepasrahan menjadi salah satu tema yang diangkat dalam album baru Barasuara. "Tema khususnya itu pada dasarnya satu sih kerelaan, kepasrahan itu. Terus juga tentang kehidupan dan kematian," ujar Tj.
Tj menggambarkan perasaan tersebut dengan mencontohkannya lewat lagu Merayakan Fana. Dalam lagu itu ada sudut pandang mengenai perasaan sedih ketika harus berpisah dengan orang tersayang. Tj mengalami hal itu. Tj merasa sedih saat orang tuanya meninggal, namun di sisi lain, ia harus berusaha mengikhlaskannya.
"Di saat itu gue sendiri sangat sedih sekali. Di sisi lain, gue menganutnya begini, di saat ada seseorang meninggal, misalnya karena sakit, gue memilih untuk menganut, misalnya, di kehidupan dunia mungkin mereka sudah sangat capek dan sangat tidak nyaman situasinya," kata Tj.
ADVERTISEMENT
Tj merasa orang tuanya sudah berada di tempat yang lebih baik. Mereka sudah tidak lagi merasakan sakit. Keikhlasan menerima kepergian orang tua membuat Tj bisa bangkit dari kesedihan.
"Di saat pikiran kita, 'oh ya sudah, mudah-mudahan mereka ke tempat yang lebih baik.' Kita juga bisa lebih tenang, kita bisa mengobati kesedihan itu," tutur Tj.
Tj mengatakan Barasuara merasa lebih leluasa saat menggarap album Jalaran Sadrah. Mereka mengurus sendiri mulai dari proses produksi hingga pascaproduksi.
"Kalau sekarang malah sebenarnya lebih enaknya karena mayoritas produksi dan pascaproduksinya itu dipegang sama Bara sendiri, dalam arti yang ngedit vokalnya dari Bara sendiri, gue yang ngedit misalnya. Terus rekaman selain drum sama vokal, itu di rumah masing-masing atau di studionya Bara. Jadi, sangat lebih leluasa," ucap Tj.
ADVERTISEMENT
Barasuara menggandeng dua musisi legendaris dalam album Jalaran Sadrah, yakni Erwin Gutawa dan Sujiwo Tejo. Erwin merangkai aransemen orkestra untuk lagu Merayakan Fana, Terbuang Dalam Waktu, dan Hitam dan Biru yang dieksekusi dengan megah oleh Czech Symphony Orchestra. Sementara, Sujiwo Tejo terlibat dalam lagu Biyang.
Tj berharap album Jalaran Sadrah bisa diterima oleh pencinta musik Indonesia dan para penggemar Barasuara. "Mudah-mudahan bisa dinikmati seperti kami menikmati albumnya," ujarnya.
ADVERTISEMENT