Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
'Tangan dan Mata', Bentuk Cinta Fade2Black pada Orangutan
30 November 2017 7:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Setelah 17 tahun berkarier di industri musik Indonesia, akhirnya grup musik rap Fade2Black secara resmi meluncurkan album perdana mereka yang berjudul 'Tabik!'.
ADVERTISEMENT
Album tersebut menghadirkan 11 lagu di dalamnya, di antaranya adalah 8 buah lagu baru dan 3 buah lagu lama.
Namun dalam album ini, ada sebuah lagu baru yang tidak biasa, yakni 'Tangan dan Mata'. Fade2Black memiliki cerita dan kenangan tersendiri sebelum akhirnya menciptakan lagu yang penuh dengan lirik mendalam dan juga emosional tersebut.
Pada tahun 2014, Fade2Black yang terdiri dari Tito, Ari, Eza, dan Coki mengadopsi dua ekor orangutan di Kalimantan yang berada di bawah pengawasan dan pengurusan BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation). Yayasan tersebut fokus dalam mengurus permasalahan orangutan di Indonesia.
Namun, Fade2Black bukan mengadopsi dua orangutan itu dalam arti yang sesungguhnya. Mereka hanya berperan dalam memberikan dana untuk kedua orangutan yang ternyata memiliki cacat fisik tersebut.
ADVERTISEMENT
Fade2Black sadar, jika selama ini keberadaan orangutan semakin langka. Padahal, hewan tersebut merupakan hewan endemik yang hanya terdapat di Indonesia saja.
Oleh karena itu, Fade2Black pun mulai concern untuk turut mengampanyekan dua orangutan itu kepada masyarakat luas untuk ikut menyelamatkan keberadaan orangutan. Salah satu caranya dengan menciptakan lagu yang didedikasikan untuk hewan primata itu.
"Kami menyumbang segenap jiwa raga kami ini buat 2 orangutan, namanya Kopral sama Shelton. Yang satu enggak ada tangan, yang satu enggak ada mata, cacat mereka. Nah, lagu ini menjadi sebuah ekspresi kami untuk menunjukkan pada dunia bahwa kami sangat peduli dengan orangutan," ungkap Eza, saat dijumpai dalam perilisan album 'Tabik!', di Cikini, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
"Kenapa? Karena kami tahu primata yang DNA-nya 98 persen sama dengan manusia ini hanya ada di Indonesia, tidak ada di dunia manapun. Jadi kami sadar kalau kami harus concern sama hal-hal seperti itu," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mereka juga tersentuh dengan kondisi kedua orangutan ini, yang ternyata saling membantu satu sama lain. Padahal, masing-masing dari mereka memiliki kekurangan fisik.
"Kita begitu ketemu mereka amazed banget. Mereka binatang loh, tapi bisa kerja sama. Satu mau jalan ke sini tapi enggak bisa liat, yang satu bantuin, tapi dia enggak punya tangan. Mereka kayak related jadi satu orang. Makanya, di sini musiknya saja tuh kita create sedemikian dramatis dan emosional, karena emang itu concern kita ke mereka," jelas Ari, yang berada di sebelah Eza.
Eza pun menegaskan, kepedulian Fade2Black kepada orangutan, bukan hanya sekadar gimmick semata supaya mendapatkan perhatian dari publik. Pria berkacamata itu mengaku akan terus membawa tema tentang orangutan ini di album-album Fade2Black mendatang.
ADVERTISEMENT
"Kami bener-bener terjun langsung ke hutan, melepaskan mereka ke sana, ke Kalimantan. Jadi ya, ini akan kami bawa terus, (tema tentang) orangutan. Enggak hanya dalam album ini. Semoga bisa sampe 8 album ke depan juga kita bawa tema tentang orangutan," ucap Eza penuh semangat.
"Tapi kalau bisa sih, enggak. Kita enggak mau kalau orangutan terlalu diekspos, kita ekspos ini karena mereka sudah tedesak. Berharapnya, ke depan enggak ada lagi (eksploitasi orangutan). Mereka tetap hidup di alamnya. Dan enggak ada hubungan sama manusia lagi," timpal Ari, seraya mengakhiri pembicaraan.