Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Setiap ibu hamil pasti ingin bayi nya terlahir dengan selamat dan sehat. Namun, ada juga bayi yang lahir dengan berat badan kurang yakni di bawah 2,5 kg. Biasanya, kondisi ini dialami bayi yang lahir prematur.
ADVERTISEMENT
Namun, beberapa kasus ditemukan bayi yang lahir cukup bulan namun berat badannya rendah. Biasanya, bayi dengan berat lahir rendah akan terlihat lebih mungil dibandingkan yang lahir normal. Tampak juga bagian kepala mereka akan lebih besar dibandingkan bagian tubuh lainnya.
Kira-kira, apakah kondisi ini berbahaya pada bayi? Dan apa saja penyebab berat badan lahir rendah (BBLR) pada si kecil ya, Moms? yuk simak jawabannya!
Penyebab Berat Badan Lahir Rendah pada Bayi
1. Kelahiran Prematur
Bayi yang lahir di bawah usia kandungan 37 minggu disebut prematur. Dikutip dari Mom Junction, umumnya bayi lahir prematur memiliki berat badan kurang karena proses tumbuh kembangnya belum sepenuhnya matang.
2. Pembatasan Pertumbuhan Intrauterin
Pada kasus ini, bayi sebenarnya lahir cukup bulan. Namun, kondisi berat badan lahir rendah mungkin disebabkan oleh faktor gaya hidup ibunya maupun genetik orang tua.
3. Hamil Anak Kembar
ADVERTISEMENT
Jika Anda hamil anak kembar dua, tiga, atau lebih, maka kemungkinan bayi akan lahir di bawah 2,5 kg. Hal ini disebabkan bayi selama di kandungan bersaing untuk mendapatkan nutrisi dari ibunya.
4. Tekanan Darah Tinggi
Ibu yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi berisiko mengganggu aliran darah ke bayi melalui plasenta..
5. Obat-obatan dan Alkohol
Mengonsumsi obat-obatan, rokok, atau alkohol selama kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan bayi. Ini disebabkan zat-zat kimia berbahaya akan melepaskan diri di plasenta, lalu mengubah suplai oksigen ke bayi yang sedang bertumbuh kembang.
6. Masalah Plasenta
Jika Anda mengalami plasenta previa (plasenta terletak di rahim bagian bawah dan menutupi leher rahim) atau preeklamsia (komplikasi tekanan darah tinggi), maka dapat memengaruhi aliran darah dan nutrisi ke janin.
ADVERTISEMENT
7. Kelainan Rahim
Kondisi fibroid seperti tumor jinak di rahim dapat membatasi pertumbuhan janin.
8. Diabetes
Diabetes umumnya dikaitkan dengan bayi lahir berukuran besar. Tetapi, penyakit ini juga dapat mengakibatkan persalinan prematur, yang akhirnya membuat bayi lahir dengan berat badan rendah.
9. Kelainan Serviks
Kelainan leher rahim (serviks) dapat mendorong kelahiran prematur, karena akan kesulitan terbuka saat bayi siap lahir. Meski begitu, kondisi ini dapat ditangani dokter dengan memasang jahitan (cerclage) dan Anda diminta untuk beristirahat total.
10. Infeksi selama Kehamilan
Selama kehamilan, ibu hamil rentan mengalami sakit atau tertular infeksi. Bila mengalaminya, maka obat-obat yang dikonsumsi berisiko memengaruhi berat lahir bayi.
11. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
Ya Moms, jika persalinan Anda sebelumnya melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau persalinan prematur, maka ada kemungkinan Anda akan mengalaminya lagi di kehamilan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
12. Pola Makan yang Salah
Ibu hamil biasanya disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Namun, bila tidak menerapkan pola makan tersebut, ada kemungkinan bayi lahir dengan berat badan rendah akibat kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk mereka berkembang.
Pengaruh Berat Badan Lahir Rendah Terhadap Perkembangan Bayi
Dampak BBLR pada perkembangan bayi bisa beragam, yang juga berkaitan dengan penyebabnya saat si kecil lahir. Beberapa masalah perkembangan yang rentan dialami seperti:
ADVERTISEMENT
Studi lain juga menemukan bayi dengan berat badan rendah saat lahir, lebih berkemungkinan memiliki IQ yang lebih rendah, kurang berprestasi di bidang akademik, dan berpotensi menunjukkan masalah perilaku.
Jadi Moms, kondisi berat badan lahir rendah terkadang tidak bisa dihindari. Namun, jika Anda mengalami masalah kesehatan yang berisiko memengaruhi janin, sebaiknya lebih rutin melakukan USG dan berkonsultasi dengan dokter.