3 Hal yang Kerap Disalahpahami soal Anak Berkebutuhan Khusus

14 Mei 2023 18:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak dengan ADHD. Foto: japansainlook/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dengan ADHD. Foto: japansainlook/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Anak berkebutuhan khusus masih kerap mendapat stigma tertentu di kalangan masyarakat. Padahal stigma-stigma yang dilekatkan tak selamanya benar, Moms.
ADVERTISEMENT
Bahkan anak berkebutuhan khusus, jika dioptimalkan kemampuannya, bisa memiliki kecerdasan di atas rata-rata, lho! Mengutip The New Age Parents, setidaknya ada 3 kesalahpahaman terkait anak berkebutuhan khusus. Apa saja?

Tiga Kesalahpahaman Besar Tentang Anak Berkebutuhan Khusus

1. Anak-anak berkebutuhan khusus mengalami keterbelakangan mental
Ilustrasi anak dengan ADHD. Foto: MIA Studio/Shutterstock
Anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas adalah mereka yang mengalami kesulitan menonjol dalam bidang-bidang tertentu seperti gerak fisik, belajar, komunikasi dan interaksi.
Kebutuhan khusus yang umum meliputi kecacatan fisik, gangguan pendengaran, bicara dan penglihatan, kesulitan belajar (misalnya disleksia), autisme , Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Gangguan Emosional dan Cacat Intelektual.
Nah Moms, tidak semua anak berkebutuhan khusus memiliki kecerdasan yang rendah, lho. Faktanya, mayoritas individu dengan ketidakmampuan belajar memiliki kecerdasan rata-rata hingga di atas rata-rata! Prestasi akademik mereka yang rendah di bidang-bidang tertentu bisa jadi disebabkan oleh kecacatan mereka. Namun nyatanya, kebanyakan siswa berbakat merupakan bagian dari kelompok orang-orang istimewa ini.
ADVERTISEMENT
2. Anak yang hiperaktif mengalami ADHD dan anak anti-sosial adalah Autis
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kondisi neurobiologis yang mencerminkan tampilan kurangnya perhatian, impulsif, hiperaktif, atau kombinasi dari masing-masingnya secara terus-menerus, sering terjadi, dan parah.
Sedangkan Autism Spectrum Disorder (ASD) atau autis adalah kecacatan perkembangan dan perilaku yang muncul sejak lahir yang secara signifikan mempengaruhi komunikasi verbal dan non-verbal anak, interaksi sosial, dan dalam kasus tertentu berpengaruh pada pendidikan mereka.
Untuk menentukan apakah seorang anak menderita ADHD atau ASD, diperlukan diagnosis profesional. Jika seorang anak menunjukkan tanda-tanda hiperaktif atau kurangnya keterampilan komunikasi dan sosial, orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter agar mendapat diagnosa yang jelas.
3. Anak-anak ini tidak akan bisa mencapai potensi penuh mereka
Ilustrasi anak dengan kondisi ADHD Foto: Shutterstock
Jangan salah, Moms. Bukan tidak mungkin anak-anak ini berhasil, lho. Meskipun anak berkebutuhan khusus mungkin mengalami kesulitan dalam belajar secara mandiri, namun kesulitan tersebut dapat diatasi dengan dukungan dan bimbingan serta intervensi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu penting untuk memungkinkan intervensi dini, di mana pendidikan dan layanan ditargetkan untuk mengkompensasi kurangnya kemampuan selama tahun-tahun prasekolah anak, ketika mereka adalah periode perkembangan yang paling reseptif untuk belajar.
Orang tua dan pendidik harus merayakan kesuksesan kecil mereka, bahkan saat mereka secara bertahap menuju kesuksesan yang lebih besar. Ada banyak individu berkebutuhan khusus yang sukses dan mandiri. Salah satu contohnya adalah Oh Siew May, perempuan penyandang cerebral palsy yang penulis buku dari Singapura.

Tantangan yang Terjadi

Pentingnya mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus sejak dini dan intervensi sejak dini
com-Ilustrasi mendiagnosa gejala kelainan austisme Foto: Shutterstock
Bagi anak penyandang disabilitas mungkin orang tua dapat segera melakukan perawatan, terapi, dan berbagai intervensi lain sejak dini. Sebab tanda fisik mereka terlihat dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk gangguan yang berkaitan dengan ketidakmampuan belajar seperti disleksia, hanya dapat diamati ketika seorang anak berada di periode akhir prasekolah hingga tahun sekolah dasar. Selain itu, sulit untuk membedakan antara keterlambatan perkembangan dan kecacatan, di mana anak mungkin hanya tertunda dalam perkembangan di bidang tertentu seperti keterampilan bahasa atau domain sosial-emosional.
Tanpa identifikasi yang pasti terhadap anak berkebutuhan khusus, intervensi dini yang tepat jadi tertunda. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk jeli dalam melihat perkembangan anak. Jika merasa khawatir dengan tumbuh kembangnya, jangan ragu untuk segera hubungi dokter ya, Moms.
Kurangnya sumber daya dan dukungan
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus (ABK). Foto: Shutter Stock
Saat ini sejumlah tempat umum di Jakarta dan sekitarnya sudah mulai dilengkapi dengan fasilitas untuk penyandang disabilitas. Namun kebutuhan yang diperlukan anak berkebutuhan khusus jauh lebih besar dari itu.
ADVERTISEMENT
Sekolah, misalnya. Jumlah sekolah inklusi, atau sekolah yang menerima anak berkebutuhan khusus, masih sangat sedikit dibanding jumlah seluruh sekolah di Indonesia. Sedangkan Sekolah Luar Biasa (SLB) tidak bisa mengakomodir kebutuhan semua anak berkebutuhan khusus.
Menciptakan kesadaran dan penerimaan publik
Sama seperti kita menerima perbedaan budaya dan bersedia belajar tentang tradisi dan warisan yang berbeda, kita juga harus terbuka untuk memahami berbagai kebutuhan khusus.
Ketika kita melihat seorang anak di dalam bus mungkin terlalu gelisah atau berisik, apakah kita terlalu cepat menghakimi orang tua, atau apakah kita siap untuk mempertimbangkan tantangan yang mungkin sudah dihadapi orang tua? Yuk Moms, mari kita bergerak menuju masyarakat yang inklusif.