Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
3 Tingkat Keparahan Plasenta Akreta yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil
15 Januari 2022 9:04 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Plasenta akreta juga memiliki risiko yang berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahannya. Nah, berikut ini adalah tiga tingkat keparahan plasenta akreta yang perlu Anda waspadai, Moms.
Penjelasan soal 3 Jenis Plasenta Akreta pada Ibu Hamil
1. Plasenta akreta
Plasenta akreta merupakan kondisi di mana plasenta menempel kuat pada dinding rahim, tetapi tidak sampai menembusnya. Kondisi ini tidak sampai mempengaruhi atau berdampak pada otot-otot di sekitar rahim, namun tetap berisiko bagi ibu dan juga bayi di dalam kandungan. Ini adalah kondisi plasenta akreta yang paling umum terjadi pada ibu hamil.
ADVERTISEMENT
2. Plasenta inkreta
Pada plasenta inkreta, kondisi plasenta tertanam jauh ke dalam dinding rahim hingga sangat melekat dengan otot-otot rahim. Plasenta masih tidak menembus dinding rahim, tetapi bisa menyebabkan komplikasi yang membahayakan ibu dan juga janin. Mengutip laman Health Care of Utah University, kondisi ini bisa sangat serius, sehingga dapat menyebabkan pendarahan tiba-tiba, kegagalan organ, sindrom gangguan pernapasan akut dan bahkan kematian.
3. Plasenta perkreta
Plasenta perkreta dinilai sebagai kasus yang paling parah dalam plasenta akreta. Dikutip dari Cleveland Clinic, kondisi ini terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam hingga menembus dinding dan otot-otot rahim. Dalam beberapa kasus, plasenta juga melekat pada organ lain di sekitar rahim, seperti kandung kemih atau usus. Bila sudah terjadi plasenta perkreta, ibu hamil disarankan untuk segera menjalani operasi caesar yang kemudian dilanjutkan proses pengangkatan rahim (histerektomi).
ADVERTISEMENT
Ya Moms, dari ketiga jenis plasenta akreta yang paling berbahaya adalah kondisi plasenta perkreta. Meski begitu, ketiga kondisi tersebut sama-sama memiliki risiko yang bisa membahayakan ibu dan juga bayi di dalam kandungan. Oleh sebab itu, deteksi dini pada kondisi plasenta akreta akan membantu meminimalisir dampaknya pada ibu dan si kecil.