Alergi Makanan pada Anak Meningkat, Kenali Faktor Risiko dan Gejalanya, Moms!

24 Desember 2024 12:18 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi alergi makanan. Foto: wisely/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alergi makanan. Foto: wisely/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pernahkah melihat seseorang langsung mengalami ruam di kulit setelah menyantap makanan tertentu? Bila pernah, bisa jadi itu adalah reaksi alergi, dna ruam merupaka salah satu reaksi alergi yang paling mudah dikenali. Lantas, apa penyebab reaksi tersebut muncul ya?
ADVERTISEMENT
Dokter Spesialis Anak, Reza Abdussalam, Sp.A, mengungkap dalam beberapa dekade terakhir, kejadian alergi makanan meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.
"Alergi makanan sendiri adalah manifestasi dari alergi yang terjadi akibat respons tubuh yang abnormal terhadap antigen tertentu dari makanan," kata dr. Reza kepada kumparanMOM, Senin (23/12).
Kondisi alergi bisa ditandai dengan munculnya ruam dan gangguan absorpsi usus. Biasanya absorpsi usus ditandai dengan perut kembung, diare, tinja berwarna terang, kelemahan otot, hingga tekanan darah rendah.
Selain itu, reaksi alergi seperti anafilaktik. Reaksi alergi ini terjadi tiba-tiba dan dapat mengancam jiwa, Moms.
Alergi pada makanan merupakan jenis alergi anak yang paling umum dan sering terjadi. Foto: Shutterstock

Faktor yang Membuat Alergi Makanan

Berdasarkan paparan jurnal Rennie tahun 2023, secara umum ada dua faktor penyebab peningkatan kondisi alergi makanan, yakni perubahan pola makan dan perubahan gaya hidup.
ADVERTISEMENT
"Pengenalan makanan yang dicurigai alergen saat MPASI sesuai dengan waktunya lebih efektif dalam mengurangi kejadian alergi makanan pada anak dan remaja," kaya dr. Reza.
Selain itu kondisi defisiensi vitamin D juga dapat menyebabkan gangguan barrier gastrointestinal yang akan melemahkan ikatan sel imun di usus dengan antigen protein makanan. Hal ini dapat membuat rentan terkena infeksi serta alergi.
"Apabila makanan ultra processing food yang rutin dikonsumsi, maka zat adiktif yang terdapat di dalam makanan tersebut seperti emulsifier dan pemanis buatan dapat memperburuk perairan usus dengan mengubah mikrobiom usus yang akan membuat kejadian rentan alergi," ujar dr. Reza.
Ilustrasi anak yang diberikan MPASI sesuai usianya. Foto: alice-photo/Shutterstock
Kemudian, komposisi mikrobioma selama tahap janin dan pasien neonatal berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Selain itu, bayi yang lahir melalui operasi caesar memiliki flora usus yang berbeda dibanding dengan bayi yang lahir melalui pervaginam. Kondisi ini dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan penyakit di kemudian hari, termasuk risiko alergi.
ADVERTISEMENT