Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Orang tua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti autisme , mungkin saja merasa bingung ketika si kecil sudah memasuki usia sekolah. Ya, Moms, anak dengan autisme memerlukan perhatian khusus, sehingga orang tua tentu tidak bisa asal memilih sekolah untuknya. Lantas, sekolah seperti apa yang paling tepat untuk anak dengan autisme?
ADVERTISEMENT
Psikolog Klinis Anak, Anita Chandra, M.Psi, memilih sekolah terbaik untuk anak autistik berbeda-beda. Sebab, masing-masing anak punya karakter, kebutuhan, serta kemampuan kecerdasan yang berbeda. Jadi, jenis sekolah yang tepat pun bisa beragam karakteristiknya.
"Untuk sekolah, sebenarnya ada sekolah khusus untuk anak-anak dengan gangguan autistik. Jenis sekolah untuk anak dengan gangguan ini ada sekolah khusus yang terdiri dari sekolah vokasi dan sekolah transisi, serta sekolah inklusi," kata Anita saat dihubungi kumparanMOM, Kamis (26/3).
Menurut Anita, sekolah khusus vokasi biasanya mengajarkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan anak dengan autisme untuk siap bersekolah normal. Seperti, mengajarkan keterampilan, berbicara hingga keterampilan sosial. Ada pula yang masih menggunakan kurikulum nasional namun ditambahkan dengan program lainnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip Autism Spectrum News, sebuah penelitian menunjukkan bahwa pelatihan kejuruan atau vokasional bisa berdampak banyak pada anak dengan autisme untuk bisa bersekolah kelak, maupun mendapat pekerjaan di masa depan. Program sekolah vokasi khusus autisme biasanya mengandalkan metode Applied Behavior Analysis (ABA).
ABA sering digunakan sebagai metode mengajar anak-anak dan orang dewasa dengan autisme. ABA bisa membantu meningkatkan keterampilan, sehingga anak Anda bisa belajar lebih mandiri. Sekolah vokasi bisa membantu anak dengan autisme mempelajari cara mengikuti petunjuk, meningkatkan koordinasi motorik, meningkatkan konsistensi, keandalan, dan konsentrasi. Namun, fokus utama dalam metode ini adalah pengajaran keterampilan sosial dan fungsional.
Selain itu, Anita, juga menjelaskan jenis sekolah lain, yaitu sekolah transisi.
ADVERTISEMENT
"Ada juga program transisi. Di mana di sekolah khusus ini anak dipersiapkan untuk masuk ke sekolah inklusi atau sekolah umum yang menerima ABK. Walaupun sekolah khusus untuk anak-anak dengan gangguan autistik sekarang sudah cukup banyak ya, tapi tetap saja jumlahnya masih kurang. Contoh sekolahnya Sekolah Anakku di Pulomas, atau Sekolah Mandiga di Cipete," papar psikolog yang praktik di Klinik Anakku, Kelapa Gading, Jakarta Utara ini.
Meski begitu, ia mengatakan tidak semua anak dengan gangguan autistik butuh masuk ke sekolah khusus. Misalnya saja, bila gejala autisme anak tidak terlalu berat, seperti bisa berkomunikasi dengan baik, punya perilaku dan keterampilan sosial yang cukup baik, atau tidak menyakiti anak lainnya, mereka bisa saja masuk ke dalam sekolah inklusi. Bahkan, ada banyak anak autistik yang justru lebih berkembang jika dimasukkan ke sekolah inklusi.
Ya Moms, sekolah inklusi sendiri merupakan sekolah umum yang murid penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus. Namun, banyaknya kondisi peserta didik di sekolah inklusi, terkadang membuat orang tua khawatir, anak dengan autisme justru menjadi tidak fokus dan sulit belajar.
ADVERTISEMENT
Lantas, bila ingin menyekolahkan anak di sekolah inklusi, apa yang harus diperhatikan?
Anita mengatakan, orang tua mesti memahami dulu bahwa sekolah inklusi sendiri juga banyak ragam penerapannya. Ada sekolah inklusi yang langsung mencampur murid umum dengan siswa ABK, tanpa ada program khusus bagi ABK itu sendiri atau tidak pakai Program Pembelajaran Individual/IEP.
Ada yang memang langsung masuk ke kelas umum tapi dengan IEP sendiri, ada yang memiliki badan khusus atau special need center sehingga anak akan ikut pelajaran umum lalu kadang ikut pelajaran khususnya, dan ada juga sekolah yang menyatakan inklusi tapi membedakan kelas umum dengan ABK-nya.
Di Indonesia sendiri, peraturan mengenai penyelenggaraan sekolah inklusi ditulis pada Permendikbud No. 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa.
ADVERTISEMENT
Di mana dalam peraturan ini dijelaskan dalam Pasal 2 bahwa tujuan dari pendidikan inklusi adalah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, potensi kecerdasan dan bakat istimewa, dan menyelenggarakan pendidikan yang menghargai keanekaragaman serta tidak diskriminatif.
Selain itu, berdasarkan Pasal 3 Permendikbud No. 70 Tahun 2009, berikut adalah peserta didik yang berhak mengikuti pendidikan inklusi:
"Sekolah inklusi yang bagus adalah sekolah yang siap menerima ABK dengan kondisinya. Baik secara SDM-nya sudah paham mengenai ABK, programnya sudah ada untuk membantu ABK tersebut, lebih baik lagi kalau mereka punya support system seperti ada tenaga psikolog, terapis di sekolahnya," ujar Anita.
ADVERTISEMENT
Sekolah inklusi yang baik, tambah Anita, juga akan mengedukasi orang tua dan anak murid lainnya mengenai kondisi anak berkebutuhan khusus, sehingga tidak di-bully.
Kalaupun anak autistik ingin bersekolah di sekolah inklusi, ada baiknya dipersiapkan dengan baik, Moms. Anak Anda sebaiknya sudah menjalankan terapi-terapi yang dibutuhkan. Misalnya saja, terapi perilaku yang mempersiapkan anak belajar bagaimana cara belajar, mengenai kepatuhan, mendengarkan instruksi bergantian, dan kemampuan sosial lainnya.
"Sering kali orang tua memasukkan anaknya ke sekolah langsung dianggap agar maju. Tapi ya, tergantung kondisi anaknya, kadang malah di sekolahkan itu tidak membantu. Sangat baik bila orang tua selalu konsultasi ke tenaga ahli yang memantau perkembangan anak dan bisa membantu memberikan tahapan-tahapan yang tepat dilakukan. Termasuk kebutuhan terapi, kapan anak siap sekolah, dan juga jenis sekolah apa yang harus dimasuki," papar Anita.
ADVERTISEMENT
Jadi, kalau ditanya lebih baik mana, mendaftarkan anak ke sekolah khusus atau inklusi? Anita mengatakan semua itu tergantung pada kondisi anak. Kalau si kecil hanya mengalami gejala autisme ringan, mungkin bisa langsung dimasukkan ke sekolah inklusi. Namun yang harus diperhatikan, setiap anak bisa mengikuti sekolah inklusi asal memiliki hal ini:
"Tapi kalau ringan ke sedang kondisinya (autisme) mungkin harus sekolah khusus dulu. Tergantung juga kemampuan si anak. Lebih baik sih orang tua konsultasi langsung ke psikolog. Tidak apa-apa terlambat sekolah, asal anaknya sendiri sudah siap. Kan sayang kalau sudah bayar ujung-ujungnya dikeluarkan juga. Kasihan juga anaknya buang waktu percuma," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebagai pertimbangan, Anda bisa berkonsultasi dengan ahli sebelum memilih sekolah anak .