Anak Perempuan 2,5 Kali Berisiko Alami Gangguan Kesehatan Jiwa di Sekolah

19 Desember 2024 15:02 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi siswa SMA. Foto: onyengradar/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi siswa SMA. Foto: onyengradar/shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebanyak 34% pelajar sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta terindikasi mengalami masalah kesehatan jiwa. Dari angka itu, perempuan menjadi kelompok yang lebih rentan mengalami masalah kesehatan jiwa.
ADVERTISEMENT
Dalam Penelitian yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC) dan Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) bersama Yayasan BUMN melalui inisiatif Mendengar Jiwa Institute ini menunjukkan, perempuan 2,5 kali lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa di sekolah.

Penyebab Anak Perempuan 2,5 Kali Lebih Berisiko Alami Gangguan Kesehatan Jiwa di Sekolah

Koordinator Riset dan Kajian Fokus Kesehatan Indonesia (FKI), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, di Jakarta Selatan, Selasa (17/12/2024). Foto: Eka Nurjanah/kumparan
Koordinator Riset dan Kajian Fokus Kesehatan Indonesia (FKI), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, mengatakan ada dua faktor penyebab utama perempuan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan jiwa.
"Secara teori karena sistem hormonal ya. Ketika sistem hormon seorang perempuan, apalagi di usia remaja ada yang late adolescence (masa remaja akhir) itu haidnya mungkin sudah mulai," ujar dr. Ray dalam konferensi pers paparan Laporan Hasil Studi Zona Mendengar Jiwa terkait kesehatan mental pelajar SMA Jakarta, di Jakarta Selatan, Selasa (17/12).
ADVERTISEMENT
Perubahan hormonal yang berkaitan dengan menstruasi dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosionalnya. Di sisi lain, potensi atau risiko masalah kesehatan jiwa pada perempuan semakin meningkat ketika ada masalah hormonal imbalance.
Ilustrasi siswa SMA. Foto: Fazazakka/Shutterstock
Selain masalah hormonal, aktivitas fisik juga mempengaruhi kesehatan jiwa. Sebab, aktivitas fisik ini merupakan salah satu langkah untuk menghilangkan stres. Di sisi lain, jam olahraga di sekolah lebih diminati oleh murid laki-laki ketimbang perempuan.
"Nah, penelitian ini menunjukkan bahwa kenapa perempuan berisiko karena mereka sering terpinggirkan, bahkan sejak remaja. Bicara soal kesehatan jiwa di sekolah, unsur kesetaraan itu harus diterapkan dari awal ya," tutup dr. Ray.