Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Anak Tunjukkan Siap Toilet Training tapi Enggan Melakukannya, Apa Penyebabnya?
18 Januari 2024 11:05 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kesiapan setiap anak untuk fase yang satu ini pun bisa berbeda-beda. Orang tua juga bisa memperhatikan tanda-tanda balita siap untuk dilatih menggunakan toilet, misalnya usia yang tepat, tetap kering dalam jangka waktu yang lebih lama, dan ikut penasaran saat orang tuanya di kamar mandi.
Namun, terkadang ada satu hal yang membuat toilet training mungkin berjalan lebih lambat: keinginan anak untuk menggunakan toilet itu sendiri. Ya Moms, meski Anda melihat ia sudah siap untuk toilet training, tetapi mungkin si kecil belum memiliki keinginan atau tidak tertarik untuk melakukannya. Hal ini bisa membuat orang tuanya jadi ikut cemas dan frustrasi.
Kondisi ini bisa disebut juga resistansi toilet training, Moms. Dikutip dari What To Expect, resistansi toilet training adalah ketika seorang anak mampu dilatih menggunakan pispot, tetapi ia tidak mau melakukannya.
ADVERTISEMENT
Alih-alih ingin mencoba ke toilet, tetapi anak justru masih betah menggunakan popoknya. Dia juga mungkin secara khusus minta agar tetap menggunakan popok, atau menahan ingin BAB ketika sedang dilatih tanpa popoknya. Hal ini justru bisa menyebabkan anak mengalami sembelit.
Kenapa Balita Menolak untuk Toilet Training?
Ada beragam faktor yang membuat anak menolak belajar untuk menggunakan toilet, meski ia sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan.
Pertama adalah faktor kendali. Balita sebenarnya sudah bisa menentukan kapan dan di mana ia ingin buang air kecil atau besar. Namun, ada waktunya ia hanya ingin menguji berapa jauh dia bisa melampaui batasnya. Sehingga, dia mungkin akan memenuhi keinginan Anda untuk menggunakan toilet, meski ia masih menunjukkan penolakan untuk melakukannya.
ADVERTISEMENT
Faktor kedua adalah ketakutan. Beberapa anak bisa memunculkan rasa takut terjatuh ke kloset atau cemas dengan cara pembilasan untuk membersihkan kotorannya. Beberapa anak juga bisa merasa takut dengan suara keras yang dihasilkan saat menyeka.
Apa saja tanda-tanda anak mengalami resistansi toilet training?
Lantas, Bagaimana Mengatasi Anak yang Mengalami Resistansi Toilet Training?
Tenang saja, Moms. Anda bisa membantu anak balita yang sedang mengalami penolakan ini lewat berbagai cara, seperti:
1. Bantu Anak Menentukan Pilihan
Jangan dipaksa dan jadikan itu hak anak untuk memilih. Beri tahu bahwa ia bisa bisa beralih ke pakaian dalam ketimbang popok, dan ia boleh menggunakan pispot atau kloset kapan pun ia mau. Jangan lupa ingatkan bahwa Anda bersedia menemaninya kapan saja.
ADVERTISEMENT
2. Tetap Tenang
Saat Anda was-was karena si kecil tidak ingin melakukannya, cobalah ubah cara pandang Anda. Sebab, semakin Anda mendorong dia untuk melakukannya, maka semakin besar kemungkinannya anak akan melawan. Jadi, hindari berteriak atau mengancam anak yang hanya membuatnya takut.
3. Cari Tahu Penyebabnya
Jika anak memperlihatkan tanda-tanda ketakutan saat didudukkan di toilet, maka coba bantu ia untuk melawan ketakutannya. Misalnya, ketika anak takut terjatuh, maka Anda bisa menyandarkan lengan di dinding agar anak bisa menyeimbangkan dirinya saat di dudukan.
4. Cara Menyenangkan
Tawarkan beberapa hadiah bila ia berhasil melakukan BAB dan BAK di toilet. Contohnya, ketika anak berhasil BAB dan BAK di toilet hari ini, Anda bisa memberi hadiah berupa stiker untuk ditempelkan di potty-nya. Pada beberapa anak, memberikan hadiah bisa menambah semangat untuk melakukannya lagi ke depan.
ADVERTISEMENT
5. Buku tentang Toilet Training
Anda juga bisa membeli dan membacakan buku tentang anak-anak yang belajar menggunakan toilet sendiri. Selain bisa membantu hambatan yang sedang dialami anak, cara ini juga memberikan gambaran tentang teman-temannya juga melakukan hal yang sama.
Meski penolakan untuk menggunakan toilet sering kali terjadi di saat anak telah menunjukkan tanda-tanda siap melakukannya, maka tetap tenang. Namun, segera konsultasikan ke dokter bila anak menunjukkan penolakan dalam jangka panjang, atau justru mengalami masalah perilaku atau kesehatan:
ADVERTISEMENT