Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ayudia Bing Slamet: Jadi Fotografer Persalinan Bukan untuk Cari Untung
9 Februari 2019 14:55 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Bila Anda pernah berkelana di media sosial dan menemukan dokumentasi persalinan milik selebriti yang tampak indah, kemungkinan besar ada nama Ayudia Bing Slamet di baliknya.
Ya, selain aktris dan penyanyi, kesukaan Ayudia terhadap fotografi dan dunia persalinan ini mengantarnya ke dunia fotografi persalinan atau birth photography.
Dia Birth Photo, nama yang disemat pada usahanya ini, memang bukan satu-satunya jasa fotografer persalinan di dalam negeri. Boleh dibilang, karena belum banyak yang 'bermain' di ranah ini, serta kenalan sesama aktor dan aktris di sekitarannya, maka tak sulit sebenarnya bagi ibu dari Dia Sekala Bumi ini untuk mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya.
"Jujur, pertama kali aku melihat ini (jasa fotografi persalinan) bukanlah sebuah tren, karena di luar negeri ini sudah jadi hal yang biasa. Aku menyadari, ini bisa saja besar untungnya (di Indonesia). Tapi aku menjaga untuk tidak menjadikannya terlalu komersil. Aku sama sekali nggak meniatkan cari uang di situ, makanya aku sangat berhati-hati dan tidak segera buat tim yang banyak," ujar Ayudia kepada kumparanMOM, Rabu (6/2).
ADVERTISEMENT
Bagi Ayu, panggilan akrabnya, tujuan dari fotografi persalinan ini adalah lebih ingin memberi kenang-kenangan atau hadiah untuk keluarga si ibu yang bersalin, mengingat ada rasa penyesalan Ayu dulu sewaktu dirinya melahirkan tapi tidak didokumentasikan. Selain itu juga lebih ingin memberi inspirasi bahwa persalinan tak menakutkan seperti yang sering dibicarakan.
Kala itu, kali pertama Ayu mendokumentasikan persalinan teman baiknya sesama aktris, Tya Ariestya. Setelah diunggah di media sosial atas persetujuan Tya, respon warganet positif dan hal ini membuat Ayu bahagia karena dengan begitu ia bisa memberi semangat dan energi positif bagi para calon ibu.
"Aku juga pernah hamil dan melahirkan, bagiku pengalaman itu benar-benar indah dan alamiahnya maklhuk hidup. Maka dari itu aku cinta banget dengan dunia persalinan. Lewat foto dan video, aku mau sampaikan kepada para ibu, proses alamiah itu tidak semestinya ditakuti," ujarnya.
Sekalipun tak menceruk keuntungan, Ayu menyayangkan, bila fotografi persalinan hanya dianggap foto lucu-lucuan untuk dipamerkan belaka atau bisa sembarang fotografer yang melakukannya. Sebab, melakukan proyek ini tidak sama dengan fotografi pernikahan maupun kehamilan.
Selain waktu kelahiran yang tak pasti sekalipun ada HPL (Hari Perkiraan Lahir), ada mood dokter maupun bidan yang harus dijaga, dan fotografer juga mesti mendukung proses persalinan berjalan lancar. Pernah suatu kali Ayu mendapati kliennya sudah bersalin pada waktu lebih awal, sehingga gagal untuk didokumentasikan. Untuk itu, saat technical meeting, ia tak pernah mengharuskan calon kliennya memberi uang muka.
Selain bertugas menangkap momen romantis kala suami setia mendampingi istri, maupun perjuangan ibu saat mengeluarkan bayi, Ayu merasa baginya perlu terlibat dengan sang calon ibu dalam upaya kelancaran proses bersalin.
"Sewaktu technical meeting, aku dan ibu hamil banyak bertukar cerita. Aku tanya, mbak sudah ikut kelas hamil belum? Sayang banget kalau jawabnya belum, karena menurutku bila dipersiapkan sebaik mungkin sebelumnya, maka proses bersalin bisa berjalan lebih baik lagi, dan dapat dilakukan secara tenang. Aku juga sampaikan ke mereka juga, 'mba, kalau ada apa-apa terkait kehamilan, kabari aku ya.' Tujuannya karena aku merasa ada sisi moral yang harus aku lakukan. Aku mau berbagi, mau membantu mereka dari pengetahuan dan pengalaman yang aku sudah melaluinya, sejauh itu tak bertentangan dengan medis," papar Ayu.
ADVERTISEMENT
Sederhananya, karena ketertarikan itu, Ayu bukan sekadar fotografer persalinan lagi. Melainkan merangkap jadi pendamping dan teman berbagi ibu hamil. "Sempat terpikir aku ingin mengambil sertifikat doula (asisten profesional ibu hamil), agar aku lebih mengetahui lagi cara menenangkan calon ibu di detik-detik melahirkan," tambahnya.
Lantas, apakah hasil jepretan persalinan yang indah hanya bisa didapat bila bayi dilahirkan di RS yang terbilang mewah? Ayu menampik hal itu. Menurutnya, tak sedikit pula banyak pihak RS swasta yang mewah yang masih menganggap hal ini tak penting sementara sebaliknya banyak puskesmas maupun klinik sederhana yang justru sudah bisa menerima dengan terbuka.
"Ranah ini buat aku, lebih kepada CSR (tanggung jawab sosial)nya usahaku. Sekali lagi, lewat foto dan videografi, aku mau sampaikan kepada para ibu di luar sana bahwa proses bersalin itu indah. Tak melulu soal uang, karena banyak juga yang bisa untuk bayar tapi tak bisa aku foto, karena keterbatasan tenaga dan faktor tempat bersalin yang tidak mengizinkan. Lagipula, aku kan juga ada kerjaan lain. Ada juga yang aku foto tapi gratis, seperti yang lahiran di klinik, puskesmas, dan di rumah selama itu menginspirasi. Tujuan awal aku kan untuk menginpirasi soal persalinan itu tak seram. Aku merasa harus lebih banyak calon ibu dari berbagai kalangan yang perlu tahu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ayu merasa, hal moral yang bisa ia bagikan ke sesama ibu itu memang bisa ia sampaikan lewat foto. Lantaran karena keterampilannya dalam memotret dan sudah bukan rahasia umum lagi, bagaimana pengalaman Ayu dulu kala melahirkan yang menginspirasi banyak orang.
"Aku cuma ibu-ibu biasa, yang suka motret, makanya sharing soal kehamilan dan parenting lewat foto. Kalau memang ada dari follower aku yang terinspirasi ingin jadi fotografer persalinan ya silahkan saja, asal bisa memenuhi syarat secara teknis, karena aku ada beban moral jadinya," tutupnya.
Yuk, ikuti terus konten spesial Heboh Persalinan Zaman Now persembahan kumparanMOM.