Bahaya Anak yang Terpapar Timbal, Bisa Pengaruhi Tumbuh Kembangnya!

14 Desember 2024 14:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi taman bermain anak. Foto: Melly Meiliani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi taman bermain anak. Foto: Melly Meiliani/kumparan
ADVERTISEMENT
Kesehatan anak sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Tetapi, tahukah Anda, kalau masalah kesehatan pada anak bisa dipicu oleh logam berat yang bernama timbal?
ADVERTISEMENT
Timbal merupakan logam bersifat lunak yang dapat melindungi logam lain dari korosi. Kandungan pada timbal bisa mengandung racun yang terbilang tinggi, dan cenderung mudah terbang di udara lalu kemudian menyebabkan kontaminasi pada darah manusia. Sehingga, siapa pun yang terpapar maka bisa dengan mudah mengalami dampak buruknya.
Salah satunya adalah anak-anak. Ya Moms, anak-anak rentan mengalami kesakitan karena tubuhnya 4-5 kali lebih banyak bisa menyerap timbal dibandingkan orang dewasa. Risikonya juga semakin tinggi dengan kebiasaan anak, khususnya yang lebih kecil, yang masih suka memegang tanah atau debu lalu tidak mencuci tangan, ataupun sering memasukkan tangan atau benda ke mulut.
Apalagi, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) pada tahun 2019 memperkirakan sebanyak 8,2 juta anak Indonesia memiliki kadar timbal darah (KTD) di atas 5 mikrogram per desiliter (μg/dL), yang merupakan batas aman dari yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
ADVERTISEMENT
Sayangnya, bahaya paparan timbal masih belum dipahami oleh seluruh orang tua. Tempat-tempat yang mungkin Anda aman dan menyenangkan bagi si kecil, bisa jadi menyimpan bahaya tersembunyi.
"Ternyata seolah-olah saat ini subtle, tidak terlihat efeknya. Tapi padahal efeknya cukup besar, bisa dari yang ringan sampai berat," ucap Dokter Spesialis Anak, Dr. dr. Irene Yuniar, Sp.A(K), dalam acara Kick-Off Surveilans Kadar Timbal Darah (SKTD) di Hotel Wyndham, Jakarta Selatan, Jumat (13/12).
Dr. dr. Irene Yuniar, Sp.A(K). Foto: Nabila Fatiara/kumparan
Menurut dr. Irene, dampak ringan yang mungkin dialami anak terpapar timbal seperti sakit perut, diare, atau bahkan sulit buang air besar. Pada beberapa kasus anak mengalami infeksi, dokter juga menemukan ternyata salah satu penyebabnya adalah paparan atau toxicity timbal.
Namun, dampak besar yang berisiko dialami anak bila terpapar timbal dalam jangka panjang adalah mengalami anemia, memengaruhi kecerdasan anak, hingga tumbuh kembang secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
"Dampak yang paling berat itu adalah gangguan di susunan saraf pusat, kemudian menyebabkan perubahan perilaku sampai bisa membuat anak koma, penurunan kesadaran yang sangat berat," ucap dr. Irene.
Diakuinya, gejala awal anak yang sakit akibat paparan timbal sangat tidak khas. Beberapa orang pun akan cukup sulit mengenali gejalanya di awal. Sehingga, pada akhirnya anak-anak perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium agar bisa diketahui kadar timbal darahnya.

Sumber Paparan Timbal dan Bagaimana Mencegah Masuk ke Tubuh Anak?

Seorang anak bermain di RPTRA Taman Menteng, Jakarta. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Orang tua perlu memahami terkait banyak barang-barang di sekeliling kita yang berpotensi menjadi sumber paparan timbal.
"Sebetulnya bisa air, udara, debu, dan segala macam bisa. Terutama di daerah-daerah yang lokusnya memang dicurigai banyak paparan timbalnya. Ada bisa dari makanan, bahan-bahan cat yang kita kadang-kadang anak dikasih mainan yang ada catnya yang mungkin kita enggak tahu," ungkap dr. Irene.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, mengingat sumber paparan timbal bisa berasal dari mainan si kecil, maka yang bisa Anda lakukan adalah mengajarinya untuk menjaga kebersihan. Misalnya, mengedukasi anak untuk mencuci tangan setelah bermain di luar rumah maupun dengan mainannya.
"Karena kita enggak bisa menahan anak-anak untuk [tidak] memasukkan tangannya ke dalam mulut. Kalau malas cuci tangan karena enggak ada yang nyuruh, nah orang tuanya tuh perlu diedukasi," tutur dia.
Kemudian pastikan kebutuhan nutrisi sehari-hari anak terpenuhi dengan baik, seperti vitamin C, zat besi, dan kalsium yang cukup. Begitu juga dengan orang tua agar selalu membersihkan rumah minimal dengan kain basah, berganti pakaian setelah bekerja, dan langsung membuka alas kaki sebelum masuk rumah. Dan bila memungkinkan, gantilah peralatan memasak selain dari yang berbahan aluminium dan logam.
ADVERTISEMENT
Lewat Surveilans Kadar Timbal Darah (SKTD) pada anak yang akan diselenggarakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Vital Strategies, hingga Yayasan Pure Earth Indonesia, dr. Irene berharap pihaknya bisa mendapatkan data lebih lanjut seputar daerah mana yang berpotensi memiliki penyebaran timbal yang tinggi, berapa besar dampak yang dihasilkan, berapa kadar darah timbal pada anak-anak di Indonesia, hingga gejala klinis yang dirasakan.
Sehingga, rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan dapat membantu Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam merumuskan rekomendasi dan modul terkait pengobatan dan terapi pada anak-anak yang terpapar timbal.