Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Banyak Kasus Positif COVID-19 di Sekolah, Simak Tips Aman PTM dari IDAI
27 Juli 2022 11:36 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Pembelajaran Tatap Muka (PTM ) penuh atau 100 persen sudah dilaksanakan di sejumlah wilayah di Indonesia. Hanya saja, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pihak sekolah perlu memahami bahwa kesehatan anak adalah hal yang perlu diutamakan.
ADVERTISEMENT
“Sejatinya anak-anak itu dilindungi, dijaga kesehatannya, lalu memperoleh pendidikan,” kata Dokter Spesialis Anak sekaligus Ketua Satgas Covid-19 IDAI, dr. Yogi Prawira, Sp.A(K) dalam Tanya Jawab di Instagram Live IDAI, Sabtu (23/7).
Terlebih sejumlah sekolah harus kembali menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk beberapa kelas atau bahkan lockdown satu sekolah karena ada kasus positif COVID-19. Umumnya sekolah di Jabodetabek baru masuk sekitar 1-2 minggu namun terpaksa kembali PJJ karena penularan COVID-19.
Namun, dr. Yogi menegaskan bahwa IDAI sangat mendukung PTM dilaksanakan 100 persen. Sebab, menurut pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekolah adalah tempat yang harus terakhir ditutup dan tempat pertama yang dibuka saat pandemi berlangsung.
“Secara prinsip IDAI sangat mendukung PTM, bahkan WHO menyatakan pada kondisi pandemi pun sekolah adalah tempat yang harus ditutup terakhir dan pertama dibuka, karena tidak semua anak memiliki akses untuk sekolah dari rumah,” tegas dr. Yogi.
Lantas, apa saja yang perlu diperhatikan agar PTM 100 persen aman dilaksanakan?
ADVERTISEMENT
Yang Perlu Diperhatikan Agar PTM 100 Persen Aman Dilaksanakan
Menurut dr. Yogi, hal utama yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh orang tua dan guru adalah efek atau jangka panjang virus corona jika anak-anak terinfeksi. Sebab, dr. Yogi melihat bahwa virus corona sudah dianggap sebagai fenomena batuk pilek biasa.
“Saya melihat sekarang COVID-19 itu hanya batuk pilek biasa. Jadi, mindsetnya harus diubah dulu. Orang tua (dan guru) harus paham bahwa ini (virus corona) masih terus dipelajari,” ungkap dr. Yogi.
Dalam beberapa kasus, gejala COVID-19 pada anak-anak tergolong ringan. Namun, bukan berarti anak yang terinfeksi virus corona dapat disepelekan karena anak-anak tetap berisiko mengalami gejala sedang hingga berat, terlebih jika punya penyakit bawaan atau masalah imunitas (autoimun).
dr. Yogi menambahkan, orang tua perlu mengetahui dan memahami istilah pasca-COVID dan long COVID. Ya, ketua Satgas COVID-19 IDAI itu mengaku sering mendengar keluhan orang tua bahwa anaknya masih mengalami gejala COVID-19 saat hasil swab dinyatakan negatif.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu disebut long COVID dan hampir 65 persen terjadi pada orang yang terinfeksi COVID-19 dengan gejala ringan. Artinya, anak-anak sangat berisiko mengalami kondisi itu, Moms. Efek long COVID pada anak membuatnya susah berkonsentrasi hingga napasnya mudah ngos-ngosan.
“Ada yang namanya pascacovid, walaupun gejala berat sangat kecil kejadiannya pada anak, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa jadi berat. Akibatnya anak bisa mengalami NISC atau peradangan tubuh. Jadi, jangan menggampangkan COVID,” tegas dr. Yogi.
Lalu, apa saja cara yang bisa dilakukan guru dan orang tua agar PTM 100 persen aman dilaksanakan?
Cara Agar PTM 100 Persen di Sekolah Aman
ADVERTISEMENT