Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp. A menjelaskan, tidur juga berperan dalam proses tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental, dan emosional.
Kendati demikian, ada kalanya bayi sulit tidur di malam hari dan membuat pola tidurnya berubah. Perubahan pola tidur ini dikenal dengan istilah sleep regression.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan bayi merasa tidak nyaman atau cemas saat tidur, misalnya:
-Percepatan pertumbuhan yang menyebabkan bayi merasa lapar.
-Adanya sakit gigi.
-Adanya gangguan rutinitas.
-Sedang bepergian.
-Perubahan lingkungan.
-Sedang terserang penyakit.
‘’Sleep regression bisa terjadi selama 2-6 minggu. Hal ini umumnya dialami oleh bayi pada usia 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan, 12 bulan, 18 bulan dan usia 2 tahun,’’ kata dr. Aisya kepada kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, orang tua bisa mengenali tanda-tanda sleep regression pada si kecil, yaitu bayi menolak tidur siang atau jadi lebih rewel di malam hari.
Bagaimana Cara Mengatasinya Sleep Regression pada Bayi?
Untuk mengatasi sleep regression pada bayi, sebaiknya buat si kecil punya rutinitas atau sleep hygiene yang konsisten setiap hari. Misalnya dengan membacakan cerita, mandi sore hari, membunyikan musik dengan tenang hingga mematikan lampu sebelum tidur.
"Jadi ada ritual sebelum tidur, kemudian pantau tanda-tanda si kecil yang mulai mengantuk seperti mengucek mata atau menguap," ujar dr. Aisya.
Sebaiknya jangan sampai waktu mengantuk terlewati misalnya dengan mengajak bermain. Orang tua juga harus memastikan si kecil sudah kenyang sebelum tidur agar tidak rewel.
ADVERTISEMENT
"Kalau kondisi tersebut mengganggu kesehatan bayi, sebaiknya segera periksakan ke dokter," tutup dr. Aisya yang juga merupakan expert kumparanMOM.