Bayi Prematur Perlu Diberi Empeng di Awal Lahir, Apa Tujuannya?

21 November 2024 15:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi baru lahir pakai empeng. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi baru lahir pakai empeng. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bayi prematur memiliki sejumlah tantangan pada masalah tumbuh kembangnya setelah lahir. Dan salah satunya adalah kemampuan oromotor atau gerak otot mulut yang belum sebaik dengan bayi lahir cukup bulan. Kenapa?
ADVERTISEMENT
Ya Moms, kemampuan untuk minum tetap perlu dilatih sejak bayi prematur lahir, sebagai upaya memenuhi kebutuhan dasarnya dalam mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Menurut Dokter Rehabilitasi Medis Khusus Anak RSIA Bunda Jakarta, Dr. dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.KFR(K), Subsp. Ped, terdapat lima prasyarat utama yang harus dipenuhi sebelum bayi prematur bisa minum dengan baik.
"Pertama, bayi harus mampu mengisap. Kedua, mampu menelan. Ketiga, mampu memproteksi jalan napas dari kemungkinan aspirasi. Keempat, mampu mengoordinasikan proses mengisap, menelan, dan bernapas. Kelima, mampu memiliki endurance, ketahanan fisik yang cukup agar bisa menghabiskan sejumlah (ASI atau susu) tertentu," ungkap dr. Luh dalam media gathering World Prematurity Day yang digelar RSIA Bunda Jakarta, Rabu (20/11).
dr. Luh mengungkapkan tantangan pada kelahiran prematur adalah bagaimana bisa membuat sistem-sistem tubuh lain bekerja dalam menumbuhkan kemampuan si kecil dalam minum. Tidak hanya nantinya bayi bisa minum sendiri, tetapi juga kemampuan untuk menjaga stabilitas kardiorespirasi, kontrol gerak, hingga kemampuan untuk mengatur bagaimana kerja setiap sistem dalam kemampuan mengisap, bernapas, dan menelan.
ADVERTISEMENT
Dalam proses memenuhi prasyarat pertama, yaitu mampu mengisap, bayi prematur pun kemudian secara khusus akan diberi empeng. Apa alasannya?

Alasan Pemberian Empeng pada Bayi Prematur

Ternyata, dr. Luh menyebut pemberian empeng dijadikan salah satu bentuk stimulasi khusus agar bayi lahir prematur nantinya bisa mengisap sendiri.
Ilustrasi bayi lahir prematur. Foto: Thinkstock
Mengisap, dalam artian ini, tidak langsung bertujuan agar bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Melainkan, bagaimana stimulus yang disebut non-nutritive sucking (kegiatan mengisap bukan untuk minum dan memperoleh nutrisi) lewat empeng dapat memunculkan dan melatih refleks si kecil, sampai akhirnya ia bisa mengisap dengan sendirinya.
"Empeng dalam hal ini dilihatnya dari sudut pandang yang berbeda, yaitu digunakan bayi prematur sebagai alat stimulasi refleks mengisap. Nanti akan ada gerak mengisap kalau ada gerakan stimulus. Nah, hati-hati kalau di periode awal enggak ada stimulus, proses makan bayi dia tidak bisa mengisap," jelas dr. Luh.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, proses belajar mengisap tidak harus selalu dengan empeng. Bayi pun bisa menggunakan jari-jari kecilnya untuk mengasah refleks isapnya. Begitu juga dengan jari orang dewasa, namun pastikan tangan Anda bersih dan steril ya, Moms.
"Salah satu prinsip kemampuan mengisap harus fit dengan mulut bayi. Sehingga kalau jari kita [orang dewasa] besar, bisa aja, tapi enggak bisa terus-terusan. Perlu dipikirkan gimana caranya memberikan stimulasi mengisap dengan memenuhi kriteria yang harus oke. Makanya digunakanlah empeng," tutur dr. Luh.
Setelah gerakan mengisap sudah baik, maka barulah prasyarat-prasyarat selanjutnya distimulus. Sebab, mengisap bukanlah satu-satunya prasyarat agar bayi prematur bisa minum.
Selain itu, seluruh keberhasilan proses ini juga turut dipengaruhi oleh penanganan bayi prematur selama di inkubator. Itulah mengapa biasanya inkubator umumnya diberi kelambu di bagian atasnya, yang berfungsi untuk mengurangi stimulasi berlebihan dan cahaya dan suara, yang dapat memengaruhi regulasi diri bayi.
ADVERTISEMENT
"Jadi regulasi untuk minum, tidur, stabilitas fisiologis, itu adanya di batang otak. Regulasi itu terjadi tergantung bagaimana stimulus diterima. Kita tahu di NICU, bayi harus tetap belajar kapan pagi, siang, malam, agar tidak dapat stimulus cahaya yang berlebihan," ujar dia.
Namun, bila stimulus yang diterima berlebihan, bayi jadi rentan mengalami masalah lain. Termasuk kemampuan melihat dan bicara pada si kecil.
"Jadi, bagaimana mereduksi stimulus yang diterima agar berjalan baik, karena luarannya bisa kontak mata jadi tidak baik, responsnya tidak baik. Dan kaitannya dengan kemampuan bicara, sensory processing, dan seterusnya, di samping oromotornya sendiri. Yang sering terjadi, oromotor hanya sebagian kecil syarat anak untuk bicara," pungkasnya.