Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Anda perlu menyapih si kecil setelah usia 2 tahun atau bahkan lebih cepat jika ada kondisi tertentu. Meski begitu, menyapih memang bukanlah proses yang mudah dihadapi ibu dan buah hatinya. Akan ada pergolakan batin yang mungkin membuat ibu enggan melepas masa-masa indah saat menyusui.
Tak heran bila proses menyapih diselingi dengan berbagai ‘drama’ yang tak hanya membuat anak rewel, namun juga bisa membuat ibu sedih. Lantas, benarkah menyapih bisa membuat ibu sampai depresi?
Penjelasan soal Kemungkinan Ibu Depresi saat Menyapih
Mengutip Today’s Parent, depresi atau kecemasan pasca persalinan memang melonjak selama beberapa tahun terakhir, bahkan bisa berlangsung hingga masa penyapihan. Namun, depresi saat menyapih biasanya hanya fase sementara, Moms.
Depresi selama penyapihan bisa terjadi karena perubahan hormonal ibu yang berhenti atau mengurangi frekuensi menyusuinya. Menurut psikiater reproduksi, Alexandra Sacks, memang ada wanita yang lebih sensitif terhadap perubahan hormonal dari wanita lainnya.
ADVERTISEMENT
“Mereka bisa memiliki perubahan suasana hati yang lebih dramatis saat menstruasi, selama kehamilan, pascapersalinan, dan sekitar waktu penyapihan. Namun sekali lagi, ini termasuk kepekaan individu,” kata Alexander.
Artinya, beberapa ibu bisa merasa lebih baik saat menyapih tapi yang lain mungkin merasa lebih buruk. Bahkan, ada juga ibu yang justru tidak memperhatikan perubahan suasana hatinya, sehingga menyapih berjalan tanpa ‘drama’ yang berarti.
“Beberapa wanita merasa lebih baik setelah menyapih, jika mereka merasa masa menyusui justru membuatnya stres misalnya karena mengganggu waktu tidurnya,” lanjut Alexander.
Selain itu, berhenti menyusui juga membuat ibu mengalami penurunan hormon oksitosin. Hal ini mungkin menyebabkan ibu lebih sensitif dan mudah bersedih. Kemudian penurunan prolaktin (hormon produksi susu) dapat membuat ibu lebih cepat mengalami menstruasi, di mana banyak wanita mengalami masa sulit di periodenya.
ADVERTISEMENT
Profesor psikiatri di Departemen Obstetri dan Ginekologi di University of Western Ontario, Verinder Sharma, mengatakan penurunan prolaktin memang bisa menyebabkan banyak perubahan di otak, termasuk memicu depresi atau serangan manic pada ibu.
“Beberapa wanita mungkin mengalami perubahan hormon yang sederhana saat menyapih, tapi yang lain mungkin bisa mengalami depresi pascapersalinan yang parah di masa itu,” pungkas Verinder.