Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Berkarier Jadi Psikolog, Caca Tengker Tetap Hadapi Tantangan Mengasuh Anaknya
11 Maret 2023 14:32 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Berprofesi sebagai psikolog klinis dan dewasa tidak lantas membuat Caca Tengker merasa lebih mudah dalam mengasuh buah hatinya. Ya Moms, mungkin masih saja muncul stigma bahwa bekerja sebagai psikolog berarti bisa selalu mengerti kondisi orang-orang di sekitarnya. Tetapi, hal ini dibantah oleh Caca.
Menurutnya, sebagai seorang ibu, ia juga tetap mengalami masalah dan tantangan lain. Misalnya, ketika ia sedang marah atau melakukan kesalahan terhadap anak, lalu si kecil beberapa kali ikut dilampiaskan.
"Psikolog adalah profesi, tetapi aku manusia. Itu dia aku juga merasa kadang aku seorang psikolog, kadang-kadang aku menyalahkan diri aku sendiri. Ibarat ketika marahin anak, ada suara-suara juga kayak 'Lo kan harusnya lebih tahu kenapa masih melakukan kesalahan?'. Tapi balik lagi, dengan aku nyalahin diri sendiri apakah akan lebih baik untuk anakku? Enggak juga," kata Caca dalam acara peluncuran Birth and Beyond di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Saat sedang mengalami perasaan tersebut, Caca mengakui jadi sadar agar segera memperbaiki ketimbang fokus kepada rasa bersalahnya. Hal ini jugalah yang ingin ia ajarkan pada kedua putrinya, Ansara dan Aruni. Yaitu, anak tidak perlu merasa takut ketika melakukan kesalahan, tetapi setelah itu mereka harus mengetahui langkah selanjutnya agar menjadi diri yang lebih baik lagi.
"Kalau aku merasa bersalah terus merasa begitu, kemungkinan besar mereka akan melihat kita sebagai role model yang 'Oh, kalau kamu salah kamu harus merasa bersalah. Aku enggak boleh salah, harus sempurna terus'. Padahal, ibu pengin kalian belajar gimana caranya jadi manusia, bukan Wonder Woman," tegas Caca.
Tantangan Caca Tengker dalam Pola Pengasuhan Kedua Anaknya
Di sisi lain, ia menyadari kebutuhan kedua anaknya berbeda-beda. Sebagai ibu, Caca pernah merasa punya kecenderungan untuk membandingkan anak yang satu dengan lainnya, lalu kemudian muncullah rasa bersalah. Hal inilah yang sempat menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Caca. Padahal, setelah dilihatnya, sebenarnya tanpa membandingkan pun setiap anak-anaknya memiliki perkembangan masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Tantangan lebih ke balance kali ya antara memenuhi kebutuhan yang satu ke satunya. Karena aku juga harus ada, mereka punya kebutuhan berbeda, mereka anak yang berbeda, mereka punya fase yang berbeda. Pas aku lihat ternyata dua-duanya baik-baik aja, dari segi milestone juga. Ya ternyata mereka punya kebutuhan berbeda," tutur dia.
Berkaca dari situlah, ia menilai penting bagi orang tua untuk memahami kebutuhan masing-masing anaknya. Dan pastikan semua kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap anak itu terpenuhi, dan tidak semua harus mendapatkan porsi yang sama rata.
"Jadi tantangan aku untuk tahu prioritasnya apa nih? Prioritas adalah memilih kebutuhan mereka dengan baik. Apakah kebutuhan mereka sama rata? Belum tentu, " ujar Caca.
Adil bukan berarti sama rata, adil itu sesuai dengan porsi dan buat aku itu tantangan yang lumayan berat karena aku harus ingetin lagi, 'Oke, prioritasnya adalah kebutuhan mereka terpenuhi dengan baik, tumbuh kembang mereka juga tersupport dengan baik. Aku lakukan sebaik-baiknya yang aku bisa dengan tools yang aku punya sekarang'. Dan ketika capek aku suka lupa itu. Jadi itu tantangannya," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Kamu mengalami tantangan yang sama juga seperti Caca, Moms?