Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Cerita Ibu: Semangat Dea Rizkita Menyusui Meski Alami Mastitis, Abses & Depresi
9 Maret 2023 19:01 WIB
·
waktu baca 8 menitADVERTISEMENT
Pengalaman pertama menyusui setiap ibu bisa berbeda-beda. Tetapi, sebagian besar ibu mungkin akan mengalami berbagai masalah, seperti puting lecet, payudara bengkak, produksi ASI yang sedikit maupun terlalu banyak, bayi bingung puting, hingga mastitis.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, menyusui memang penuh tantangan. Hal ini jugalah yang dirasakan oleh Dea Rizkita (29). Wanita yang bekerja sebagai communication practitioner sekaligus ibu rumah tangga itu tidak hanya mengalami satu masalah ketika awal menyusui, tetapi jauh lebih besar dari itu. Dea mengalami mastitis dan abses di payudaranya, yang diikuti postpartum depression.
Kok bisa ya? Yuk simak wawancara kumparanMOM bersama Dea Rizkita dalam program Cerita Ibu berikut ini.
Pertama Kali Menyadari Masalah Menyusui
Sama seperti banyak ibu, Dea pada awalnya percaya saja proses menyusui bisa berjalan alami dan lancar. Namun, seiring berjalannya waktu setelah melahirkan anaknya, ia pun menyadari menyusui tidak semudah yang dibayangkannya. Apalagi, Dea mengaku tidak melakukan persiapan menyusui secara khusus, sehingga akhirnya cukup kaget saat ternyata memiliki masalah pada payudaranya.
ADVERTISEMENT
"Awalnya itu aku selalu merasa bahwa kok menyusui itu sakit ya? Aku coba tanya sama orang di sekitarku, ibuku, tanteku atau teman-temanku lainnya yang pernah menyusui. Aku tanya nih, kok sakit ya rasanya? Mereka semua bilang bahwa enggak apa-apa ini penyesuaian. Seminggu pertama, dua minggu pertama pasti sakit," ungkap Dea.
Diakuinya, rasa sakit tetap terjadi sampai akhirnya tepat sebulan setelah melahirkan, muncul benjolan pada payudara kirinya disertai demam. Pada akhirnya, Dea memutuskan untuk ke dokter laktasi dan menjalani proses radiologi. Dan hasilnya menunjukkan, benjolan tersebut adalah gumpalan susu yang sudah berubah menjadi nanah, atau yang dikenal juga istilahnya sebagai abses.
Untuk mengobatinya, Dea pun harus menjalani tindakan operasi. Salah satu hal yang membuatnya sedih adalah ia harus meninggalkan bayinya yang masih sangat kecil selama beberapa saat di rumah sakit. Tak ingin meninggalkan anaknya lama-lama, Dea memutuskan untuk mengambil satu hari perawatan.
ADVERTISEMENT
"Jadi pada saat selesai operasi yang pertama itu aku pikir semua sudah selesai dengan payudara sebelah kiriku yang bolong, karena diambil dan tidak bisa dijahit. Dibiarkan terbuka lukanya agar cepat kering dan bila ada nanah muncul lagi tidak membentuk jaringan baru. Aku masih ingat itu tanggal 30 Desember (2022), lalu Februari tiba-tiba di sisi payudara sebelah kananku muncul hal yang sama. Di situ aku mulai bertanya-tanya, kok bisa ya muncul lagi di payudara yang lain?" cerita Dea sambil keheranan.
Setelah menjalani pemeriksaan lagi, ditemukan ada lagi abses mastitis pada payudara sebelah kanannya. Dan di saat itu juga, payudaranya harus segera dioperasi. Mendengar hal tersebut, perasaan Dea semakin down. Karena bekas operasi pada payudara kirinya saja belum kering, tetapi saat itu ia harus menjalani operasi yang sama di payudara kanannya.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu juga, Dea akhirnya menemukan jawaban mengapa mastitisnya terulang lagi. Yakni, sang putri, Nyala, ternyata memiliki kondisi lip tie dan tongue tie, sehingga si kecil tidak memiliki kemampuan untuk mengisap payudara Dea dengan benar. Yang akhirnya membuat payudaranya infeksi dan berubah jadi nanah.
Di tengah masalah menyusui dan kondisi lip tie-tongue tie Nyala tersebut, Dea juga konsultasi ke psikiater karena ia merasa psikisnya tidak baik-baik saja.
"Ternyata setelah pemeriksaan psikiater aku juga didiagnosa postpartum depression mayor di hari yang sama di hari aku harus operasi," ucap Dea.
Menghadapi Postpartum Depression
Bagai petir di siang bolong, Dea juga harus menghadapi masalah lainnya, yakni mengalami postpartum depression atau depresi yang dialami ibu setelah melahirkan. Dea mengaku pada awalnya ia merasa dirinya tidak berdaya, dengan beberapa ciri-ciri yang ketika dicari di internet, mengarah ke depresi.
ADVERTISEMENT
"Sampai aku ketemu dokter jiwa atau psikiater, dilakukan pemeriksaan lalu aku tanya sama dokternya. 'Dok, skor saya berapa?' Beliau enggak mau jawab dan cuma bilang 'Iya skor Anda tinggi, Bu'. 'Berapa dok?' karena kebetulan saya juga punya background psikologi. 'Ya kalau orang normal itu skornya 8 untuk bisa dikatakan postpartum depression, skor ibu 13'. Di situ saya enggak kaget, karena sebelumnya saya mengalami banyak hal yang menurut saya ya pastilah orang akan stres juga," tutur Dea.
Ya Moms, menurut Dea, banyak perubahan dalam hidup barunya sebagai ibu yang bisa menyebabkan wanita kelelahan maupun stres. Bahkan, Dea mengungkapkan pikirannya sempat kemana-mana karena merasa ia tidak bisa berdaya dan mengalami pengalaman yang sulit.
ADVERTISEMENT
"Hal-hal yang aku pikir ini mulai aneh, ketika aku coba chat beberapa bidan yang bantuin aku lahiran, bantuin aku sebelum melahirkan, untuk yoga, untuk doula aku, aku bilang ke mereka 'I wish i die, waktu aku melahirkan anakku. Aku berharap aku mati aja, kenapa sih aku enggak meninggal aja, waktu aku melahirkan anakku'. Jadi aku enggak harus mengalami hal yang sesulit ini," cerita Dea.
Menyadari kondisinya tidak baik-baik saja, ia akan berusaha mendapat perhatian dari supporting system-nya. Salah satunya adalah dari sang suami, Rhaka.
"Number one support system tetap suami sih. Karena ada dia setiap ada pikiran-pikiran jelek, aku pasti bilang ke dia. Akhirnya aku bilang ke suami, aku tadi melakukan ini, karena ini. Lalu suami akhirnya bilang, mengingatkan aku kembali bahwa jangan lupa minum obatnya," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Alasan Dea Tetap Ngotot Menyusui saat Sakit dan Depresi Usai Melahirkan
Meski harus menjalani dua kali tindakan operasi, Dea mengaku tetap ngotot untuk menyusui langsung (direct breastfeeding) Nyala. Bahkan, sebelum ia mengetahui ternyata mengalami mastitis dan abses, puting payudara sebelah kanannya putus. Tetapi, kejadian itu tidak membuat Dea berhenti menyusui si kecil.
"Aku mungkin termasuk orang yang keras kepala kali ya, sekalinya aku mau sesuatu aku harus melakukannya dan aku menyelesaikan tugasku dengan maksimal. Maka dari itu, aku kekeh serekeuh banget pengin nyusuin anakku. Maupun putingku putus, operasi payudara kiri, operasi payudara kanan, itu aku enggak tahu kenapa aku tetap kekeh aja pengin nyusuin anakku. Dan alhamdulillah-nya sampai sekarang," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Jadi Moms, selepas Dea menjalani operasi pun ia tetap mengusahakan bayinya bisa menyusu langsung darinya. Padahal, saat itu Dea masih setengah sadar karena efek obat biusnya.
Di sisi lain, ia mengaku sempat terpikir untuk menyerah menyusui saja. Karena Dea merasa belum menemukan di mana kenikmatan momen menyusui bayinya, karena yang ia rasakan adalah rasa sakit terus menerus.
"Sampai akhirnya karena aku rutin konsul sama dokter laktasi, aku sempat bilang sama beliau bahwa 'Dok kayaknya aku nyerah aja apa ya? kita keringkan aja ASI-nya. Aku sudah enggak kuat lagi'. Terus akhirnya dokter bilang, itu bukan solusi sekarang. Karena mau enggak mau absesnya harus diangkat dulu pada saat itu," ungkap Puteri Indonesia Perdamaian 2017 itu.
ADVERTISEMENT
Dan ternyata diketahui Dea mengalami kondisi hiperlaktasi atau kondisi ibu yang memproduksi ASI lebih banyak dari yang dibutuhkan bayi. Sehingga, meski sempat berpikir untuk menyerah, ia akan tetap berusaha agar anaknya mendapatkan ASI darinya, mau apa pun itu kondisi dan permasalahannya.
"Aku lakukan itu bukan pengorbanan untuk anakku. Tapi apa yang aku lakukan memang sudah kewajibanku melakukan itu. Aku yang memilih buat punya anak, aku yang memilih buat menyusui, aku yang memilih untuk menyusuinya langsung tanpa media lain. Jadi apa pun halangan dan rintangannya itu sudah menjadi tanggung jawab yang harus aku telan," tuturnya.
Yang Ingin Aku Sampaikan ke Suami dan Anak
Dari cerita Dea, memang tugas menjadi seorang ibu tidaklah mudah, ya. Termasuk untuk urusan menyusui. Sehingga, Dea merasa bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang turut membantu dan memberi dukungan. Bahkan, ia kini sudah memahami nikmatnya menyusui sang anak. Dan lewat ASI itulah, Dea berharap bisa membantu tumbuh kembang Nyala hingga dewasa nanti.
ADVERTISEMENT
"Aku pengin jadi ibu yang cukup, dalam arti ketika Nyala tumbuh besar aku selalu ada, waktuku cukup untuk dia, perhatianku cukup untuk dia, usahaku cukup untuk dia, dan apa pun yang aku lakukan cukup untuk dia. Ibu nyeritain tentang susahnya perjuangan ibu menyusui itu semata-mata ibu lakukan semuanya buat Nyala. Cuma Ibu berharap Mbak Nyala tumbuh jadi anak yang sehat, anak yang kuat, anak yang pantang menyerah dan beruntung," ujar Dea sambil terisak.
Begitu juga untuk sang suami, Rhaka, yang selalu berusaha menemaninya di saat-saat terendahnya usai mengalami mastitis, abses, dan depresi.
"Rhaka itu jadi satu-satunya orang yang memeluk aku ketika aku harus menangis karena perbanku rembes, nanahku keluar. Rhaka jadi satu-satunya orang yang menemani aku waktu akhirnya aku tahu aku harus terdiagnosa postpartum depression. Dia satu-satunya orang yang meluk aku ketika aku lagi jedot-jedotin kepalaku di tembok. Aku nggak ngebayangin gimana aku bisa berdiri di sini, kalau misalnya enggak ada Rhaka yang menemani aku pada saat itu," tegas Dea.
ADVERTISEMENT
Ucapan terima kasih tidak hanya untuk sang anak dan suami. Tetapi Dea juga ikut berterima kasih kepada dirinya yang sudah bertahan sampai hari ini dan berusaha selalu memberikan yang terbaik, termasuk urusan ASI agar anaknya bisa tumbuh dengan maksimal.
"Jadi sekarang mungkin aku lebih mengubah format doaku. Kalau dulu aku selalu berdoa kayak, 'Semoga aku selalu diberikan kemudahan dan lain-lain'. Tapi mulai hari itu aku berdoa bahwa apa pun ujian yang Tuhan kasih berikan kekuatan untuk aku untuk bisa menghadapinya," kata Dea.
Dan terakhir, tidak lupa ia berpesan kepada semua ibu agar tidak takut untuk meminta pertolongan bila mengalami hal yang sama. Sebab, memikul semua beban sendiri hanya akan menimbulkan kesulitan, Moms. Sehingga, Dea berpesan agar Anda tidak malu dan ragu meminta tolong bila pada akhirnya kita tidak bisa mengerjakan semua tugas sendirian. Yuk Moms, kita semua pasti bisa menghadapinya seperti Dea!
ADVERTISEMENT