Dokter: Alergi yang Tak Ditangani Bisa Ganggu Tumbuh Kembang dan Psikologis Anak

20 Maret 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dokter: Alergi yang Tak Ditangani Bisa Ganggu Tumbuh Kembang dan Psikologis Anak. Foto: Travelpixs/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Dokter: Alergi yang Tak Ditangani Bisa Ganggu Tumbuh Kembang dan Psikologis Anak. Foto: Travelpixs/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Alergi bisa dialami oleh anak-anak sejak usia dini. Alergi yang tidak mendapatkan penanganan tepat tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga dapat mengganggu kondisi psikologis anak.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, alergi yang dialami anak dapat meningkatkan risiko kecemasan. Dalam aspek perkembangan anak, alergi juga dapat mengganggu perkembangan sosial hingga kognitifnya.
"Penyakit alergi sering menimbulkan frustrasi karena sifatnya menahun, berulang, dan diturunkan secara genetik. Sehingga sulit dikoreksi," ungkap Ketua Minat Alergi Imunologi Anak Prodi Subspesialis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K), MARS, dalam seminar media yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia, Selasa (19/3).
"Misalnya, anak alergi minum susu. Ketika melihat teman-teman yang lain boleh makan, dia enggak. Jadi semakin sulit mengendalikan kecemasan karena merasa lingkungan tidak sama seperti dia," lanjut dia.
Dr. Anang menyarankan anak untuk segera diperiksakan bila terdeteksi memiliki alergi. Sebab, bila tidak diatasi sejak masa kanak-kanak, dikhawatirkan dapat menyebabkan inflamasi atau peradangan.
ADVERTISEMENT
"Yang harus kita perhatikan adalah alergi dalam bentuk gatal, pilek, itu bila berulang-ulang bisa menimbulkan peradangan pada sel-sel otak," ujar dia.
Dan jika alergi selalu dibiarkan hingga usia remaja lalu inflamasi terjadi, dikhawatirkan dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
"Peradangan sejak masa anak-anak bila nggak diatasi, misal karena gejala asma, eksim, maka dampaknya bisa memengaruhi pertumbuhan jumlah sel anak. Kecerdasan, psikis, dan bahasa juga terpengaruh, karena masa-masa bayi dan balita pertumbuhan kognitif sedang banyak-banyaknya," ucap Dr. Anang.
Selain itu, ia juga menyoroti gangguan fungsi-fungsi otak yang dapat memengaruhi kondisi psikis anak, seperti suasana hati berubah jadi negatif, terputus dari hubungan sosial, kelelahan, hingga anhedonia (perasaan hampa dan membosankan).

Lantas, Mungkinkah Alergi pada Anak Dicegah?

Ilustrasi Anak Alergi Foto: Shutterstock
Dr. Anang menegaskan tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah menurunkan alergi kepada anak. Karena faktor risiko alergi itu berupa genetik. Namun, risiko alergi bisa dikurangi dengan mengidentifikasi faktor risiko sejak kehamilan, dengan memahami tentang critical window.
ADVERTISEMENT
Critical window adalah deteksi dini alergi yang sudah bisa dilakukan sejak masa kehamilan hingga bayi berusia satu tahun. Menurut Dr. Anang, mengidentifikasi risiko alergi bisa dicari tahu dari keseharian ibu selama hamil, misalnya apakah terpapar polusi, asap rokok, dan sejenisnya.
"Setelah dicari tahu risikonya, cari tahu ada alergi atau tidak dengan mempelajari risiko apa yang bisa menimbulkan alergi. Kalau punya bakat alergi, lebih baik bayi lahir diberi ASI," jelas Dr. Anang.
Ibu melahirkan secara pervaginam juga bisa membantu melindungi paparan infeksi pada si kecil, lho!
"Contohnya, kalau dia lahir pervaginam, anak sejak awal sudah dapat priobiotik alami dari ibu. ASI aja sampai 6 bulan, sehingga nanti dia alergen itu dia tidak mengalami reaksi alergi karena ada perlindungannya," tutupnya.
ADVERTISEMENT