Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dokter: ASI Erat Kaitannya dengan Fisik dan Psikis Ibu
30 November 2024 16:52 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, terkadang proses menyusui tidak selamanya mudah. Ada saja tantangan menyusui yang kerap dialami ibu . Salah satu yang paling umum adalah ASI tidak keluar, atau hanya keluar sedikit.
Kondisi ini sering kali membuat ibu frustrasi. Sebab bayi jadi rewel dan ibu pun jadi kurang istirahat. Selain itu pemenuhan nutrisi yang kurang optimal dalam jangka panjang juga bisa mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
Jadi, apa yang harus dilakukan agar proses menyusui berjalan lancar?
Pentingnya Jaga Fisik dan Mental Agar ASI Lancar
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG menjelaskan, pada dasarnya ada 2 kunci keberhasilan ibu dalam menyusui bayi. Yakni kesehatan fisik dan psikis.
"ASI itu sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik dan psikis ibu," kata dr Dinda dalam sesi talkshow kumparanMOM Mom's Meet Up November, di Ganara Art Space, fX Sudirman, Jakarta, Sabtu (30/11).
ADVERTISEMENT
dr Dinda menegaskan, bukan hanya kesehatan fisik saja yang perlu diperhatikan ibu, tapi juga kesehatan mental. Sebab setelah melahirkan, ada 2 hormon ibu yang sangat mempengaruhi proses menyusui, yakni hormon prolaktin dan oksitosin.
Pengaruh kedua hormon ini sering kali membuat mood ibu mudah berubah dan jadi sangat sensitif. Ditambah lagi setelah melahirkan biasanya ibu kurang istirahat, jadi kondisi fisiknya pun kurang sehat.
"Jadi diharapkan support system-nya. Para ayah bisa berbagi tugas dengan ibu, jangan begadang semua kalau malam, supaya bisa gantian istirahat," kata dokter yang juga ibu dari 3 anak ini.
Selain itu, dr Dinda mengingatkan, ibu juga perlu mengelola emosinya. Sehingga jika terjadi lonjakan hormon, bisa lebih mampu mengontrol emosi yang muncul.
ADVERTISEMENT
"Kita juga perlu aware sama tubuh kita, kalau merasa nggak enak boleh dikomunikasikan dengan pasangan," tuturnya.