Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dokter: Kecanduan Gula Menunjukkan Perilaku Mirip Kecanduan Zat Adiktif
7 Desember 2024 12:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Konsumsi gula berlebih menjadi salah satu masalah yang banyak dialami orang Indonesia dari berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak. Dampaknya tidak main-main, mulai dari mengganggu tumbuh kembang, hingga meningkatnya kasus diabetes pada usia yang lebih muda.
ADVERTISEMENT
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, Prof. Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked(Ped), Sp.A(K), menjelaskan, ketika anak mengonsumsi makanan atau minuman manis, gula darah meningkat dengan cepat, disertai dengan pelepasan hormon insulin dan dopamin, sehingga gula darah akan menurun dengan cepat.
"Ketika gula darah menurun dengan cepat, ini akan memunculkan lagi rasa ingin minum lagi, nafsu makan menjadi tidak terkontrol, dan keinginan untuk mendapatkan atau minum dari gula yang berlebih," kata Prof Siska dikutip dari Antara.
Paparan yang berulang-ulang dan dalam konsentrasi yang berlebih akan menyebabkan perilaku ketergantungan dan mengurangi kemampuan regulasi pada anak.
"Kecanduan gula ini dapat menunjukkan perilaku yang mirip dengan kecanduan zat. Seperti kita jadi memakan berlebihan, kemudian ada gejala putus zat dan ingin makan lagi atau ingin minum lagi, dan adanya keinginan yang kuat untuk mendapatkan makanan ataupun minuman yang manis tersebut," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, batas maksimal asupan gula tambahan adalah di bawah 10 persen dari total asupan energi, dan lebih baik lagi apabila di bawah lima persen. Adapun gula tambahan, katanya, adalah gula yang ditambahkan ke makanan dan minuman selama proses produksinya untuk memberikan rasa manis.
Tips Kurangi Konsumsi Gula pada Anak
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi konsumsi gula pada anak secara bertahap. Prof Siska mengatakan, pengurangan gula ini perlu dilakukan secara bertahap sebab jika konsumsi gula dihentikan serta merta anak cenderung akan menolak, bahkan tantrum.
Pengurangan konsumsi gula bisa dimulai dengan membatasi makanan manis yang diproses, dan mengurangi gula tambahan secara perlahan untuk menyesuaikan dengan selera makan anak.
ADVERTISEMENT
"Kemudian mencari alternatif. Misalnya teh herbal atau susu tanpa pemanis, dorong konsumsi air putih sebagai minuman utama, dan dapat ditambahkan dengan irisan lemon atau buah kalau ingin lebih berasa," katanya.
Selain itu, penting juga melibatkan anak melalui edukasi, misalnya dengan mengajak anak memasak atau memilih makanan sehat bersama, lalu memberitahu tentang dampak buruk makanan dan minuman manis dengan bahasa yang mudah dimengerti anak, sehingga anak lambat laun mengerti dan mau mengurangi konsumsi gula atas kesadaran sendiri.
Jangan lupa, sebagai orang tua, kita juga perlu memberikan contoh yang baik bagi anak agar bisa sama-sama mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Setuju, Moms?