Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Efek Sering Berhubungan Badan Saat Hamil, Benarkah Membahayakan Janin?
16 Agustus 2024 18:34 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Di masa kehamilan , kebanyakan perempuan akan merasakan peningkatan libido atau gairah seks, terutama di trimester pertama dan kedua. Hal ini tak jarang membuat pasangan suami-istri merasa dilema, karena khawatir terhadap efek sering berhubungan badan saat hamil.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, berhubungan badan tidak membahayakan bayi sama sekali, Moms, bahkan jika dilakukan di trimester pertama sekalipun. Ini karena bayi berada dalam cairan ketuban yang memiliki perlindungan berlapis-lapis.
Meski begitu, ayah dan ibu tetap perlu berhati-hati saat melakukan hubungan intim. Pastikan posisinya nyaman untuk ibu hamil dan tidak membahayakan janin.
Lantas, bagaimana dengan frekuensinya? Adakah efek jika terlalu sering melakukan hubungan badan? Simak selengkapnya dalam uraian berikut.
Efek Sering Berhubungan Badan Saat Hamil
Moms, jangan menganggap kehamilan sebagai penghalang untuk melakukan hubungan suami-istri. Menurut Cleveland Clinic, pasangan bisa melakukan aktivitas tersebut sebanyak apa pun yang mereka inginkan.
Hubungan badan tidak akan memengaruhi kondisi bayi sebab mereka berada di dalam cairan ketuban yang dikelilingi otot rahim. Tidak hanya itu, di bagian leher rahim juga terdapat lendir yang akan menangkal segala jenis kuman dan benda asing yang berusaha masuk.
ADVERTISEMENT
Berhubungan seks saat hamil juga tidak menyebabkan keguguran. Dikutip dari Mayo Clinic, kebanyakan keguguran terjadi karena janin tidak tumbuh sebagaimana mestinya, bisa karena kelainan rahim atau penyakit lainnya.
Adapun kram atau bercak yang muncul setelah orgasme adalah hal wajar, Moms. Itu karena aktivitas ini memang dapat menyebabkan rahim berkontraksi.
Namun, jika Anda mengalami kram parah yang tidak kunjung hilang, atau pendarahan hebat seperti saat menstruasi, sebaiknya segera cari bantuan profesional.
Dalam berhubungan badan juga penting untuk mencari posisi yang tepat. Menurut Medical News Today, posisi yang menekan perut ibu hamil tidak begitu disarankan.
Contohnya, posisi misionaris yang mengharuskan ibu hamil berbaring telentang. Hal ini dapat membuat organ dalamnya mendapatkan tekanan ekstra dari berat bayi. Oleh karena itu, sebaiknya pilih posisi yang memungkinkan ibu hamil tidak telentang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pastikan ibu hamil tidak merasa terlalu kelelahan saat melakukan hubungan intim. Jalin komunikasi yang sehat untuk saling mengetahui apa yang tengah dirasakan pasangan.
Penting pula untuk dicatat bahwa kondisi tubuh setiap ibu dapat berbeda-beda. Sebagian mungkin bisa sering berhubungan badan tanpa efek tertentu, sedangkan sebagian lainnya tidak bisa. Jadi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kandungan masing-masing terkait frekuensi yang aman untuk berhubungan badan.
Kondisi Kehamilan yang Tidak Disarankan untuk Berhubungan Badan
Meskipun secara umum berhubungan badan itu boleh, tapi Cleveland Clinic memberi pengecualian terhadap ibu hamil dengan kondisi tertentu. Berikut ini sejumlah kondisi yang mesti diperhatikan:
1. Perubahan Serviks
Pada umumnya, serviks menciptakan penghalang antara vagina dan rahim. Jika terjadi perubahan, seperti pelebaran dini, maka berhubungan badan tidak disarankan karena dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur.
ADVERTISEMENT
2. Riwayat Persalinan Prematur atau Keguguran
Biasanya dokter akan meminta ibu hamil yang memiliki riwayat keguguran atau persalinan prematur untuk tidak melakukan hubungan intim. Pasalnya, air mani mengandung prostaglandin, dan saat orgasme, otak akan melepaskan hormon oksitosin. Nah, kedua hormon itu dapat memicu kontraksi.
3. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kondisi ketika plasenta bayi menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (mulut rahim). Aktivitas seksual tidak disarankan dalam kondisi ini karena dapat mengakibatkan terganggunya plasenta dan perdarahan.