Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Impostor Syndrome, Gangguan Psikologi Anak Seperti Ha Eun Byul di The Penthouse
23 Januari 2021 15:54 WIB
ADVERTISEMENT
The Penthouse menjadi salah satu drama Korea yang sedang menjadi perbincangan hangat. Ya Moms, meski ceritanya cukup pelik dan juga rumit, namun itulah yang menjadi daya tariknya. Dalam salah satu episode terungkap ternyata karakter anak , Ha Eun Byul, memiliki gangguan psikologi yang disebut Impostor Syndrome .
ADVERTISEMENT
Ha Eun Byul diceritakan sebagai anak dari Cheon Seo Jin, seorang penyanyi klasik terkenal dan juga calon pewaris SMA Seni Cheong Ah. Seo Jin sangat ingin anaknya yang sedang belajar nyanyian klasik di SMA Seni Cheong Ah bisa mengalahkan teman-temannya yang lain. Tujuannya, agar Seo Jin bisa membanggakan ayahnya dan mencapai tujuannya sebagai pewaris resmi.
Dalam mendidik anaknya, Seo Jin sangat keras hingga Eun Byul tidak bisa istirahat karena selalu dipaksa untuk belajar. Seo Jin juga tidak masalah jika harus melakukan kecurangan demi anaknya berprestasi dan Eun Byul juga rela memfitnah temannya demi bisa menjadi kebanggaan keluarga.
Jika Eun Byul melakukan sedikit kesalahan, Seo Jin akan sangat marah kepadanya. Lalu, jika Eun Byul berhasil melakukan sesuatu, Seo Jin tidak pernah puas dan meminta anaknya untuk terus belajar.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya, ayah Eun Byul menyadari bahwa anaknya sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Karena ia pernah melihat Eun Byul berteriak, menangis, dan meracau tidak jelas di kamarnya akibat mimpi buruk.
Saat dibawa ke psikolog anak , Eun Byul mengaku bahwa dia adalah orang yang positif, tidak pernah stres, dan selalu ceria. Namun, psikolognya mengatakan bahwa semua itu palsu dan mengatakan bahwa Eun Byul mengalami impostor syndrome.
Lalu, apa itu impostor syndrome?
Mengenal Gangguan Psikologis Impostor Syndrome
Mengutip Time, impostor syndrome atau bisa juga disebut sindrom penyemu merupakan pemikiran seseorang yang merasa keberhasilannya karena sebuah keberuntungan dan bukan karena bakat atau kualifikasinya. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi pada 1978 oleh psikolog Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes.
ADVERTISEMENT
Menurut Alison Escalante MD, Dokter Spesialis Anak, dalam tulisannya di Psychology Today, setiap tahunnya semakin banyak anak yang mengatakan kepadanya bahwa mereka sangat stres di sekolah dan merasa tidak pernah bisa cukup baik. Menurutnya, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena impostor syndrome pada anak-anak mereka.
Penyebab anak-anak mendapatkan impostor syndrome karena dia hanya menerima kritik dari orang tuanya akibat hasil kerjanya yang tidak sempurna. Lalu, selalu dibanding-bandingkan dengan kakak atau adiknya, sehingga lama-lama mereka merasa semua pekerjaannya tidak ada yang memuaskan.
Selain itu, penyebab lainnya adalah ketika orang tua terlalu memuji anak secara berlebihan. Contohnya seperti, “Kamu adalah anak terpintar di dunia!”, “Kamu adalah anak terbaik di sekolah!”, dan pujian tidak mendasar lainnya. Pujian-pujian tersebut membuat anak merasa tertekan. Apalagi saat dirinya melakukan suatu kegagalan.
ADVERTISEMENT
Jika fenomena ini berlanjut, bisa terbawa hingga anak dewasa lho, Moms. Setelah dewasa, anak akan berpikir bahwa untuk dicintai dan dibanggakan orang lain, maka mereka harus mengerjakan segala sesuatu dengan sempurna hanya demi memuaskan orang lain.
Ciri Anak Mengalami Impostor Syndrome
Psikolog Nadene Van Der Linden mengatakan bahwa anak yang mengalami impostor syndrome lebih sering merendahkan dirinya sendiri daripada membanggakan hasil kerja kerasnya. Anak akan lebih banyak mengatakan, “Saya bodoh”, “Saya pecundang,” dan perkataan lainnya.
Ciri-ciri lain bisa berupa rasa tidak percaya diri yang muncul dengan tidak ingin mencoba hal baru atau sangat enggan untuk berinteraksi dengan orang baru termasuk teman sebayanya. Bahkan, meski Anda sudah memberikannya pujian, anak akan tetap merasa ragu dan kembali merendahkan harga dirinya.
ADVERTISEMENT
Mencegah Impostor Syndrome pada Anak
Penting bagi Anda sebagai orang tuanya untuk selalu menjadi pendukung nomor satu bagi anak. Mengutip CBC, rumah harus dipenuhi dengan kasih sayang dan orang tua harus bisa menerima kekurangan anaknya. Bahwa anak sangat unik dan istimewa dengan segala kepribadian dan wataknya.
Orang tua juga harus menempatkan pujiannya dengan tepat, jangan sampai berlebihan dan tidak mendasar. Intinya, puji lah anak ketika mereka memang melakukan hal baik, dengarkan apa yang ingin anak lakukan, dan dengarkan juga apakah anak memiliki kesulitan atau tidak.
Ajarkan anak juga bahwa kegagalan adalah suatu pembelajaran yang berharga dan harus dihadapi, bukan dihindari. Sehingga, anak pun merasa lebih tenang dan tidak akan berlarut-larut dalam ketakutan.
ADVERTISEMENT