Komplikasi Infeksi Herpes Genital yang Bisa Terjadi pada Bayi Baru Lahir

6 Desember 2022 11:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi baru lahir terkena herpes. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi baru lahir terkena herpes. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sistem kekebalan tubuh ibu hamil umumnya tidak sekuat saat tidak hamil. Sehingga, tak heran bila muncul berbagai penyakit saat hamil. Salah satunya adalah herpes genital yang merupakan infeksi menular seksual (IMS).
ADVERTISEMENT
Infeksi virus herpes genital adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 2. Setelah terinfeksi, ibu hamil bisa mengalami dua hal berbeda, yaitu bergejala dan tidak bergejala. Virus ini pun juga bisa menyebabkan infeksi berulang, terutama saat sistem kekebalan tubuh menurun.
Ilustrasi ibu hamil. Foto: Syda Productions/kumparan
Penularan herpes genital bisa terjadi di dua kondisi berbeda, yaitu tertular dari infeksi herpes genital tidak aktif dari ibu atau karena adanya lepuh di jalan lahir. Setelah lahir, biasanya bayi yang terinfeksi herpes genital akan menunjukkan beberapa tanda lain, seperti munculnya lepuh di sekitar mata, lesu, kesulitan makan, masalah pernapasan, hingga pendarahan. Jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka bisa mempengaruhi berbagai fungsi organ tubuh si kecil, Moms. Bahkan, juga bisa menyebabkan komplikasi lainnya.
ADVERTISEMENT

Apa Saja Komplikasi Infeksi Herpes Genital pada Bayi Baru Lahir?

ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Anucha Cheechang/Shutterstock
Mengutip Mom Junction, beberapa komplikasi infeksi herpes genital pada bayi baru lahir adalah:
Ibu dan ayah perlu waspada, sebab beberapa komplikasi, seperti kejang, terkejut, dan hipotermia juga bisa disebabkan oleh infeksi herpes otak. Akibatnya, bayi berisiko untuk mengalami kerusakan otak.
Oleh karena itu, dokter akan mendiagnosis infeksi herpes pada bayi melalui lesi kulit yang muncul. Dokter juga akan memeriksa kelenjar getah bening yang membesar di area selangkangan dan leher, analisis darah, pemeriksaan mata, dan pemindaian MRI untuk mengetahui terjadinya pembengkakan atau kerusakan otak.