Mencari ART Ideal: Mana Lebih Baik, dari Penyalur atau Kenalan?

2 Mei 2023 17:02 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi ART Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi ART Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Salah satu drama yang kerap terjadi usai Lebaran adalah, ART pulang kampung dan tidak kembali! Rasanya seperti petir di siang bolong ya, Moms. Anda pernah mengalaminya juga?
ADVERTISEMENT
Ada beragam alasan yang kerap dilontarkan para ART, kenapa ia tak kembali usai pulang kampung. Seperti, harus merawat orang tua di rumah, hendak menikah, tidak diizinkan lagi bekerja oleh suami, dan masih banyak lagi. Terkadang ibu jadi berpikir, apakah kurang maksimal memberikan fasilitas kepada ART? Apakah gajinya kurang besar? dan berbagai pemikiran lain yang sebetulnya tak perlu.
"Segala kondisi hendaknya bisa dipandang positif meski sulit, termasuk saat ART tidak ada," ujar psikolog Vera Itabiliana.
Ya Moms, jangan sampai ART tak kembali usai mudik membuat Anda jadi overthinking, ya. Lebih baik segera fokus untuk cara ART lagi. Karena seperti kita tahu, mencari ART serupa dengan mencari jodoh, gampang-gampang susah!
Nah sebelum memutuskan mencari ART, pahami dulu seperti apa kriteria ART yang dibutuhkan. Sebab ART ideal bagi setiap keluarga bisa berbeda-beda, tergantung kebutuhan masing-masing. Bisa jadi kriteria tersebut juga berubah seiring pertumbuhan keluarga dan perubahan kebutuhan dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Widi Mulia, misalnya. Penyanyi dan ibu dari 3 orang anak tersebut menilai, ART ideal baginya adalah yang komunikatif, tahu kapan harus bicara dan bekerja. Penting juga bagi ART untuk tahu bahwa ia maupun orang yang mempekerjakannya, sama-sama bekerja.
“Kalau dia merasa lelah ya sama, saya juga ibu bekerja di luar dan di dalam rumah sama-sama lelah. Jadi yang ideal adalah menghargai dan mengerti, memahami bahwa kita semua sedang bekerja,” ujar Widi kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
Lain halnya dengan Titin. Ibu rumah tangga dengan 3 orang anak ini menyebut, ART ideal baginya adalah yang bisa membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan juga menjaga anak. Ibu lainnya, Nain, menilai ART ideal adalah yang bisa berbagi tugas bersama. Misalnya Nain sedang menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, ART harus bisa menjaga anak. Begitu juga sebaliknya, saat Nain menjaga anak, ART-lah yang harus menyelesaikan pekerjaan rumah.
ADVERTISEMENT
Setelah memahami seperti apa kriteria ART ideal bagi keluarga Anda, kini saatnya bergerilya! Ada begitu banyak pilihan mencari ART. Yakni lewat penyalur resmi, lewat kenalan, maupun via online dari media sosial.
Apa saja bedanya, dan apa untung ruginya?

Cari ART di Penyalur vs Kenalan

Ilustrasi ART. Foto: Odua Images/Shutterstock
Menjadi ibu adalah ‘pekerjaan’ seumur hidup yang tak diajarkan di sekolah formal. Oleh karena itu, tak ada patokan saklek dalam menjalani peran ibu, termasuk perkara mencari ART ideal. Ibu perlu mencoba sendiri hingga akhirnya mungkin berjodoh dengan ART rekomendasi saudara, atau puas dengan ART pilihan dari penyalur, atau bisa jadi justru bahagia dengan ART turun-temurun dari orang tua.
Adakah yang gagal? Banyak, Moms. Baik dari kenalan atau pun penyalur, ada juga yang mengaku pernah mendapat ART tak cocok. Masalahnya macam-macam, ada yang tidak jujur, sulit diajak bekerja sama, tidak betah, hingga bertindak kriminal.
ADVERTISEMENT
Widi Mulia mengaku pernah memiliki ART yang menyenangkan dan sangat cocok dengan kondisi keluarganya, namun karena mau menikah, ART tersebut tak lagi bekerja dengannya. Pernah juga memiliki ART yang menurutnya berperilaku ‘ajaib’. Baik dari kenalan maupun penyalur, ia sama-sama pernah mengalami pasang surut memiliki ART.
“Aku merasa ya ini alunannya begini, nikmatin aja. Jadi enggak bisa dijadikan patokan sih (dari yayasan atau kenalan), tergantung kitanya juga mau punya sistem seperti apa dan mau usaha terusnya seperti apa,” kata Widi.
Sedangkan Nain, ia lebih memilih mencari ART dari yayasan, karena sudah melalui proses pelatihan dan penyaringan sebelum diterjunkan untuk bekerja. Lain halnya dengan Titin, ia lebih memilih ART dari kenalan karena tahu latar belakang keluarganya sehingga diharapkan bisa meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT

Proses Rekrutmen ART di Yayasan

Ami, founder LPK Tiara Cipta. Foto: kumparan
Agar lebih jelas, kumparanMOM juga mewawancarai LPK Tiara Cipta, salah satu yayasan penyalur ART yang populer di Ibu Kota. Pelanggannya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari keluarga biasa, artis, hingga presiden seperti keluarga SBY dan Jokowi.
Pendiri LPK Tiara Cipta, Suparmi atau yang akrab disapa Ami, mengaku pihaknya sangat ketat melakukan screening calon ART dan baby sitter hingga jasanya dipercaya banyak kalangan. Sebelum mendirikan LPK Tiara Cipta pada tahun 1996, Ami sebelumnya juga berprofesi sebagai ART. Oleh karena itu dia tahu betul bagaimana bekerja sebagai ART, dan memahami seperti apa kebutuhannya saat menjadi majikan atau orang yang mempekerjakan ART.
LPK Tiara Cipta melakukan screening hingga keluarga calon ART, di mana pun asalnya. Rata-rata ART yang ia ambil di sekitar Jakarta, pulau Jawa, hingga Nusa Tenggara.
ADVERTISEMENT
“Jadi saat pekerja datang pertama kali yang kita utamakan adalah data lengkap meliputi KK, KTP, dan ijazah. Terus kita cek lagi itu alamat benar atau tidak,” kata Ami.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan atau medical check up. Screening yang dilakukan adalah thorax dan hepatitis. Saat masa pandemi COVID-19, setiap calon ART juga harus melakukan tes PCR. Jika terbukti positif COVID-19, LPK Tiara Cipta juga menyiapkan tempat untuk karantina.
Setelah lolos screening, para peserta mengikuti pelatihan. Mulai dari pelatihan manner hingga P3K. Khusus untuk baby sitter ada pelatihan tambahan soal perawatan dan pengasuhan bayi dan anak, mengenali tanda sakit pada anak, hingga safety guide saat bermain dengan anak.
“Sekarang ini kita ada sedikit konseling yang dilakukan oleh psikolog. Tapi ini sifatnya hanya konseling saja, jadi kalau mereka punya problem dari kampung misalnya, terus ke Jakarta, nah kalau bisa sudah diselesaikan di sini. Jadi saat mereka bekerja tuh udah ada tahapan konseling dan rehabilitasi untuk dirinya sendiri,” tutur Ami.
ADVERTISEMENT

Memilih ART dari Kenalan

Mpok Mar, penyalur ART dari kenalan. Foto: kumparan
Selain melalui penyalur, salah satu pilihan populer dalam mencari ART adalah melalui kenalan. Ya Moms, banyak ibu yang merasa lebih yakin memilih ART dari kenalan karena biasanya lebih mudah mengecek latar belakang keluarganya dan bisa lebih mengenal karakternya. kumparanMOM mewawancarai Mpok Mar, warga Depok yang kerap jadi penghubung antara ART dan pengguna jasa.
Mpok Mar mengaku, ia sebetulnya tidak mendeklarasikan diri sebagai penyalur ART. Hanya saja saat ada orang yang meminta tolong dicarikan ART atau baby sitter, ia selalu mengupayakan hingga berhasil. Sejauh ini, ART dan baby sitter yang ia rekomendasikan tak pernah bermasalah dan kerasan bekerja.
“Biasanya kalau ada yang minta cariin (ART atau baby sitter), saya nanya-nanya dulu sama teman, ada yang mau enggak. Saya anterin juga (ART ke rumah calon pengguna jasa). Ya, saya cuma nolongin aja,” ujar nenek 2 cucu yang juga guru ngaji ini.
ADVERTISEMENT
Dia memastikan semua ART dan baby sitter yang ia rekomendasikan telah dikenalnya dengan baik. Sebelum merekomendasikan pada pengguna jasa, ia juga telah melakukan screening terlebih dahulu sesuai kriteria yang menurutnya baik.
“Orang-orang dekat semua. Kalau enggak kenal saya juga enggak berani. Minimal akrab sama saya lah. Dilihat dari sikap aja, kalau baik kan agak kelihatan, enggak sombong. Penampilannya sederhana aja,” katanya.

Memilih ART secara Online

Titin, penyalur ART lewat online. Foto: kumparan
Seiring berkembangnya waktu, mencari ART tak hanya dari penyalur atau kenalan langsung. Titin, seorang ibu rumah tangga yang juga asal Depok, mengaku kerap ‘menyalurkan’ ART yang ia cari dari Facebook! Meski demikian, Titin tetap menyaring calon ART yang ia rekomendasikan.
“Di FB ada grup forum pembantu rumah tangga. Biasanya ada yang nge-post butuh kerjaan, langsung aku inbox, ‘Mbak udah dapat kerjaan belum?’. Aku deketin lewat situ, tukeran WA, lanjut komunikasi,” kata Titin.
ADVERTISEMENT
Biasanya, ia memberikan gambaran lebih buruk tentang calon majikan yang ia tawarkan. Jika calon ART tersebut tetap mau bekerja, baru ia kenalkan ke calon majikan atau pengguna jasa itu untuk di-interview langsung. Dengan demikian, menurut Titin, ia tak sepenuhnya menanggung beban.
Kerap menyalurkan ART dari online tentu melalui pasang surut. Titin mengaku pernah mendapat calon ART yang tak cocok dengan majikan, pernah juga ada ART yang tak mengaku bahwa ia terikat dengan yayasan, atau ada yang telah ditransfer uang transport namun tak kunjung datang. Meski demikian, Titin mengaku tak pernah mendapatkan pengalaman ART yang bertindak kriminal atau merugikan pengguna jasa.
Titin mengaku kerap menyalurkan ART bukan karena mencari untung. Baginya, ini adalah pekerjaan sosial karena ia juga pernah berada di posisi sebagai pencari kerja. Tak dipungkiri, ia kerap menerima tips dari pengguna jasa yang merasa puas dengan bantuannya.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, itulah gambaran proses rekrutmen ART dari yayasan atau pencarian dari kenalan. Semua tentu ada untung dan ruginya, tergantung kebutuhan masing-masing. Anda pilih cari ART lewat mana, Moms?