Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Bayi-bayi mungil sedang berkumpul membentuk sebuah lingkaran. Ada yang sesekali merangkak ke depan, ada yang sibuk dengan mainan di tangan, atau ada pula yang ingin mendapat kenyamanan dari dekapan orang tua.
ADVERTISEMENT
Hari itu mereka akan mengikuti kelas. Tentu saja, ini bukan kelas tempat belajar Kimia, Fisika atau Tata Negara. Ini kelas bayi bermain!
Ya Moms, sebagai orang tua milenial, Anda mungkin sudah familiar dengan kelas-kelas bayi seperti ini. Sesuai dengan nama programnya, di dalam kelas itu, bayi memang dipandu untuk bisa bermain sesuai dengan usianya. Permainan yang diajarkan tentu tidak sembarangan. Dengan didampingi orang tua, bayi diajak untuk bermain dengan hal-hal yang bisa menstimulasi tumbuh kembangnya.
Kian menjamurnya kehadiran kelas-kelas bayi, lantas menimbulkan pertanyaan, apakah sepenting itu memasukkan bayi di bawah usia 1 tahun untuk ‘sekolah’?
Carmelia Riyadhni, pengajar sekaligus co-founder Rumah Dandelion, menjelaskan kalau sebenarnya tidak ada patokan usia ideal kapan anak bisa diikutkan pada kelas-kelas stimulasi.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya kalau usia ideal tidak ada. Sekolah formal itu kan baru SD. Kalau kegiatan seperti ini kan informal, tambahan. Sepenting apa kelas-kelas ini, itu sebenarnya tergantung orang tua sih ya. Karena pada dasarnya kalau kita mau ikutan sebuah kelas, bagi saya pribadi yang penting adalah komitmen orang tua, bagaimana orang tua bisa memasukkan anaknya itu secara konsisten,” jelas Carmel-sapaan akrabnya, pada kumparanMOM pada Rabu (8/5).
Rumah Dandelion sendiri punya 1 tipe kelas stimulasi untuk bayi berusia 6-12 bulan yang dinamakan Kelas Bayi Bermain Kepompong. Kegiatan yang dilakukan di dalam kelas meliputi permainan-permainan yang bisa menstimulasi aspek bahasa serta gerak motorik kasar dan halus si kecil. “Lalu kita juga mau mengenalkan dengan kegiatan sosial, lebih ke kegiatan persona sosialnya, bagaimana anak itu berada di lingkungan yang baru, kita mau mengenalkan itu pada mereka,” tambah Carmel.
Dengan mengikuti kelas bayi, Carmel menambahkan, ada beberapa manfaat yang bisa didapat orang tua dan anak. Selain bisa menstimulasi gerakan sensorik dan motorik si kecil, kehadiran orang tua saat mendampingi di dalam kelas juga bisa meningkatkan bonding dengan bayinya.
ADVERTISEMENT
“Terus sebenarnya sebagai partner keluarga, kita pengin orang tuanya sendiri juga lebih tau sih tren-tren parenting apa yang sedang berkembang saat ini. Kalau kita masuk ke sebuah kelas, kita kan bisa ngobrol langsung sama expert-nya juga, bisa ngobrol sama orang tua yang lain. Jadi memperkaya ilmu dan informasi dari orang tua itu sendiri,” jelas Carmel.
Rumah Dandelion berdiri pada 2014. Pada awal kemunculannya, kelas-kelas yang disediakan masih sangat sedikit. Seiring meningkatnya tren kelas-kelas stimulasi bayi, antusiasme orang tua pun semakin tinggi. Kelas bayi yang disediakan kini bertambah jumlahnya, mulai dari kelas di hari-hari kerja dan di akhir pekan.
“Selain Rumah Dandelion sebenarnya juga banyak aktivitas untuk bayi di bawah 1 tahun yang sudah mulai menjamur. Especially untuk di kota-kota besar. Jadi kalau bagi kami founder-nya, ya sebenarnya menyenangkan karena orang tua jadi lebih aware, jadi apa yang kita deliver itu lebih mudah diterima,” kata Carmel.
Dalam satu minggu, bayi-bayi hanya akan mengikuti 1 kali kelas selama 1 jam. Biaya untuk mengikuti kelas bayi usia 6-12 bulan di Rumah Dandelion berkisar Rp 1,2 juta- Rp 1,3 juta untuk 8 kali pertemuan. Maksimal hanya ada 10 bayi dalam satu kelas.
ADVERTISEMENT
“Jadi memang terlihat sekali antusiasme orang tua itu sudah semakin aware semakin tahu, kegiatan-kegiatan seperti ini sepertinya penting atau menyenangkan untuk diikuti,” ungkap Carmel.
Salah satu orang tua yang mendaftarkan anaknya ikut kelas bayi adalah Risty Gaos. Saat ini, anak keduanya yang ikut kelas bayi berusia 10 bulan. Sebelumnya, Risty juga telah memasukkan anak pertamanya ke dalam kelas bayi.
“Jadi sebenarnya anakku tuh ada 2. Kakaknya cuma beda setahun itu sudah pernah ikut kelas di sini juga. Nah kalau dari pengalaman kakaknya sih dia suka banget. Sala (anak kedua) baru dua kali ikut, jadi belum terlalu kelihatan gimana-gimana. Kalau kakaknya tuh memang tipenya slow to warm up gitu, ke orang baru itu dia akan sangat berhati-hati. Setelah ikut kelas di sini jadi lebih terbuka untuk main sama orang baru ,” jelas ibu dua orang anak ini kepada kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Saat mengikuti kelas bayi, Anda harus melihat kondisi kesiapan anak. Tidak semua anak bisa langsung aktif dan nyaman bermain bersama orang-orang yang wajahnya belum familiar. Meski wajar terjadi, orang tua perlu membantu anak beradaptasi, agar ia bisa menikmati kelasnya.
"Kalau Sala sama kakaknya itu selalu aku kasih tahu beberapa hari, kalau dia lagi mau ikut kegiatan A atau B. Jadi diulang-ulang terus, dikasih afirmasi positif biar nanti pas sampai ke tempat itu enggak kaget. Jadi misalnya saya kasih tahu, nanti seperti apa kelasnya, kegiatannya apa saja, ketemunya siapa saja. Jadi anaknya pun selain datang dalam keadaan kenyang dan senang, dia juga nanti sampai tempatnya enggak akan takut,” jelasnya.
Meski begitu, mengikuti kelas bayi bukanlah sebuah keharusan, apalagi kewajiban. Masing-masing orang tua tentu punya pertimbangannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Tidak mengikuti kelas bayi bukan berarti akan menghambat tumbuh kembang si kecil, Moms. Anda tetap bisa mengajaknya bermain sambil memberikan stimulasi di rumah.
“Sebenarnya kalau tidak mengikuti kelas bermain pun tidak apa-apa. Karena kan kembali ke tujuannya yang penting itu anak-anak bermain. Kita bisa lakukan aktivitas bermainnya itu di rumah,” jelas Carmel.
Untuk anak usia 6-12 bulan, menurut Carmel, Anda bisa memberikan permainan yang menstimulasi gerak motorik dan merangsang kemampuan panca indranya. “Kegiatannya bisa duduk tegak, merangkak, jalan nanti di usia setahun. Terus juga diperbanyak dengan bermain sensori. Jadi mengembangkan kemampuan indranya. Misalnya permainan-permainan untuk melatih visualnya terus kemampuan peraba dan lain sebagainya.”
Nah Moms, bagaimana dengan Anda? Tertarik untuk memasukkan si kecil ke dalam kelas bayi? Apapun keputusannya, yang terpenting setiap bayi perlu mendapat stimulasi yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal.
ADVERTISEMENT
Yuk, ikuti terus konten spesial Sibuknya Bayi Masa Kini persembahan kumparanMOM.