Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Obesitas Jadi Masalah Kesehatan Serius pada Anak, Jangan Sampai Kena!
16 Mei 2024 13:43 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah mengidentifikasi obesitas pada masa kanak-kanak sebagai 'salah satu masalah kesehatan serius di abad ke-21'.
Pada tahun 2016, WHO mengungkapkan secara global, jumlah anak di bawah usia lima tahun yang mengalami kelebihan berat badan mencapai 41 juta. Sedangkan pada kelompok usia 5-19 tahun yang mengalami obesitas mencapai 340 juta anak.
Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan sekitar 19 persen anak-anak berusia 2-19 tahun mengalami obesitas, atau sekitar 14,4 juta anak. CDC melaporkan tingkat obesitas pada anak di AS meningkat tiga kali lipat dalam 30 tahun terakhir.
Sementara di Indonesia, berdasarkan hasil studi gizi di Indonesia tahun 2022, jumlah balita yang mengalami kelebihan berat badan mencapai 3,5 persen. Data Kemenkes lainnya menyebut jumlah anak berusia 5-19 tahun yang mengalami obesitas meningkat 10 kali lipat dalam empat dekade terakhir. Misalnya, tahun 195 jumlah anak obesitas sebanyak 11 juta, sedangkan di tahun 2016 sebanyak 123 juta.
ADVERTISEMENT
Tanda-tanda Anak Mengalami Obesitas
Mengutip Mayo Clinic, tidak semua anak yang kelebihan berat badan ternyata obesitas. Sebab, beberapa anak memiliki kerangka tulang yang lebih besar dari rata-rata. Dan juga jumlah lemak yang dimiliki tubuh si kecil berbeda-beda pada setiap tahap perkembangannya. Jadi, obesitas tidak selalu dapat ditentukan hanya lewat berat badan.
Obesitas pada anak dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (BMI). Selain berat badan yang berlebih, dikutip dari Health Central, beberapa tanda dan gejala khas obesitas pada anak-anak bisa dijabarkan seperti di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Penyebab Anak Obesitas
Banyak ahli sepakat masalah gaya hidup --jarang beraktivitas fisik dan terlalu banyak mengonsumsi makanan minuman tinggi kalori-- merupakan faktor terbesar obesitas pada masa kanak-kanak. Meski begitu, sebenarnya ada faktor genetik dan hormonal yang bisa berperan.
1. Perilaku Hidup Tidak Sehat
Salah satu faktor penyebab obesitas terbesar: Konsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi, serta rendah nutrisi seperti makanan cepat saji, makanan ringan, permen, dan soda.
Kebiasaan makan yang kurang baik juga berperan. Misalnya, makan sambil duduk menonton TV atau menggunakan gadget.
Jarang berolahraga juga berpengaruh. The Physical Activity Guidelines for Americans merekomendasikan anak-anak berusia 6-17 tahun untuk melakukan berolahraga setidaknya satu jam setiap hari. Sementara anak-anak di bawah lima tahun diharapkan tetap aktif secara fisik hampir sepanjang hari.
ADVERTISEMENT
2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang memengaruhi obesitas mencakup:
- Kurangnya akses terhadap pilihan makanan sehat
- Diberikan makanan berkalori tinggi dan rendah nutrisi secara teratur
- Kurangnya kesempatan untuk beraktivitas fisik, termasuk pada area yang aman untuk melakukannya
- Tidak ada teman atau keluarga yang bisa diajak berolahraga
- Terpapar pemasaran yang mempromosikan makanan cepat saji hingga gaya hidup yang tidak banyak bergerak
3. Faktor Genetik
Seorang anak juga bisa berisiko mengalami obesitas jika setidaknya salah satu orang tua mengalaminya juga. Beberapa sindrom genetik langka juga dapat memengaruhi, seperti munculnya rasa lapar terus-menerus yang mengakibatkan makan berlebihan atau dapat memengaruhi penumpukan lemak di dalam tubuh.
4. Faktor Psikologi
ADVERTISEMENT
Anak mengalami stres, kecemasan, hingga depresi pun dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Seperti orang dewasa, beberapa anak jadi belajar makan berlebihan untuk menenangkan diri atau menghindarkan diri dari perasaan kesepian, sedih, stres, hingga menghilangkan kebosanan
5. Sosial-Ekonomi
Sejumlah penelitian menemukan masyarakat berpenghasilan rendah seringkali tidak memiliki akses pada penjual buah-buahan dan sayuran segar. Mereka justru lebih mudah menemukan tempat-tempat yang menjual makanan cepat saji, makanan kemasan, maupun makanan olahan.
Kesulitan keuangan juga berdampak pada kebiasaan orang tua dalam membeli bahan makanan atau makanan. Sering kali, makanan cepat saji dan tinggi kalori lebih murah dibandingkan makanan yang lebih sehat, karena dianggap lebih mahal. Orang-orang yang tinggal di lingkungan berpenghasilan rendah juga mungkin kekurangan tempat untuk berolahraga atau sekadar waktu luang untuk beraktivitas fisik.
ADVERTISEMENT
6. Konsumsi Obat-obatan
Beberapa golongan obat juga dapat memicu penambahan berat badan, termasuk steroid, antidepresan, obat diabetes termasuk insulin, sulfonilurea, dan thiazolidinediones, serta obat antikejang.
7. Kondisi Medis
Dan terakhir, obesitas pada anak-anak dan orang dewasa juga dapat disebabkan kondisi medis tertentu, terutama yang memengaruhi sistem endokrin.
Mengatasi Obesitas pada Anak Sejak Dini
Tetapi, jangan khawatir, karena obesitas pada anak bisa diatasi dengan cara mengubah pola makan dan gaya hidup menjadi lebih sehat. Perubahan ini penting karena anak yang mengalami obesitas kemungkinannya lebih besar mempertahankan kondisinya hingga remaja dan dewasa.
Sehingga, jika tidak dilakukan perubahan, maka dampaknya dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan badan, termasuk penyakit hati dan kardiovaskular.
ADVERTISEMENT
Obesitas juga dapat menimbulkan dampak psikologis yang buruk pada anak-anak, misalnya menurunnya kepercayaan diri, mengisolasi diri, hingga depresi.
Lakukan beberapa langkah ini untuk mencegah obesitas pada anak semakin parah:
1. Orang Tua Jadi Contoh
Berikan contoh yang baik tentang kebiasaan makan sehat dan beraktivitas fisik secara teratur. Sehingga, anak akan merasa bahwa kebiasaan ini penting dilakukan bersama.
2. Camilan Sehat
Anda juga bisa membuat berbagai pilihan camilan sehat untuk si kecil di rumah, seperti popcorn tanpa mentega, buah-buahan dengan yoghurt rendah lemak, atau sereal gandum dengan susu rendah lemak.
3. Pilihan Makanan
Jangan berkecil hati jika anak tidak langsung menyukai makanan baru yang Anda masak. Sebab, butuh beberapa kali diberikan sampai akhirnya nanti anak akan terbiasa pada makanan tersebut.
ADVERTISEMENT
4. Hindari Hadiah Makanan yang Tidak Sehat
Beberapa orang tua kerap menjanjikan camilan seperti permen, cokelat, atau es krim bila ia berhasil menghabiskan makanannya. Namun, hindari cara ini karena bukanlah ide yang bagus.
5. Tidur Cukup
Pastikan anak mendapat tidur yang cukup. Hal ini dikarenakan beberapa penelitian menunjukkan tidur yang terlalu sedikit dapat meningkatkan risiko obesitas. Kurang tidur juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, yang berujung pada peningkatan nafsu makan.
Anda juga dapat melakukan pemeriksaan rutin kepada dokter anak setidaknya setahun sekali untuk dilakukan pemantauan, baik untuk mengukur berat badan dan tinggi badan.